Minggu, 15 September 2024

Saatnya Fase Runcing Santap Menu Makanan Keras (2)

Oleh: Toga Tambunan

DARAH TUHAN YESUS telah menebus manusia dari dosa pencengkram Adam & Hawa akibat mengikuti Lucifer membangkangi Allah dan dari cara hidup nenek moyang yang sudah dikuasai Lucifer. Darah tersebut mahal tiada duanya, tidak terbilang hitungannya. Semua manusia ditebus. Analogi barang ditebus, dengan penebusanNya tersebut setiap orang sejatinya berada dalam kendaliNya, sejatinya, secara moral wajib tunduk kepadaNya. Namun Allah menghendaki kepatuhan manusia kepadaNya, perwujudan buah kesadaran kemauan bersangkutan berkarakter taat, bukan hanya kepatuhan mekanis sebagai ucapan terima kasih paska ditebus.

Meski yang bersangkutan berada dalam bui indoktrinasi gas busuk dunia Lucifer, pencetak egoistis individualis sombong yang mengeras laten dalam akalbudi manusia, Allah tetap membuka akses menyambut hubungan dari siapa pun manusia yang sadar berkemauan bergaul intim denganNya secara langsung maupun melalui institusi gereja.

Indoktrinasi Lucifer diantaranya budaya brengsek karakter helennis pemuaskan nafsu selera tak berhenti membuncitkan perut, kemewahan seangkasa kaya jasmaniah, serta mengejar dari orang selangit pujian sembah diagungkan jadi kepentingan wahid kehidupan.

Asalkan manusia berkarakter sombong, mementingkan diri sendiri, Lucifer oke saja bahkan mendorong seseorang memuji Allah, Tuhan Yesus dan Rohkudus asalkan dengan protokol ritual bernalar doang dan asalkan tidak mengeksekusi firman Allah itu dengan perbuatan.

Protokol bernalar mengakui Yesus itu Tuhan, tergolong dalam kriteria menu makanan lunak, justru digunakan Lucifer sehingga seseorang sudah merasa dan apalagi kebaktiannya itu ditonton orang, padahal hanya performa doang. Lucifer menghipnotis manusia agar tetap dibawah cangkangnya.

Menu makanan keras berupa protokol penyangkalan atau negasi yang dieksekusi Yesus dengan perbuatanNya, terhadap indoktrinasi sistimatik Lucifer dibuktikan nyata antara lain setelah puasa makan 40 hari. NalarNya setangkup dengan perbuatanNya.

Kesadaran dengan berbuat mematuhi kehendak Allah secara tindakan riil, bukan sebatas bernalar, merupakan menu makanan keras.

Penggunaan kekayaan yang diizinkan Allah dimiliki seseorang, sesuai petunjuk Rohkudus, bukanlah untuk kepuasan kepentingan sendiri melainkan untuk kemaslahatan umum. Seseorang berbuat menu makanan keras demikian tidak akan kehilangan kekayaannya yang sejatinya hanya memegang saja.

Tradisi adat istiadat warisan leluhur misalnya dalam acara pernikahan apakah motifnya pesta untuk meninggikan diri atau memperagakan kekayaan? Apakah motif tinggikan diri demikian sesuai kehendak Allah?

Begitu juga dalam acara kematian, adat tradisional warisan leluhur, apakah sesuai kehendak Allah dan tidak bermotif mempertontonkan anthropo-sentris atau kekayaan?

Tuhan Yesus mensyaratkan seseorang diterima jadi muridnya, jika kecintaan calmur itu terhadap keluarga serta nyawanya bukan skala utama prioritas, juga sedia memikul salib dan melepas segala milik harta kekayaan kejayaan dunia, menurut ketetapanNya sbb:

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku (Lukas 14:26)…….. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:27)…….. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
(Lukas 14: 33)

Perhatikan ” yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” sejatinya posisi demikian berhubung manusia itu obyek gadai papa yang ditebusanNya.

Testamen orangtua semula diterima secara verbal ucapan lidah. Penerimaan setuju verbal itu adalah makanan lunak.

Berlanjut tahap eksekusi wasiat tersebut, yang bersangkutan mengakali dengan berbagai cara serta menginterprestasi sesukanya isi wasiat itu untuk tujuan mengkangkanginya dan tidak mau membuka amanat wasiat seperti seharusnya, membagi dengan saudara/i-nya. Itulah ilustrasi perbedaan menu makanan lunak dengan menu makanan keras.

Jika diamati hingga kini pada umumnya jemaat pengaku percaya Allah, Tuhan Yesus dan Rohkudus itu, ternyata hanya kualitas berani terhadap menu makanan lunak, tidak sanggup menyantap menu makanan keras. Padahal Rohkudus melalui surat Ibrani 5 :11-14 yang dikutip, yang ditulis sekitar tahun 60-an, telah mengevaluasi serta menegur amat pedas kualitas iman pengaku Kristen saat itu yang kesanggupannya dinilai minum susu yang tergolong nomenklatur menu makanan lunak. Berarti sudah 2000-an tahun berselang, hingga kini kualitas iman pengaku percaya itu belum beranjak dari masa jadul.

Baru-baru ini kuikut hadir acara pemakaman bayi berumur sehari. Bayi lahir itu memiliki banyak “keistimewaan” jasmani yang jarang dimiliki manusia. Dukun memaknai keistimewaan begitu pertanda bawa sial ke dalam keluarga maka biasanya ditutupi agar umum tidak tahu, langsung dibuang. “Kebenaran” tradisi lama dukun itu masih bertengger memasung jiwa warga pemercayainya. Sepasang kakek nenek bayi itu beragama Kristen, sudah sampai ke usia 70-an tahun mungkin pengikut ajaran dukun itu penyebab tidak mau melihat cucunya tersebut, bukan karena terhalang oleh rintangan yang masuk akal. Apakah ada saham gereja atas kualitas iman sepasang kakek nenek tersebut?

Berikutnya, dalam peradaban bernegara nenek moyang kita mewariskan tatanan kenegaraan seperti Benjamin Franklin (1706 – 1790 menyimpulkan jumawa “nothing is certain but tax and dead” Tax itu seakan abdsolut.

Demikianlah sistim demokrasi yang kini dianut negara di dunia, tipe imperialis atau pun tipe Sosialis hanya tatanan transisi bagi kehidupan manusia.

Semula Allah menghendaki umat pilihanNya itu langsung dibawah hirarkiNya. Tetapi kedegilan umatNya dahulu itu menuntut adanya raja, seperti bangsa lain.
Akhirnya Allah menunjuk Saul menjadi raja pertama bagi umat pilihanNya. Selanjutnya terjadi beberapa bentuk kenegaraan seperti sekarang yang masing-masing mengklaim sistim demokrasi.

Allah mengizinkannya sistim demokrasi atau apapun tatanan negara dewasa ini eksis, itu berlangsung ditengah Kontradiksi Prima sedang berlangsung hingga definitif Lucifer binasa. Apakah gereja melengkapi jemaat materi politik negara semisal idee Benyamin Franklin bukan mencerminkan tatanan Kerajaan Allah? Atau gereja tidak mau tahu sehingga jemaat tanpa pendirian praktis korelasi negara fana ini dengan kekekalan LB3?

Rohkudus melalui Petrus menyatakan dalam 1 Petrus 2:13-16, sbb:
“karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah”

Selaku hamba Allah Tuhan Yesus mempraktekkan mengatasi aturan pajak sekitar 2000-an tahun lalu, di saat para ulama synagoge mengintimidasi dan memprovokasi tentang negara:
“Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Mateus 22:19)…… Tanggapan Yesus “Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi”
Matius 22:20-22

Begitulah praktek Tuhan Yesus terhadap aturan negara di dunia. Secara mekanis mentaati, sedang secara prinsip menolak, di sepanjang masa transisi seiring fase Kontradiksi Prima menjelang defenitif kuasa Lucifer binasa. Dalam kondisi demikian, Tuhan Yesus terus menggarap pertobatan manusia.

Praktek itu dilanjutkan para Rasul dan kemudian seperti pengalamanNya juga dialami para Rasul, sebagai konsekuensi menyantap menu makanan keras, mengkonstruksi peradaban baru.

Menu makanan keras itu bukan hanya sikap dan kognisi bernalar mengagungkan Bapak Surgawi, Tuhan Yesus dan Rohkudus, juga jika berlanjut perbuatan.

Yang berani hanya terhadap menu makanan lunak dipastikan baka bersama Lucifer, binasa abadi. Rohkudus telah mengingatkannya dalam kitab Wahyu bab 2 dan 3.

Prediksi Tuhan Yesus 2000-an tahun lalu, di masa kini telah terjadi yakni orang Kristen dieksekusi ISIS antara lain di Suriah. Peristiwa demikian akan makin marak universal termasuk di Indonesia, bersamaan Lucifer mengadu bangsa vs bangsa berperang makin brutal.

Hanya dengan mengalami hubungan pribadi dengan Bapak Surgawi, Tuhan Yesus dan Rohkudus seseorang akan dapat menyantap menu makanan keras itu. Konstruksilah hubungan pribadi tersebut dengan tekun, seseorang pasti akan mengalami kontak transrasional dengan Bapak Surgawi.

Lucifer mencerai- beraikan pengaku Yesus itu Tuhan ke lubang denominasi mungkin banyaknya ribuan.
Keesaan gereja salah satu masalah internal vital orang percaya yang sudah diperingatkan Rohkudus sangat serius diantaranya melalui surat ditulis Rasul Johanes. Secara verbal urgensi keesaan gereja, sudah digaungkan semua denominasi ribuan tahun lalu, rupanya performa retorika belaka. Ribuan tahun berlalu. Ternyata peringatan serius itu disantap sebagai menu makanan lunak dan tidak direalisasikan bobotnya yang memang termasuk menu makanan keras. Kondisi busuk yang ditata Lucifer ini, kini saatnya diakhiri dengan aksi konkrit para punggawa denominasi dengan melibatkan topangan transrasional Rohkudus.

Keseriusan tegang mengenyah-hempaskan kuasa Lucifer, berhubung aktif bersukacita surgawi menyantap menu makanan keras dengan ditopang hikmat transrasional demi menyenangkan perasaan hati Bapak Surgawi yang berlangsung dalam diri setiawan pengakui Yesus itu Tuhan, memproses akalbudi dan roh setiawan itu bergerak kian cekatan dinamis pasti berbuah kecerdasan kearifan kesadaran dan pikiran, yang meningkat lipat ganda dalam figur setiawan itu.

Camkan: “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Wahyu 3:21-22

Selamat hari minggu. Haleluya.

Bekasi – Bandung, 06 Agustus 2023

*Penulis Toga Tambunan, evangelis Gereka Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru