JAKARTA – Ikatan Orang Hilang Indonesia (Ikohi) menegaskan tidak terlibat dalam pertemuan antara keluarga aktivis korban penculikan 1998 dengan petinggi Partai Gerindra. Sekretaris Umum Ikohi Zaenal Muttaqin mengungkapkan, pertemuan tersebut adalah inisiatif Staf Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Mugiyanto.
“Badan Pengurus Ikohi sudah mengklarifikasi bahwa kami tidak tahu dan tidak terlibat. Ini adalah inisiatif Mugianto,” ujar Zaenal saat konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2024).
Menurut Zaenal, Mugiyanto sebelumnya adalah Ketua Ikohi sejak 2000-2014, sekaligus salah satu aktivis korban penculikan pada 1998 dan berhasil kembali dengan selamat.
Untuk menyukseskan pertemuan itu, Mugiyanto bekerja sama dengan Aan Rusdianto yang korban penculikan pada 1998.
“Orang yang kedua yang terlibat dalam pengundangan para keluarga korban dari berbagai daerah ini adalah Aan Rusdianto,” kata Zaenal.
“Jadi Mugiyanto dan Aan Rusdianto adalah bagian dari sembilan korban penghilangan paksa yang telah kembali atau selamat ya, survivor,” ujar dia.
Zaenal menduga Mugiyanto dan Aan Rusdianto mengundang para keluarga korban dengan dalih reuni, seperti agenda rutin yang digelar oleh Ikohi. Oleh karena itu, pihak keluarga korban penculikan yang hadir tidak mengetahui bahwa pertemuan itu bukanlah agenda resmi dari Ikohi.
“Jadi sampai Jakarta mereka juga tidak tahu karena tidak tahu bahwa itu bukan agenda IKOHI. Ketika datang ke rumah transit, kemudian dibawa ke Hotel Fairmont, mereka juga masih bertanya-tanya, ini mana pengurus IKOHI yang lain?” ungkap Zaenal.
Ia menuturkan, para keluarga korban sudah menanyakan soal keberadaan para pengurus IKOHI kepada Mugiyanto. Namun, Mugiyanto diduga membohongi para peserta dengan menyebut pengurus IKOHI sedang mengurus kegiatan lain dan akan menyusul datang ke lokasi. Pertemuan tersebut malah dihadiri Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman.
“Jadi sampai selesai pertemuan, keluarga ini masih bertanya, kok sampai akhir belum kelihatan. Sampai kemudian tiba-tiba ada Dasco, dan akhirnya seperti yang kita ketahui. Dan sampai sekarang mereka masih trauma,” kata Zaenal.
Kepada Bergelora.com di Jalarta dilaporkan sebelumnya, Sufmi Dasco dan Habiburokhman bertemu dengan keluarga orang hilang dan aktivis 1998 pada Minggu (4/8/2024). Dasco menjelaskan, pertemuan itu dilakukan dalam rangka memperkuat tali persaudaraan.
“Pertemuan dengan keluarga orang hilang ’98 dan aktivis ’98 itu juga dalam rangka silaturahmi. Memperkuat tali persaudaraan,” ujar Dasco di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/8/2024).
“Kita enggak bicara macam-macam, cuma kita sepakat bahwa ke depan kita akan sama-sama memikirkan bagaimana kemajuan Indonesia,” sambungnya.
Menurut Dasco, dugaan pelanggaran HAM dalam hilangnya sejumlah aktivis pada 1998 lalu sudah diselesaikan oleh pemerintah.
“Dan bahwa kemudian ada hal-hal di masa lalu, ya itu sudah ada penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah. Tetapi juga kami ingin melakukan sinkronisasi-sinkronisasi dalam rangka menyamakan visi ke depan,” kata Dasco. (Web Warouw)