JAKARTA- Insiden di Tolikara, Papua Jumat (17/7) lalu adalah pelanggaran hak atas kebebasan beribadah yang merupakan keyakinan yang melekat pada setiap orang. Insiden ini juga kemungkinan berkaitan dengan isu reshuffle kabinet yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo setelah Hari Raya Idul Fitri ini. Hal ini disampaikan oleh Ketua Setara Institute, Hendardi kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (20/7).
Ā
āIsu kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah isu yang sensitif jadi harus ditengok pula dalam perspektif pemain-pemain dan kepentingan-kepentingan politik tertentu termasuk dalam konteks isu reshufle yang belakangan mencuat khususnya di sektor politik, hukum dan keamanan,ā ujarnya.
Untuk itu, Presiden Jokowi mesti cukup hati-hati dan bijaksana menyelesaikan persoalan ini dan mengutamakan kepentingan warga.
āPemerintah dalam hal ini aparat hukum agar segera mengungkap tuntas kasus ini secara tegas, proporsional dan transparan serta menyeret pelaku dan otak pelaku ke muka hukum,ā ujarnya.
Kelambanan antisipasi aparat setempat menurutnya juga harus diperiksa agar tercipta ketenangan dan kedamaian kembali di Papua, terutama bagi orang yang berbeda keyakinan.
Didahului Penembakan
Dalam insiden Tolikara, sebuah Mushola dan beberapa toko terbakar pada Hari Raya Idul Fitri, Jumat (17/7).Ā Ā Sebelumnya, aparat keamanan melakukan penembakan terhadap masyarakat yang melukai 12 orang dan menewaskan satu orang.
Pada Jumat, 17 Juli 2015, pukul 08.30 WIT, beberapa pemuda gereja mendatangi kelompok umat Muslim yang sedang melangsungkan Sholad ied. Mereka bermaksud menyampaikan aspirasi agar sholat tidak menggunakan penggeras suara. Karena tidak jauh dari tempat sholat itu sekitar 300 meter sedang berlangsung seminar Nasional dan kebaktian dan kebangkitan rohani (KKR).Ā
Sebelumnya, dua minggu sebelum kegiatan seminar, Gereja GIDI secara resmi telah mengirim surat kepada Kepala Kepolisian (Kapolres) Tolikara, AKBP. Suroso, dan meminta agar kegiatan ibadah sholat Ied tidak menggunakan pengeras suara.
āNah, ketika Pemuda hendak menyampaikan aspirasi ini, secara tertib tiba-tiba seorang Pemuda tertembak timah panas tanpa ada perlawanan. TNI/Polri melakukan penembakan bertubi-tubi mengakibatkan 12 orang Pemuda terkena peluru,ā jelasĀ Presiden GIDI Pendeta Dorman Wandikmbo dalam kronologinya kepada Bergelora.com
Pendeta Dorman menjelaskan, akibat 12 pemuda tertembak di depan kerumunan masyarakat, maka masyarakat tidak terima dengan perbuatan penembakan tersebut dan langsung melakukan pembakaran terhadap beberapa kios, yang merembet hingga membakar Mushola.
āTidak benar kalau para pemuda melakukan pembakaran Mushola. Mushola itu kebetulan ada ditengah ruko dan kios yang dibangun mengelilingi Mushola. Selain Mushola dan ruko dan kios, juga terbakar rumah masyarakat Papua dan non-Papua,ā ujarnya. (Web Warouw)