TANGERANG- Tidak ada satu kekuatanpun yang dapat merubah takdir kemajemukan masyarakat Indonesia (pluralistic society). Takdir ini adalah buah dari revolusi Agustus 1945 dan terpatri dalam Bhinekka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi satu jua) semenjak Republik Indonesia berdiri. Karenanya karunia yang diberikan ini justru harus dipelihara dan diperkuat oleh negara, bukannya dibiarkan terancam dan diporakporandakan. Hal ini ditegaskan oleh Plt. Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan dr Riyo Kristian Utomo Proletariat kepada Bergelora.com di Tangerang, Sabtu (17/9)
“Bhinekka Tunggal Ika adalah mutlak, tidak dapat ditawar-tawar. Upaya merusak Bhinekka Tunggal Ika adalah kontra revolusi 1945 dan akan berhadapan dengan seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya.
Menurutnya sentimen suku, agama dan ras yang saat ini sedang panas adalah rekayasa adudomba yang bertujuan merusak sendi-sendi Bhinekka Tunggal Ika dan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena dapat mengancam kehidupan berbangsa dan masa depan Republik Indonesia.
“Saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur menetapkan kebijakan yang menghapus diskiminasi dan menegaskan bahwa negara memuliakan kemajemukan dan persatuan. Perjuangan Gus Dur dalam perkembangan masyarakat dan bangsa yang berlandaskan demokrasi harus dilanjutkan dan tidak boleh mati oleh kepentingan adu domba,” jelasnya.
Menurutnya, cara yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh saling menghormati antara suku, agama dan ras dari tingkat yang paling sederhana.
“Lewat pendidikan usia dini, kita bisa memberikan contoh kehidupan Bhinekka Tunggal Ika. Namun kalau kita gagal memberikan contoh, maka kita hanya akan melahirkan generasi penghancur bangsa ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Selasa (13/9) Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan beserta anggota Fraksi DPRD Kota Tangerang Selatan dari PDI Perjuangan menyerahkan hewan kurban seekor sapi dari Gubernur Banten H.Rano Karno, SIP kepada masyarakat di lingkungan sekitar kantor DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan dan diterima secara simbolis oleh Ketua RT setempat.
“Lewat hari raya kurban kita tegaskan kembali bahwa walaupun berbeda-beda, kita tidak punya pilihan lain selain menghormati perbedaan dan bersatu,” ujarnya.
Sebagai Plt. Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan, dr.Riyo Kristian Utomo Proletariat mengatakan bahwa peduli dan berbagi itu merupakan ruh dari idiologi PDI Perjuangan, Pancasila 1 Juni 1945 yaitu Gotong Royong. (Web Warouw)