Selasa, 1 Juli 2025

Pemilu 2024 Dalam Bingkai Kebhinekaan

Oleh: Muhlis, S.Sy *

PLURALITAS dan kemajemukan suku bangsa yang ada di indonesia menjadikan negeri ini kaya akan sumber daya manusia yang memiliki potensi keragaman dalam satu ikatan kebhinekaan.

Bangsa yang kuat dan beradab menjadi salah satu keinginan seluruh bangsa dimanapun itu, tentunya harus didukung oleh konstitusi yang kuat dan para elit bangsa yang memegang teguh prinsip kenegarawan dalam menjalankan roda pemerintahan sesuai amanat undang undang yang berlaku pada negaranya.

Terlepas dari semua harapan seluruh penduduknya yakni menginginkan negaranya maju dan berkembang bahkan disegani oleh bangsa lain tentunya para pemimpin bangsa yang mampu mewujudkam keinginan rakyatnya akan lahir dari sebuah proses kompetisi demokrasi.

Pemilu 2024 di depan mata bahkan sudah menjadi konsumsi sosial  selalu membayangi para elit politik yang memiliki libido politik yang semakin diasah semakin memacu jiwa petarung untuk mewarnai kontestasi pemilu.

Tak terelakan lagi bahwa ditiap momentum pesta demokrasi tak mengenal kalangan baik tua, muda bahkan remaja yang tergolong para pemilih pemula siap memasang mata untuk menyimak perhelatan para kompetitor pengais suara para konstituen.

Ini menjadi sumber pengetahuan di era globalisasi lebih menambah wawasan dibanding zaman pra digitalisasi, ya sebut saja dahulu informasi sosial antar daerah bahkan nasional masih sangat terbatas hanya mereka yang sering mendengar berita baik di stasiun televisi dan radio siaran nasional maupun lokal daerah lebih sering mendapat informasi.

Digitalisasi era adalah salah satu zaman yang mempermudah semua akses berita, informasi ataupun kabar yang datangnya dari berbagai tempat melalui fitur fitur aplikasi ataupun sumber Google Search Network dengan sekali klik hasrat ingin tahu terwujud.

Media sosial mendapat urutan teratas sebagai sumber informasi dibanding media manual ataupun cetak sebab kemudahan akses memilikinya. Termasuk Faceebok sejak didirikan 4 februari 2004 oleh seorang siswa Harvard College bernama Mark Zuckerberg bersama beberapa rekannya berhasil menyita perhatian publik untuk bergabung pada layanan jejaring sosial yang di miliki oleh salah satu perusahaan di Amerika bernama Meta Platforms.

Hingga sekarang hampir milyaran pengguna aktif Facebook dari belahan dunia gemar mengoperasikan media sosial ini. Hal ini sangat membantu aktifitas sosial dalam menggali dan mencari informasi bahkan memudahkan akses saling kenal dan mengenali kembali rekan lama yang terpisahkan oleh ruang dan waktu.

Namun apapun bentuk media sosial itu pasti memiliki nilai positif dan negatif tergantung pengelolaan para pengguna. Informasi yang terbungkus dengan berita-berita bohong dalam bahasa trendnya adalah Hoax merupakan salah satu sumber nilai negatif yang merusak tatanan keakuratan informasi dan sangat mencederai objektifitas sudut pandang.

Begitu banyak pertikaian berasal dari konflik secara online bahkan sampai terbawa dalam realitas nyata disebabkan oleh berita hoax dan salah satu sumber penyebarannya adalah facebook.

Tak hanya hoax yang sering beredar politik identitas pun kerap kali muncul diberanda beranda facebook menjadi senjata ampuh bagi para oknum pengadu domba sesama golongan sebagai alat politik dengan niat menaikkan citra golongan satu dan menjatuhkan golongan lainnya.

Di Pemilu 2024 dua rumusan alat politik baik hoax maupun politik identitas tidak menutup kemungkinan pasti bermunculan mengintai para khalayak pengguna media sosial khususnya facebook. Jika tidak hati hati mencerna maka peluang terjerumus terbuka lebar dan potensi konflik akan meningkat.

Sebut saja di pemilu 2019 perang dingin antara Cebong versus Kampret sudah menjadi rahasia umum. Jika hal ini tak dihindari maka akan muncul kembali baik dengan nama yang sama maupun menggunakan istilah lain.

Sebagai alat  pemersatu bangsa Bhineka Tunggal Ika sangat efektif didengungkan kembali dengan menyebar makna kemajemukan dalam bingkai persatuan mampu menjauhi pikiran yang terlalu dini menyerap informasi hoax yang berujung konflik. Lebih bijak dalam menanggapi serangan alat politik yaitu politik identitas yang hanya merusak nilai nilai persatuan dan keutuhan persaudaraan anak Bangsa.

*Penulis, Muhlis, S.Sy, Koordinator Divisi Hukum, Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat, Anggota Panwaslu Kecamatan Walea Kepukauan Kabupaten Tojo Una Una, Sulewesi Tengah

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru