Senin, 10 Februari 2025

Soekarno, Pemimpin Besar Terlahir Dari Pertempuran Besar

Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali berpidato tentang Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,–setelah sebuah kudeta militer yang didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965.  Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.

 

Oleh: Revitriyoso Husodo*

Kebesaran Soekarno tidaklah terlahir dari kehebatan individu ataupun kekuatan klenik yang katanya dimilikinya. Namun segala sesuatu terjadi melalui proses yang lama dan rumit, yang rumus-rumus fisikanya hanya sedikit yang kita ketahui, atau bahkan belum kita ketahui sama sekali, maka disebut proses metafisika. Demikian pula proses terbentuknya sebuah pemaknaan baru dari kata ‘Soekarno’,– kata, sosok atau makna yang kita ketahui dan kita kagumi bersama tersebut.

Demikian hebatnya kata ‘Soekarno’, hingga orde baru pun enggan menyebutkan nama Soekarno tanpa diembel-embeli kata Hatta di belakangnya. Apalagi berkeinginan untuk menjadikan ia sebagai Pahlawan nasional. Bukan karena ia memiliki daya ‘linuwih’ ataupun karena kodam tongkat, cincin dan keris keramatnya. Bukan pula karena mitos-mitos mistis yang sengaja dihembuskan, ataupun juga yang terbentuk karena harapan pekat rakyat yang terlalu lama tertindas mengharap datangnya sang Ratu Adil. Jadi, ketika seorang Douwes Dekker yang rasionalis pernah berucap bahwa Soekarno muda kelak akan menjadi pemimpin bangsa, tentunya bukan ramalan dengan pendekatan mistis, namun karena melihat pemuda itu cepat belajar; memiliki semangat yang keras serta terlahir di zaman yang tepat.

Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua antar negara-negara penjajah berdampak pada menjamurnya gerakan nasion pembebasan di negara-negara jajahan. Pembentukan negara yang berdaulat kemudian mewabah menjadi cita-cita bersama dalam rangka membebaskan diri dari penindasan kolonialisme hingga akhir abad ke-19. Situasi revolusioner di dunia saat itu melahirkan perlawanan-perlawanan kelompok dan bermuara pada perlawanan-perlawanan yang bersifat nasional.

Akumulasi peristiwa-peristiwa besar tersebut melahirkan tokoh-tokoh besar, sebesar sosok Sukarno. Banyak Sukarno-Sukarno lain bagi bangsa- bangsa terjajah saat itu, seperti Kemal Pasha Ataturk bagi bangsa Turki; Gamal Abdul Nasser bagi nasion Mesir modern, Jawaharlal Nehru bagi rakyat India, Fidel Castro bagi bangsa Kuba dan lain sebagainya. Pada puncaknya ketika para negara imperialis menyadari kekeliruan dengan saling baku hantam akan melahirkan perlawanan terhadap mereka, Dengan elegannya ia beretorika:

”Jikalau Banteng Indonesia sudah bekerjasama dengan Sphinx dari negeri Mesir,  dengan Lembo Nandi dari India dengan Liong-Barongsai dari Tiongkok, dengan kampiun-kampiun kemerdekaan dari negeri lain–jikalau Banteng Indonesia bisa bekerjasama dengan semua musuh kapitalisme dan internasional imperialisme di seluruh dunia-wahai, tentu hari-harinya internasional imperialisme itu segera terbilang!”

Nurture Versus Nature

Seseorang Bernama Soekarno. Pada tahun 6 Juni 1901, di Surabaya terlahirlah seorang bayi laki-laki seperti bayi laki-laki lainnya yang diberi nama Kusno Sukarno oleh pasangan ayah Raden Soekeni Sostrodihardjo dan ibu Ida Ayu Rai Srimben. Bayi ini kemudian menjadi sosok besar dalam sejarah peradaban dunia, hal ini bukanlah dikarenakan oleh kebetulan belaka, namun oleh pendidikan yang baik dan mumpuni lalu diasah oleh situasi politik yang tegang dan keras melawan penjajah, serta pengaruh pergaulan berorganisasi para nasionalis berwawasan luas saat itu.

Nurture lebih berperan daripada nature dalam pembentukan besar kecilnya peran seseorang dalam perkembangan sejarah kemanusiaan di bumi. Belajar beradaptasi terhadap lingkungan dan situasi yang ada, lebih menentukan pembentukan karakter dan kualitas seseorang bukan karena faktor genetik seseorang terlahir lebih hebat dari yang lain.

Ternyata Soekarno belajar banyak dalam hal memimpin, ketika tinggal di wilayah pedesaan. Ia seperti mendapat privilege ketika Keluarganya yang cukup terhormat dari kota pindah ke desa Bago, Tulungagung. Banyak anak sekeliling rumah baru di desanya ingin bermain dan dipimpin olehnya. Teman-teman kecilnya dari latar belakang keluarga tani miskin yang kejangkit budaya feodal priyayi yang terlalu lama tertindas mungkin sejak zaman tanam paksa atau jauh sebelumnya. Hal tersebut sangat berpengaruh pada watak ingin memimpinnya di kemudian  hari.

Pengetahuan luas yang ia miliki terlahir dari sistem pendidikan belanda yang ia tempuh mulai dari sekolah khusus anak-anak keturunan Eropa, ELS(Eurepesche Leger School). Kemudian Soekarno melanjutkan ke HBS(Hogere Burger School) di Surabaya. Ketika di HBS ia menetap di rumah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto tokoh besar Sarekat Islam. Dari dialah Soekarno belajar beroasi, berdebat hingga berpolitik. Hingga ia sempat sampaikan bahwa pidato Tjokro dapat menyihir para audiensnya karena suaranya seperti burung kenari bernyanyi. Maka tidak heran gaya pidato, cara berpakaian, gaya hidup Tjokro ditiru habis oleh Soekarno hingga akhir hayatnya.

Namun, masyarakat luas jarang mengenal sosok yang diidolakannya, mereka hanya mengenal Soekarno, pemimpin yang pandai berorasi, lihai berpolitik, berkemeja jas putih, celana putih dan bersepatu putih, charming.

Di rumah Tjokro, yang sering disebut sebagai dapurnya api revolusi, ia banyak bertemu dan menimba ilmu dari para pendahulunya dalam belajar berorganisasi. Ia bertemu dengan orang-orang berwawasan luas seperti Alimin, Darsono, Musso, Haji Agus Salim, Marijan Kartosuwiryo, Suryopranoto, dan lain sebagainya. Organisasi pertama yang ia masuki adalah Perhimpunan Trikoro Darmo yang kemudian berubah menjadi Jong Java.

Pengetahuannya semakin luas ditambah dengan kebiasaannya membaca buku-buku ‘berat’ filsafat dan politik yang ia pinjam dari Perpustakaan Theoshophical Society. Selanjutnya ia menempuh strata pendidikan yang cukup tinggi bagi bangsa Eropa sekalipun,–  THS (Technichse Hoge School), di Bandung. Di kota ini ia sering bertemu untuk bertukar fikiran dengan pemikir-pemikir yang membuka mata politiknya seperti Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. Dengan demikian tidaklah mengherankan sosok Soekarno berkembang menjadi sosok sangat terpelajar dan berpikiran maju melampau zamannya.

Soekarno terlahir bukan dari rahim individualisme, yang merujuk pada salah satu pemaknaannya yaitu ke dalam paham liberalisme yang melahirkan possesive individualism dan laissez-faire individualism yang ujung-jungnya menjadi pembenaran terhadap kepemilikan pribadi, pasar bebas dan memiliki efek merusak (corrosive effect) bagi tatanan sosial dunia. Sebaliknya, Sukarno terlahir dari semangat perjuangan bagi kemaslahatan komunal. Nasion berupa gabungan bangsa-bangsa nusantara dalam gejolak imperialisme dunialah yang melahirkan makna Soekarno sebagai ‘sesuatu’ yang dahsyat.

Bersama para pejuang yang dikenal maupun yang tertimbun sejarah yang brilian berani dan cerdas lainnya melahirkan Pancasila; memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia; melahirkan gagasan penyatuan kekuatan Asia Afrika; melahirkan konsep Trisakti; melahirkan pidato-pidato dahsyat sepanjang masa. Soekarno bukan lagi seseorang yang hebat, Soekarno adalah kita sendiri, nasion yang dahsyat, semoga tidak lama lagi.

* Penulis adalah Budayawan, pekerja seni dan pekerja anjungan lepas pantai X-Ray, Laut Jawa.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru