JAKARTA- Mantan presiden sekaligus calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan bahwa dirinya kini mendukung TikTok. Hal itu ia ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan media Bloomberg BusinessWeek beberapa waktu lalu.
“Sekarang, setelah saya pikir, saya mendukung TikTok karena Anda memerlukan kompetisi. Apabila Anda tidak memiliki TikTok, Anda harus punya Facebook dan Instagram,” kata Presiden ke-45 AS itu.
Singgungan Trump terhadap Facebook dan Instagram bukanlah tanpa sebab. Tampaknya, Trump masih kesal lantaran dirinya diblokir oleh Meta, induk perusahaan Facebook dan Instagram, sejak 2021.
“Tiba-tiba, dari orang nomor satu, saya menjadi bukan siapa-siapa,” keluh Trump menanggapi pemblokiran akunnya di Meta dua tahun lalu, dihimpun dari Bloomberg.
Kala itu, Trump dianggap memprovokasi kekerasan dan mengamini tindakan para perusuh di Gedung Capitol, AS, Januari 2021. Meta menilai, Trump berpotensi memicu kekerasan lebih lanjut apabila diberi “panggung” di media sosial. Sehingga, Meta, diikuti beberapa media sosial lainnya, memblokir Trump dua tahun lalu.
Saat ini, akun Trump sudah dipulihkan oleh Meta dkk. Bukan cuma mendukung TikTok, Trump juga menegaskan, dirinya tidak akan memblokir aplikasi besutan perusahaan asal China, ByteDance, itu apabila terpilih kembali sebagai Presiden AS.
“Saya tidak akan pernah memblokir TikTok,” kata Trump saat dikonfirmasi oleh politisi muda AS, Charlie Kirk, dalam sebuah video TikTok.
Sikap Trump yang mendukung TikTok saat ini berbanding 180 derajat saat ia masih menjabat sebagai Presiden AS (2017-2021). Saat itu Trump justru gencar ingin memberangus TikTok dari negaranya. Pertengahan tahun 2020, Trump getol ingin memblokir TikTok dan media sosial asal China lain, termasuk WeChat, karena dianggap mengancam keamanan negara. Ancaman ini merupakan dampak hubungan bilateral AS-China yang memanas sejak beberapa tahun lalu. Trump memberikan dua opsi kala itu, TikTok dibeli perusahaan asal AS atau diblokir sepenuhnya dari Negeri Paman Sam.
Menjelang akhir tahun 2020, sebagian saham TikTok akhirnya dibeli oleh perusahaan asal AS, Oracle dan Walmart. Manajemen TikTok saat itu mengatakan bahwa Oracle dan Walmart memiliki 20 persen saham TikTok yang dibeli dari induknya, ByteDance.
Kesepakatannya, sistem algoritma akan dikelola ByteDance, sedangkan data pengguna AS akan disimpan di Oracle, salah satu perusahaan teknologi raksasa di Amerika. Trump yang merestui kesepakatan itu pun akhirnya batal memblokir TikTok di AS. Kendati demikian, wacana pemblokiran TikTok masih berlanjut setelah Trump lengser dan digantikan oleh Presiden Joe Biden saat ini. Alasannya pun sama, TikTok dianggap mengancam keamanan negara adidaya itu.
Meskipun belum diblokir secara nasional di semua negara bagian AS, beberapa negara sudah mulai membatasi penggunaan TikTok.
Montana misalnya, menjadi negara bagian pertama di AS yang memblokir TikTok secara total di wilayahnya. Selain Montana, setidaknya ada lebih dari 30 negara bagian di AS yang melarang TikTok diinstal dan digunakan di HP yang disediakan untuk staf pemerintah.
Moncernya kampanye di TikTok Bulan Juni lalu, Trump mulai bergabung dengan TikTok. Ia mengumumkan akun barunya di platform berbagai video pendek itu, yakni dengan handle @realdonaldtrump. Hingga berita ini ditulis (18/7/2024), akun TikTok Trump memiliki 8,6 juta pengikut (followers).
Akun TikTok Trump tampakya memang moncer sedari awal. Kurang dari tiga hari setelah dibuat, akun TikTok Trump langsung mengimplikasi kampanye digitalnya di TikTok. Bahkan, kampanye Trump di TikTok konon melampaui performa kampanye digital calon presiden AS pesaingnya, Joe Biden.
Seperti diketahui, Trump dan Biden kembali bersaing pada pilpres AS 2024 ini.
Sebagai perbandingan, akun TikTok Joe Biden dengan handle @bidenhq baru memiliki sekitar 433.600 pengikut. Padahal, akun tersebut dibuat lebih awal dibanding akun TikTok @realdonaltrump.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan video TikTok pertama Trump juga langsung mendapat engagement tinggi. Video pendek itu menampilkan Trump hadir di gelaran UFC 302 di Newark, New Jersey, awal Juni lalu.
Saat berita ini ditulis, video itu sudah dilihat 157,7 juta dan disukai oleh 8,6 juta akun.
Jumlah itu sangat “jomplang” dengan video debut kampanye Joe Biden bertema Superbowl yang rilis Februari lalu. Video itu, hingga saat ini disukai oleh sekitar 886.900 akun.
Moncernya kampanye Trump di TikTok menjadi indikator awal bahwa konglomerat itu cukup berhasil menarik perhatian pemilih muda yang didominasi generasi Z (kelahiran 1997-2012), sebagaimana dilaporkan NBC News, Jumat (19/7/2024).
Menurut Pew Research, Gen Z mendominasi penggunaan TikTok di AS dengan persentase 44,7 persen pada akhir 2023. Menurut data exit poll NBC News, pada pilpres AS tahun 2020, 60 persen pemilih Biden berusia di bawah 30 tahun. Itu sebabnya, kedua kandidat berusaha menarik perhatian pemilih muda, salah satunya lewat strategi kampanye digital di media sosial seperti TikTok. (Enerico N. Abdielli)