JAKARTA- Berbagai masalah yang tidak terselesaikan dalam berbangsa dan bernegara hari ini, bersumber pada UUD Amandemen yang telah menghancurkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh pejuang agraria, Eva Bande dalam Konggres Perempuan Indonesia di Jakarta, Rabu (7/9).
“Salah satu masalah yang mendasar dari banyak masalah karena amanden UUD 1945, yang membuka ruang bagi lahirnya undang-undang turunan yang tidak pro rakyat,” tegasnya sebagai Ketua penyelenggara Konggres Perempuan Indonesia.
Untuk itulah menurut Eva Bande, perempuan Indonesia harus menentukan sikap mengembalikan arah bangsa ini kembali mengabdi sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
“Itulah sebabnya Perempuan Indonesia harus menentukan sikap melalui Kongres yang hari ini kita lakukan. Sekarang Atau Tidak Sama Sekali,– Right now or never,” ujarnya.
Sikap perempuan Indonesia menurut Eva Bande akan menjadi api penyuluh perjuangan seluruh perempuan Indonesia dimanapun berada akan berjuang bersama rakyat yang tertindas.
#kapolri #Jokowi pic.twitter.com/PaFVCUQt2Y
— Bergelora.com (@bergeloralah) September 8, 2022
“Konggres hari ini harus melahirkan Manifesto Politik Perempuan Indonesia 2022,” tegasnya.
Eva Bande menjelaskan, dari perjalanan sejarah, kaum perempuan berperan mempelopori setiap perubahan-perubahan masyarakat.
“Separuh nafas Indonesia ada di perempuan. Tanpa perempuan tidak akan ada perubahan, tidak ada demokratisasi, politik hampa makna tanpa perempuan,” tegasnya.
Eva Bande menegaskan untuk melanjutkan perjuangan para perempuan terdahulu menuju Indonesia yang adil dan makmur.
“Tujuan kongres ini adalah menyatuka semua serba ragam potensi dan kekuatan perempuan untuk mengarahkan dan meluruskan arah pencapaian tujuan bernegara,”
“Semangat mereka kita jadikan api perjuangan perempuan-perempuan Indonesia masa kini. Semua itu patutlah kita himpun sebagai satu kekuatan yang besar untuk mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia,” tegasnya.
#kapolri #Jokowi pic.twitter.com/zydvqJk5SE
— Bergelora.com (@bergeloralah) September 8, 2022
Sejarah Perjuangan Perempuan Indonesia
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Eva Bande memaparkan.banyak perempuan yang berperan penting dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia mencapai dan mengisi kemerdekaan.
“Kita mengingat nama Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Martha Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Wolanda Maramis, Rasuna Said, Trimurti, RA Kartini, dan lain-lain. Mereka semua berasal dari penjuru tanah air,” ujarnya.
Sejarah juga mencatat ada tiga konggres perempuan digelar di masa penjajahan, berhasil mempengaruhi kebijakan-kebijakan Pemerintahan Belanda.
Kongres Perempuan Indonesia I, digelar di Yogyakarta, Sabtu 22-25 Desember 1928.
Kongres ini berhasil mengirimkan bererapa mosi kepada pemerintahan Belanda: 1). Agar secepatnya mewujudkan pendanaan bagi janda dan anak-anak. 2). Menolak rencana dicabutnya tunjangan bersifat pension. 3). Memperbanyak Sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan. 4). Membuat aturan agar tiap penikahan wajib diberi keterangan tercatat tentang taklik (janji dan syarat-syarat perceraian). 5). Memberikan sokongan untuk janda-janda dan anak-anak piatu pegawai negeri. Serta mengirim mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dikuatkan secara tertulis sesuai peraturan agama.
Kongres Perempuan Indonesia II, digelar di Jakarta tanggal 20–24 Juli 1935, dipimpin Ny. Sri Mangunsarkoro, kongres ini membahas masalah-masalah buruh perempuan, pemberantasan buta huruf, dan perkawinan.
Kongres Perempuan Indonesia III digelar di Bandung tanggal 23–28 Juli 1938 , dipimpin Ny. Emma Puradireja, kongres ini membahas hak pilih dan dipilih bagi wanita di badan perwakilan. Mendesak disetujuinya RUU tentang perkawinan modern Menyepakati tanggal lahir PPPI, 22 Desember sebagai Hari Ibu. (Web Warouw)