JAKARTA- Hari perdana kerja di tahun 2017, Selasa (3/1) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengumpulkan semua pejabat dalam rapat yang dihadiri semua pejabat eselon 1.
“Saya menggelar rapim. Hadir smua pejabat eselon 1 KLHK Pertama, saya memberi apresiasi kepada jajaran karena semangat dan keberhasilan bisa kurangi kebakaran hutan dan lahan setelah hampir 2 dekade merajalela,” jelasnya dalam akun twitternya dikutip Bergelora.com, di Jakarta, Rabu (4/1).
Namun Siti Nurbaya juga mengingatkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kebakaran hutan dimasa depan di tahun 2017.
“Terutama untuk Kepala Daerah, supaya meningkatkan kewaspadaan sedini mungkin sejak Makanya, tadi saya keluarkan surat warning waspada kepada seluruh kepala daerah soal Karhutla. isinya,prakiraan kondisi iklim di 2017 berada pada kisaran normal, tapi peluang hujan di Sumatera, periode Januari-Juni 2017 rendah,” jelasnya.
Ia mengingatkan, hasil Analisis Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK) memperlihatkan wilayah pantai timur Sumatera potensial menjadi kering.
Sebelumnya Siti Nurbaya mengatakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sepanjang 2016 berhasil ditekan. Hal ini dilihat dari menurunnya jumlah titik api dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan pantauan satelit NOAA, jumlah titik api menurun sebanyak 82 persen. Sedangkan satelit Terra-Aqua menunjukkan penurunan sebesar 90 persen. “Evaluasinya untuk 2016 bagus,” ucapnya dalam acara Temu Karya Manggala Agni di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Jumat, 16 Desember 2016.
Indeks standar pencemaran udara (ISPU) pada 2016 paling tinggi hanya mencapai indikator sedang (moderate).
Politikus Partai NasDem ini berujar, berdasarkan data akhir Oktober 2016, area yang terbakar seluas 190 ribu hektare.
“Tahun lalu, dua juta lebih,” tuturnya.
Siti menyayangkan pandangan minor berbagai pihak terhadap upaya lembaganya memadamkan kebakaran. Menurut dia, banyak anggapan bahwa kebakaran hutan tahun ini dapat cepat diatasi karena faktor intensitas hujan yang tinggi.
Ia juga menyinggung negara tetangga yang mengapresiasi kinerja pemerintah, tapi menganggap karhutla mampu diatasi karena faktor hujan. Padahal, meski ada hujan, beberapa titik api belum hilang.
“Ngaco itu pakai ada tapinya. Enggak fair,” katanya.
Padahal, menurut Siti, pemerintah bersama TNI dan Polri tidak berhenti bekerja untuk memadamkan api. (Calvin G. Eben-Haezer)