JAKARTA- Menanggapi perkembangan politik paska pencoblosan tanggal 9 Juli 2014 yang lalu, mantan Asisten Teritorial (Aster) Kepala Staff Angkatan Darat (Kasad) Mayjen (Purn) Saurip Kadi menjelaskan bahwa keadaan akan aman dan calon presiden yang kalah niscaya akan legowo.
“Munculnya kekuatiran akan terjadinya kekacauan, disebabkan tingkat public distrust (ketidak percayaan publik-red) yang sudah tinggi. Tapi yang pasti saat ini tidak ada isu nasional yang bisa melahirkan tenaga menggerakkan rakyat. Dan di negeri ini masih ada TNI yang utuh dan solid,” demikian ujarnya kepada Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (12/7).
Sementara itu Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri menurutnya tidak mungkin melepas pertaruhan terakhirnya, bila pemilu presiden sampai cacat.
“Jika kecurangan dalam penghitungan, niscaya reputasi SBY habis total baik dimata publik dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Sikap Prabowo
Terhadap persepsi publik yang menempatkan capres Prabowo Subianto dekat dengan sumber-sumber kekerasan, sehingga kalau kalah maka kekuatan tersebut akan bergerak sendiri, tanpa harus dikomando Saurip Kadi menjelaskan, bahwa hal tersebut sebagai sesuatu yang irasional sekaligus tidak realistis.
“Yang sedang dikerjakan Pak Prabowo adalah membangun demokrasi, bukan sedang melakukan perang. Lagi pula ditilik dari rekam jejaknya, niscaya bila Prabowo tampil sebagai pemenang tidak akan umuk (ephoria berlebihan), Sebaliknya kalau kalah juga tidak mungkin akan amuk,” jelasnya.
Menurutnya Saurip Kadi, sikap ksatria yang ditunjukkan Prabowo tunjukkan dalam sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tahun 1998 adalah fakta sejarah, bahwa dirinya justru mengambil alih seluruh tanggung jawab yang diperbuat anak buah. Sehingga Prabowo harus menanggung risiko dengan diberhentikan dari dinas aktif dan menyandang cap terlibat penculikan. Dirinya memilih bungkam tidak membuka siapa atasan yang memerintahkan.
“Jangankan cuma kerugian materi yang dikeluarkan dalam Pilpres dan hilangnya kesempatan untuk jadi Presiden, nyawa pun telah berulangkali ia pertaruhkan dalam medan pertempuran,” ujarnya.
Kontribusi dalam membangun demokrasi yang telah ia contohkan dalam Pilpres 2014 menurut Saurip Kadi adalah warisan yang akan dikenang bangsa dan utamanya generasi penerus TNI yang kelak terjun dalam dunia politik.
Saurip kadi menambahkan, satu-satunya kekurangan yang harus dihentikan oleh Prabowo Subianto saat menang Pilpres adalah dalam menunjuk pembantu dan orang-orang kepercayaannya secara selektif.
“Agar tidak terjadi lingkaran setan di sekeliling beliau. Apalagi setan yang berjejer mengelilingi beliau, seperti yang telah mengantar dirinya harus bertanggung jawab dalam penculikan aktifis 1998,” ujarnya.
Saurip Kadi mengingatkan bahwa kerawanan justru ada di pihak kubu Jokowi-Jusuf Kalla.
“Massa pendukung Jokowi-JK yang terdiri dari masyarakat berpenghasilan rendah marah tidak bisa menerima kekalahan hasil Pilpres yang akan diumumkan pada 22 Juli 2014 mendatang. Namun itu pun sifatnya sangat-sangat lokal. Kalau tidak ada yang menyulut, mustahil merembet ke tingkat nasional,” ujarnya. (Calvin G. Eben-Haezer)