Rabu, 22 Januari 2025

Ratusan Mati, Ebola Kembali Mewabah

Oleh: David Brown 

Wabah Ebola di Afrika Barat kembali menyerang dan paling mematikan sepanjang sejarah,– dengan 1,200 orang terinfeksi dan 673 orang diantaranya meninggal bulan Juli tahun ini. Sorang dokter dari Liberia meninggal dan 2 orang Amerika terinfeksi saat melakukan perawatan pada beberapa orang pasien.
Penyakit Ebola kembali menyebar cepat sejak wabah pertama dibulan Februari 2014 lalu,  dengan keganasan 3 kali lebih luas dari wabah besar di Uganda pada tahun 2000.

Beberapa kasus Ebola juga ditemukan di Liberia, Sierra Leone dan Guinea. Untuk pertama kalinya penyakit Ebola ditemukan meluas lewat perjalanan udara ketika seorang pria berkebangsaan Liberia menderita sakit di atas pesawat menuju Nigeria, sebuah negara Africa yang terpadat penduduknya. Liberia kini telah menutup semua perbatasan dan mengadakan pemeriksaan ketat di setiap pintu masuk negara itu.

Penyakit Ebola berasal dari virus yang sangat menular dengan tingkat kematian yang tinggi antara 50-90 persen dalam sebuah wabah yang besar. Tanda-tanda penyakit sama dengan flu dan malaria disertai muntah, diare dan pendarahan. Penyakit Ebola dapat menular memalui berbagai cara. Hingga saat ini tidak ada vaksin atau pengobatan tertentu untuk penyakit Ebola. Namun pengobatan atas dampak Ebola seperti dehidrasi, dapat mengurangi kematian.

Wabah Ebola pertama terjadi pada tahun 1976, namun ada banyak fakta lain yang belum diketahui berkaitan dengan gejala yang sama. Para peneliti menemukan penyakit ini menular secara alamiah pada beberapa jenis binatang liar, dicurigai berasal dari kelelawar. Penyakit ini kini bisa menjangkit pada  gorilla, simpanse, anjing dan babi dan sudah menular antar spesies.

Belum diketahui bagaimana seorang dokter Amerika Kent Brantly dan kawannya Nancy Writebol, bisa terjangkit saat bekerja sebagai relawan kesehatan pada sebuah kelompok Samaritan

Brantly saat itu sedang bekerja menolong beberapa pasien dan Writebol membantu dokter-dokter memindahkan alat pelindung, termasuk menyemprotnya dengan klorin. Keduanya sepertinya telah mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh Center for Disease Control (CDC) and World Health Organization (WHO).

Ebola sebenarnya penyakit dari daerah rural pedalaman yang kering, dimana makanan didapat dari berburu sehingga orang dapat terjangkit virus Ebola dari binatang buruan. Dalam kondisi yang terisolir seperti di rural pedalaman Afrika seharusnya dapat membatasi penularan. Tapi jika penyakit tersebut menyebar pada seseorang yang berasal dari kota besar di Afrika seperti Lagos, Nigeria, maka dengan cepat dapat  melumpuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan yang infrastrukturnya juga lemah.

Daerah-daerah yang terjangkit sebagian besar adalah wilayah-wilayah termiskin di dunia seperti Liberia, Guinea and Sierra Leone yang menempati ranking ke 13, 9, dan 5 dari negara-negara berkembang di dunia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
 
Ibrahima Touré, Direktur dari Plan Guinea, menjelaskan efek dari Ebola dalam sebuah wawancara menggambarkan tentang Guinea di Afrika.
 
“Kondisi hidup yang miskin, kekurangan air dan sanitasi yang bersih adalah bagian terbesar dari Conakry, ibukota Guinea. Disini Epidemi bisa menyebabkan krisis. Tidak mungkin masyarakat berpikir untuk mencuci tangan, pada saat tidak memiliki air minum,” jelasnya.

Upaya untuk membendung meluasnya wabah menghadapi kesulitan berat karena ketiadaan sumberdaya yang cukup, ketidakpercayaan publik pada pemerintah dan praktek budaya memandikan mayat korban sebelum dikuburkan.
 
 
Kemarahan Rakyat
 
Penyerangan oleh penduduk desa yang marah pada  pekerja kesehatan adalah bentuk ketidak percayaan yang dalam pada pemerintah. Kelompok relawan Samaritan kini menunda upaya mencapai Lofa di Liberia setelah sebuah kerumunan massa memblokade jalan dan menyerang  pekerja kesehatan yang datang untuk mengumpulkan orang-orang yang dicurigai sekarat karena Ebola.
 
Di Sierra Leone, seorang perempuan dipindahkan dari tempat perawatan oleh keluarganya dan dibawa ke seorang dukun. Setelah polisi bisa menjemputnya kembali perempuan itu meninggal di tengah jalan menuju rumah sakit.
 
Jumat lalu, ribuan orang mengepung pusat perawatan di Kenema, Sierra Leone. Mereka mengancam akan membawa pasien-pasien dan membakar pusat perawatan itu. Polisi menghalau kerumunan massa dengan gas air mata dan menembak kaki seorang anak berumur 9 tahun.
 
Penolakan terhadap perawatan kesehatan ini berakar pada kondisi kemiskinan dan ketidak stabilan politik di negara itu. Kudeta militer terjadi di Guenea pada tahun 2008 dan menyebabkan gelombang massa protes pada pemilihan umum tahun 2013. Sebanyak 9 orang mati dan 220 orang luka-luka dalam aksi aksi massa itu.
Perang sipil di Sierra Leone berakhir pada tahun 2002 dengan korban kematian 50,000 orang diikuti pengungsi ke Guinea dan Liberia.
 
Perang sipil di  Liberia berakhir pada tahun 2003 dengan pemilihan umum pada tahun 2005.

Dibawah kondisi politik yang tidak stabil dan kemiskinan yang luas, penyakti seperti Ebola mudah untuk menyebar menjadi epidemi. (Tiara Hidup)
 
*Dari Tulisan David Brown berjudul Ebola Outbreak Kills Hundreds In West Africa di World Socialist Website (wsws.org) 29 Juli 2014.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru