Jumat, 19 September 2025

ROSATOM dan PLTN Pertama di Indonesia

Oleh: Markus Wauran *

DALAM berita CNN Indonesia terbitan 16 Maret 2024, Anna Belokoneva, perwakilan ROSATOMĀ  di Indonesia, mengatakan Rusia siap bertukar pengalaman dan ilmu seputar pengembangan teknologi nuklir termasuk membantu Indonesia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir(PLTN) pertama di-Indonesia pada tahun 2032 yang akan datang.

Sebelumnya, pada kunjungan Presiden Jokowi ke Moskow pada 30 Juni 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menawarkan pada Presiden Jokowi untuk Rusia dapat menginvestasi dibidang tenaga nuklir, termasuk proyek yang terkait dengan penggunaan non-energi teknologi nuklir misalnya bidang kedokteran dan pertanian.

Sejarah mencatat, PLTN pertama yang beroperasi di dunia adalah Obninsk dibangun di “Kota Sains” Obninsk, Kaluga Oblast, sekitar 110 km (68 mil) barat daya Moskow, Rusia. Terhubung ke jaringan listrik pada bulan Juni 1954, PLTN Obninsk terhubung ke jaringan menghasilkan listrik secara industri, meskipun dalam skala kecil.

PLTN tersebutĀ  terletak di Institut Fisika dan Teknik Tenaga. Pembangkit ini juga dikenal sebagai APS-1 Obninsk (Pembangkit Listrik Tenaga Atom 1 Obninsk). Pembangkit itu tetap beroperasi antara tahun 1954 dan 2002, meskipun produksi listriknya untuk jaringan berhenti pada tahun 1959; setelah itu berfungsi sebagai pabrik penelitian dan produksi isotop saja.

ROSATOM adalah perusahan Raksasa nuklir Rusia terbesar didunia. ROSATOM adalah holding company yang bergerak di industri nuklir baik untuk kepentingan perang (memproduksi berbagai senajata nuklir) maupun untuk tujuan damai dan kesejahteraan seperti bidang energi, kesehatan, pertanian, dan lainnya.

Sebagai gambaran ROSATOM mengkoordinir sekitar 400 perusahan nuklir dan berbagai Lembaga reseach & development. ROSATOM dikenal sebagai raksasa nuklir karena usahanya dibidang PLTN terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari uranium extraction, uranium enrichment, nuclear fuel, NPP(Nuclear Power Plant) design, engineering and construction, NPP operation, nuclear engineering, NPP equipment, service and maintenance, and nuclear waste management.

Disamping itu ada juga kegiatan usaha yang tidak terkait langsung dengan NPP yaitu Applied and Fundamental Service, Nuclear and Radiation Safety, Nuclear Ice BreakerFleet, Nuclear Medicine dan Composite Material.

Sebagai Raksasa Nuklir, ROSATOM juga memiliki karyawan sekitar 255.000, baik berdomisili di Rusia maunpun tersebar diberbagai manca negara. Jumlah karyawan ROSATOMĀ  melebih dari yang dimiliki oleh vendor PLTN negara lain seperti Westinghouse dan General Electric (GE) dari AS, AREVA dari Perancis, MHI (Mitsubishi Heavy Industry) dari Jepang, CNNC (Cina National Nuclear Corporation) dari Cina dan KHNP (Korea Hydro Nuclear Power) dari Korea Selatan.Ā 

Kecelakaan PLTN Chernobyl padaĀ  26 April 1986, telah menimbulkan stagnasi pembangunan PLTN di dunia khususnya di Rusia. Akibat kecelakaan tersebut, maka IAEA (International Atom Energy Agency) telah menetapkan standard tambahan untuk memperkuat syarat keselamatan yang tinggi bagi pembangunan dan pengoperasian PLTN, antara lain perbaikan desain, aturan main dalam bentuk safety standard, dan berbagai konvensi keselamatan.

Ditengah kelesuan PLTN, maka muncul issue climate change dan gobal warming yang mulai dibahas di Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro thn 1992, dilanjutkan dengan Kyoto ProtocolĀ  1997, kemudian Konperensi Paris 2015, dimana inti dari semua pertemuan itu membahas bagaimana mengatasi climate change dan global warming yang sedang melanda dunia.

Hasil penelitian membuktikan bahwa climate change dan global warming ini disebabkan karena polusi udara oleh pembangkit listrik tenaga batubara, minyak dan gas serta kendaraan bermotor yang menghasilkan C02. Disamping juga akibat kerusakan penggundulan hutan. Karena itu ada kesepakatan internasional bahwa selambat-lambatnya pada tahun 2060 tercapai Net Zero Emission.

Untuk mencapai tujuan itu, maka ada kesepakatan untuk menghentikan PLT Batubara, Minyak dan Gas dan diganti dengan Energi Baru (antara lain nuklir) dan terbarukan (PLTS, Geothermal, PLT Bayu/Angin, PLT Air, dan lainnya). Ini yang menjadi latar belakang sebagaiĀ  faktor pemicu bangkitnya pembangunan PLTN diberbagai negara khususnya berawal dari negara-negara maju yang tingkat polusinya tinggi, disamping menyebar ke negara-negara lain.

Disisi lain pada era tahun 2000-an, PLTN mulai dilirik lagi oleh berbagai negara akibat krisis energi minyak yang berdampak buruk bagi perekonomian banyak negara. Melihat peluang ini,Ā  maka Rusia mengambil hikmah dari kecelakaan Chernobyl dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas teknologinya sehingga tingkat keselamatannya makin tinggi.Ā  Dengan peluang yang terbuka luas itu, maka jika semula PLTN Rusia ditangani oleh Federal Atomic Energy Agency, pada thn 2007 berganti nama menjadi ROSATOM (nama lengkapnya Rosatom State Atomic Energy Coorporation).

Setelah ROSATOM terbentuk, maka dalam perkembangan selanjutnya, ROSATOM mulai menguasai pasar. Dari data tahun 2015, tercatat 67 unit PLTN yang akan dibangun di 16 negara, ada 29 unit (43%) dibangun oleh ROSATOM al dinegara Finlandia, Belarussia, Turki, Armenia, Iran, Jordan, India, Tiongkok, Bangladesh, Vietnam dan Hongaria walaupun dalam perkembangannya ada beberapa negara yang tertunda atau batal karena kesulitan dana.

Disamping itu ada kerjasama antara Rusia dan India yang tertuang dalam Strategic Vision for Strengthening Cooperation in Peaceful Uses of Atomic Energy yang ditanda tangani pada 11 Desember 2014. Demikian pula antara Rusia dan Arab Saudi ada kesepakatan yang tertuang dalam kerjasama antara ROSATOM dan KACST (King Abdulaziz City On Science and Technology) yang ditanda-tangani pada bulan Juni 2015 dimana ROSATOM menawarkan pembangunan 16 unit PLTN dengan nilai $US100 miliar dan dapat dirampungkan pada tahun 2030. Namun proyek ini belum jalan sampai saat ini karena berbagai hambatanĀ  politis. Walaupun pada tahun 2023 melalui Wakil PM Rusia Alexander Novak, ROSATOM menawarkan kembali pada Arab Saudi untuk membangun PLTN di negaranya.

Saat ini, PLTN yang sedang beroperasi sebanyak 415 unit meliputi 32 negara termasuk Taiwan, dan sedang dibangun sebanyak 57 unit meliputi 16 negara. Dari jumlah 57 unit yang dibangun, maka ROSATOM membangun 20 unit (30,3%) meliputi negara Cina 4 unit yaitu Tianwan unit 7 dan 8 dengan lokasi Lanyungang, kapasitasĀ  masing-masing 1265MW, serta Xudabu unit 3 dan 4, dengan lokasi Xingcheng masing2 berkapasitas 1274MW;Ā  India 4 unit yaitu Kudankulam unit 3,4,5, dan 6 dengan lokasi Trunellveli Kattabomman, masing-masing berkapasitas 1000MW, Mesir 4 unit yaitu El Dabaa unit 1,2,3 dan 4, terletak di West Alexandria, dengan kapasitas masing-masing 1200MW.;Ā  TurkiĀ  4 unit, yaitu Alkuyu unit 1, 2, 3, dan 4, terletak di Mersin, masing-masing berkapasitas 1200MW; kemudian Bangladesh 2 unit yaitu Rooppur. unit 1 dan 2, terletak di Pabna dengan kapasitas masing-masing 1200MW, Hongaria 2 unit yaitu Paks unit 5 dan 6 terletak di Paks, dengan kapasitas 1200MW. PLTN yang dibangun Rosatom di 6 negaraĀ  diatas sebanyak 20 unit semuanya bertipe/jenis VVER/PWR.

Rusia saat ini telah mengoperasikan PLTN Generasi III+(tiga plus) yang telah beroperasi di Novovoronezh unit 6 dan 7 dengan tipe VVER/PWR 1200MW,Ā  sedang di Lengingrad dan dan Baltic sedang dibangun masing2 2 unit. ROSATOM menjamin bahwa PLTN Generasi III+ jenis VVER 1200MW ini ZERO ACCIDENT karena sistim pengamanan dan keamanan dari teknologinya telah di-upgrade yang meliputi containment internal dan external, barrier system terdiri dari fuel pellet, fuel pin cladding, primary ciecuit boundary, protective containment dan biological shield. PLTN Generasi III+ ini sedang dibangun di Turki dan negara-negara lain.Ā 

Dengan gambaran keberadaan PLTN di dunia dan partispasi Rusia/ROSATOM dalam pengalamannya membangun PLTN diberbagai negara, maka tawaran Rusia yang sudah dikemukakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Presiden Jokowi tahun 2022, dan kemudian dikemukakan kembali oleh Anna Belokoneva, semoga mendapat perhatian serius dari Pemerintah Indonesia untuk ada tindak lanjut secepatnya.

PLTN Hari Depan Indonesia

Sebagai bangsa yang akan membangun PLTN untuk pertama kalinya, tentunya kita harus memilih vendor yang sangat berpengalaman membangun PLTN di berbagai negara karena memiliki teknologi yang sudah teruji. Karena salah satu syarat utama membangun PLTN disuatu negara ialah teknologinya sudah teruji dan negara pemilik teknologinya sudah berpengalaman.

ROSATOM sangat memenuhi syarat untuk itu. Disisi lain Rusia dan Indonesia memiliki hubungan kerjasama yang baik, serasi dan saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Dan sejarah yang panjang telah membuktikannya.Ā  Harapan ini muncul karena Pemerintah telah menunjuk Menko Invest Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Ketua Percepatan Pembangunan PLTN di Indonesia sekaligus diangkat sebagai Ketua NEPIO (Nuclear Energy Program Implementing Organization). Dengan terbentuknya NEPIO ada harapan besar terbangunnya PLTN di Indonesia.

Percepatan Pembangunan PLTN ini bagi Indonesia sangat mendasar, karena disamping menunjang dab memenuhi kebutuhan energi nasional, tetapi juga sebagai pengembangan EBET (Energi Baru dan Energi Terbarukan) yang diprioritaskan untuk mengganti peran energi fosil yang merusak lingkungan, sehingga pencapaian Net Zero Emission selambat-lambatnya akan terwujud paling lambat 2060. Program Nasional, EBET akan menunjang 31% dari kebutuhan energi nasional pada 2050 dan hal ini menurut berbagai ahli tidak mungkin tercapai jika PLTN tidak dibangun saat ini. Para pejuang PLTN yang dalam perjalanan perjuangannyaĀ  sekitar 50 tahun untuk mewujudkan kehadiran PLTN di Indonesia sesuai harapan Presiden Soekarno,Ā semoga benar-benar terwujud dalam segera.

Oleh karena itu kiranya tidak ada lagi pihak-pihak yang akan menghalangi kehadiran PLTN ini, karena kepentingan sepihak yang sangat merugikan bangsa ini. Banyak harapan yang diberikan kepada Menko Invest Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan untuk dapat mengatasi berbagai tantangan dan hambatan yang ada dan mengada-ada. Dengan teratasinya berbagai hambatan dan tantang tersebut, makaĀ  persiapan utama dapat diintis oleh Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, kemudian diteruskan dan direalisir pembangunannya oleh Presiden terpilih Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.

Semoga ini menjadi kenyataan sejarah dan jika ini terjadi (diperhitungkan akan terjadi), sejarah akan mencatat 2 Jenderal Purnawirawan ini adalah Pahlawan PLTN.Ā 

Jakarta, 25 Maret 2024

*Penulis Drs. Markus Wauran, Wakil Ketua Dewan Pendiri HIMNI (Umum Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru