Senin, 28 April 2025

Prof. Marcello Musto : Intelektual Indonesia Perlu Dalami Marxisme

JAKARTA- Para kaum terpelajar dan aktivis Indonesia perlu mendalami Marxisme agar dapat membedah realitas kongkrit dari struktur masyarakat dan kekuasaan di Indonesia, agar jangan salah dalam mengambil kesimpulan dan rekomendasi jalan keluar bagi kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Prof Marcello Musto, dari York University, Toronto, Kanada di dalam Kuliah Umumnya yang bertema “Contemporary Revival Marxism Around The World” di Universitas Indonesia, Jakarta, Selasa (9/12)

“Para akademisi muda dan aktivis Indonesia perlu juga untuk mengenal pribadi Karl Marx selain mempelajari karya-karya ilmiahnya yang semakin terbukti di dunia khususnya di Indonesia saat ini,” ujarnya.

Ia memberikan contoh pengalaman keberhasilan perubahan sosial di beberapa negara di Amerika Latin yang dilakukan oleh para intelektual akademisi dan gerakan revolusionernya.

“Di Brazil, Venezuela, Bolivia, Argentina, Peru dan beberapa negara di Amerika Latin lainnya, kehadiran kelompok-kelompok studi progresif melahirkan ratusan gerakan-gerakan revolusioner yang mendorong perubahan sosial menjadi nyata di Amerika Latin,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Marcello Musto menegaskan bahwa tidak ada kontradiksi antara pemikiran Karl Marx dengan Bakunin, bapak anarkisme.

“Pemikiran Marx dan Bakunin bukanlah suatu hal yang kontradiktif melainkan dalam cara mencapai tujuannya saja yang berbeda. Ini sama halnya antara Marxisme dan Feminisme” ujarnya.

Ia juga menganjurkan agar semua kaum intelektual akademisi dan gerakan perubahan di Indonesia untuk melakukan refleksi dan evaluasi.

“Refleksi diri perlu dilakukan secara rutin agar, kelompok-kelompok dan gerakan perubahan di Indonesia dapat belajar dan keluar dari kesalahan-keselahan lamanya,” ujarnya.

Karl Marx’s Grundrisse
Arianto Sangaji, Kandidat doktor di York University, Toronto, Kanada menulis dalam indoprogress.com, Marcello Musto adalah filsuf muda yang sangat brilian yang menjadi editor dari buku Karl Marx’s Grundrisse: Foundation of the critique of political economy 150 years.

Buku ini berisi kumpulan tulisan yang terdiri dari 32 bab dengan 31 penulis yang mengulas relevansi Grundrisse guna memahami Capital dan teori-teori Marx secara keseluruhan.

“Penyumbang tulisan adalah para ahli terkemuka di berbagai disiplin ilmu sosial, yang tidak asing bagi para pembaca yang mengikuti kajian Marxisme masa kini. Melalui buku ini, kita diberi peta dalam memahami kompleksitas Grundrisse,” ujar Marxis Indonesia ini.

Karya Karl Marx, GrundrisseArianto Sangaji menjelaskan, Grundrisse adalah manuskrip-manuskrip yang pernah ditulis Marx, tetapi tidak pernah dipublikasi semasa hidupnya. Naskah ini ditulis antara Agustus 1857 dan Mei 1858, tiada lain adalah draf pendahuluan dari kritik Marx terhadap ekonomi politik dan karya persiapan utama untuk bukunya, Capital.

Ketika tengah menulis Grundrisse, disaat berbarengan Marx juga sedang sibuk-sibuknya menulis berbagai isu yang luas sehubungan krisis kapitalisme global saat itu. Sebagai koresponden harian New York Tribune, dia menulis lusinan artikel mengenai berbagai soal, terutama tentang perkembangan krisis di Eropa. Dalam rentang waktu yang sama, antara Oktober 1857 hingga Februari 1858, Marx melakukan kompilasi tiga buku yang lazim dikenal sebagai The Crisis Notebooks.

Tidak seperti esktraksi buku-buku dari karya-karya para ekonom yang pernah dilakukan sebelumnya, dalam The Crisis Notebooks dia juga membuat catatan melimpah ruah tentang krisis, kecenderungan di pasar modal, fluktuasi perdagangan, dan kebangkrutan ekonomi yang sedang terjadi di Eropa, Amerika Serikat, dan belahan dunia lain.

Kendati Marx sudah menghabiskan waktu tidak sedikit untuk menuliskannya, Grundrisse tetap merupakan naskah yang belum untuk diterbitkan. Marx mengisyaratkannya ketika mengirim sepucuk surat kepada Ferdinand Lassale bahwa Grundrisse, yang ditulisnya dalam berbagai periode, dimaksudkan sebagai klarifikasi (metode dan konsep) untuk dirinya sendiri dan bukan dengan tujuan publikasi. Meskipun demikian, sebagian penulis, di antaranya Carol Gould (1978) menganggap Grundrisse sebagai karya Marx paling filosofis di antara tulisan-tulisannya yang lain, di mana konsep-konsep ontologi sosial Marx diformulasikan secara gamblang.

Sumber Rujukan
Apapun, di kemudian hari, Grundrisse menjadi salah satu sumber rujukan dalam kerja-kerja akademik. Hampir bisa dipastikan, semua karya-karya akademik dengan pendekatan Marxis, khususnya berkaitan dengan uang, kapital, krisis, dan metode ekonomi politik merujuk ke karya ini. Grundrisse juga jadi bacaan wajib di berbagai disiplin ilmu, dari ilmu lingkungan, filsafat, ekonomi, sejarah, politik, kesusasteraan, geografi, dan sebagainya, terutama pada mata pelajaran yang diasuh oleh para ahli yang mendedikasikan karier akademinya dengan pendekatan Marxisme.

Dalam buku Karl Marx’s Grundrisse: Foundation of the critique of political economy 150 years,–Marcello Musto sendiri menulis soal sejarah, produksi dan metode di dalam ‘Pengantar 1857.’ Joachim Bischoff dan Christoph Lieber mengulas teori nilai (value) dalam kehidupan ekonomi modern. Terrel Carver mendiskusikan keterasingan. Enrique Dussel membahas kategori nilai-lebih (surplus-value). Ellen Meiksins Wood mengkaji materialisme sejarah (historical materialism). John Bellamy Foster membicarakan kontradiksi ekologi dalam kapitalisme. Iring Fetscher mengurai kerangka masyarakat paska kapitalisme (sosialisme). Terakhir, Moishe Postone membandingkan antara Grundrisse dan Capital. (ZKA Warouw)

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru