Minggu, 20 April 2025

Setara: Brimob Tak Perlu Dilatih Kopassus

JAKARTA- Permohonan yang diajukan Kapolri tentang pelibatan Brigade Mobil Polri (Brimob) dalam pelatihan yang dilakukan oleh Kopassus menunjukkan paradigma Polri belum berubah. Hal ini disampaikan oleh Ketua Setara Institute, Hendardi kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (28/7).

“Kopassus didesain untuk berperang sedangkan Brimob didesain untuk pengamanan. Beda cetakan ini juga menunjukkan secara tegas bahwa Polri bertugas menyelenggarakan keamanan dan TNI menjalankan tugas pertahanan,” ujarnya.

Hendardi mempertanyakan rencana dari Kapolri untuk melibatkan Brimob dalam pelatihan yang dilakukan oleh Kopassus padahal sudah mengetahui Polri dan TNI memiliki tugas dan pendekatan yang berbeda.

“Polri tampaknya tidak percaya diri dengan sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya,” ujarnya.

Setara Institute mengingatkan agar Kapolri kembali pada tujuan refomasi dibidang Kepolisian yaitu mengembalikan tugas pengamanan ditangan kepolisian bukan ditangan TNI.

“Jika pola ini tidak berubah maka harapan menjadikan Polri sebagai polisi sipil akan semakin jauh,” ujarnya.

Kalau hal ini terjadi menurutnya, reformasi Polri selama ini baru menyentuh aspek kelembagaan saja. Sedangkan reformasi pada tataran konseptual, cara pikir, dan kinerja masih sama dengan masa lalu.

Menurutnya, Danjen Kopassus harus menolak permohonan Kapolri tersebut, agar prinsip-prinsip penyelanggaraan negara tetap sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan oleh konstitusi dan perundang-undangan.

“Saya setuju dengan Kapuspen TNI Fuad Basya yang melalui media sudah menyatakan penolakannya,” ujar Hendardi.

Survival Di Hutan

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti meminta Brimob mendapat pelatihan dari Komando Pasukan Khusus (kopassus) untuk survive di tengah hutan memburu kelompok teroris, yang kerap bergerilya keluar masuk hutan dalam jangka waktu yang lama.

“Kan kita dalam penegakan hukum pengejaran terhadap Santoso yang ada di gunung-gunung dan hutan, oleh karena itu kita perlu pelatihan tertentu saja, bagaimana kita bisa survive, penjajakan di hutan, kan nggak bisa anggota Brimob bertahan di hutan,” kata Badrodin kepada wartawa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 27 Juli 2015.

Menurut Badrodin, meski kepolisian sudah memiliki Detasemen Khusus 88 anti teror, namun mereka tidak dipersiapkan untuk survive di hutan. Mereka, kata Badrodin, tak akan bisa bertahan lama di dalam hutan.

Badrodin menjelaskan Densus 88 tak bisa melakukan pengejaran jika satu minggu sekali mereka harus diganti. Kemudian, alat-alat khusus yang dimiliki Densus juga tak mungkin dipergunakan di hutan. Seperti sinyal handphone dan peralatan elektronik.

“Mengejar teroris itu tidak cukup baru satu minggu turun, padahal itu pengejaran bisa berpuluh-puluh hari,” ujar dia.

Kapolri menegaskan bahwa pelatihan ini bukan untuk perang, namun hanya untuk pemberantasan terorisme khususnya untuk mengejar komplotan Santoso.

Ia memastikan akan menugaskan dua kompi Brimob untuk dikirim ke pelatihan tersebut. Pelatihannya sendiri masih menunggu sebab harus melakukan koordinasi pada tingkat bawah, menyiapkan anggotanya, menyiapkan pelatihnya. (Calvin G. Eben-Haezer)

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru