JAKARTA – Pemerintah mengatakan saat ini Indonesia sudah mencapai target swasembada beras pada April 2025 ini. Kondisi ini terlihat dari stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Perum Bulog yang sudah mencapai di atas 3 juta ton.
Meski begitu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan ada sejumlah pihak yang tidak senang melihat Indonesia mencapai swasembada pangan. Khususnya pihak-pihak yang kerap ekspor beras ke RI.
“Kemarin yang kami dapat, lembaga Amerika Serikat, USDA, itu mengatakan bahwa produksi Indonesia melompat tinggi dan kata-katanya itu mengecewakan eksportir negara lain,” kata Amran saat ditemui wartawan di Kantor Kementan, Sabtu (26/4/2025).
“Tidak ada satupun negara di dunia khususnya eksportir, menginginkan Indonesia swasembada. Kita adalah pasarnya. Itu pasti, itu normal,” paparnya lagi.
Bersamaan dengan itu, ia memprediksi Indonesia dapat memproduksi beras hingga 34 juta ton sepanjang 2025. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari target produksi yang sudah ditetapkan pemerintah sebelumnya.
“Diprediksi produksi (beras) kita 34 lebih juta ton dari target kita 32. Moga-moga itu tercapai dan ada keyakinannya di atas. Ada keyakinan kami produksi tahun ini di atas daripada ditargetkan pemerintah,” ucapnya lagi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas juga mengatakan Indonesia sudah mencapai target swasembada beras. Padahal cita-cita itu awalnya ditargetkan dapat tercapai dalam waktu 4 tahun.
Zulhas mengatakan dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Perum Bulog sudah di atas 3 juta ton, sehingga RI diyakini tidak perlu melakukan impor hingga 2026.
“Ini baru April, sampai akhir April stok beras kita di atas 3 juta ton. Artinya apa? Artinya sampai 2026 kalau normal saja kita tidak perlu impor lagi. Bahasa terangnya yang semula target 4 tahun, 3 tahun, 2 tahun, ternyata sampai April sudah bisa swasembada,” kata Zulhas, Selasa (23/4/2025).
Selain itu, Indonesia menjadi sorotan karena terjadinya penurunan tajam impor beras dari hampir 5 juta ton menjadi hanya sekitar 800 ribu ton pada 2025.
Indonesia telah mencatatkan rekor stok beras tertinggi selama 20 tahun yaitu tembus 3,3 juta ton. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras Januari-April 2025 mencapai 13,95 juta ton atau tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan capaian ini bukan terjadi secara kebetulan, melainkan hasil dari kerja cepat dan sinergi antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI/Polri, BUMN, maupun petani di Indonesia.
āProduksi beras kita meningkat signifikan karena intervensi cepat dan sinergi seluruh pihak,āā kataĀ MentanĀ Amran dalam keterangannya pada Sabtu (26/4/2025).
Ia menambahkan, program strategis seperti distribusi pupuk, pompanisasi, penguatan sistem irigasi, serta peningkatan HPP gabah memberikan dampak nyata di lapangan.
āāPemerintah akan terus berupaya memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani,āā katanya menegaskan.
Kini, dengan cadangan beras nasional yang semakin kuat, Indonesia tidak hanya menekan ketergantungan impor, tetapi juga memperkuat posisi dalam percaturan pangan global.
Langkah ini dipandang sebagai bukti nyata dari komitmen Indonesia menuju kedaulatan pangan, sebuah transformasi yang tak hanya berdampak pada ekonomi tetapi juga memperkuat posisi geopolitiknya.
Thailand Kecewa
Kepada Bergelora.com.di Jakarta dilaporkan Indonesia mencatat adanya lompatan signifikan dalam produksi beras nasional. Keberhasilan ini mendapat pengakuan langsung dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA).
Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan produksi beras tercepat di kawasan Asia Tenggara, sekaligus menyoroti Indonesia yang telah menghentikan pembelian beras dari Thailand.
Menurut laporan terbaruĀ Rice OutlookĀ edisi April 2025 dari USDA, produksi beras Indonesia untuk musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton, naik 600 ribu ton dari proyeksi bulan lalu dan tumbuh 4,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan produksi ini mendorong peningkatanĀ luas panenĀ menjadi 11,4 juta hektare serta kondisi cuaca yang sangat mendukung di awal tahun.
Panen utama yang berkontribusi sekitar 45 persen dari total produksi saat ini tengah berlangsung, sementara panen tambahan diperkirakan akan terjadi pada Juli-Agustus serta menjelang akhir tahun.
Keberhasilan ini membawa Indonesia pada keputusan strategi, yaitu menghentikan impor beras dari Thailand. Langkah tersebut mengejutkan banyak pihak, termasuk Thailand yang kini mengalami tekanan akibat harga jual tertinggi di antara eksportir Asia.
“Penjualan Thailand ke Indonesia sangat lemah. Ekspor Thailand menurun dengan hanya 1,2 juta ton beras yang diekspor. Indonesia yang biasanya menjadi pembeli utama beras Thailand saat ini mengalami lompatan produksi. Thailand saat ini dimulainya pengekspor dengan harga beras tertinggi,” sebut USDA dalam laporannya.
Keputusan Indonesia untuk tidak lagi menjadi pasar utama berdampak langsung pada Thailand yang harus menerima kenyataan pahit sebab ekspor mereka diproyeksi anjlok hingga 29,2 persen.
Belum Mau Ekspor, Cukup Dulu Dalam Negeri
Untuk itu Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, belum berencana membuka keran ekspor pangan Indonesia ke negara lain, termasuk salah satunya Malaysia yang kemarin sempat berkunjung untuk secara langsung meminta impor beras.
Menurutnya sebelum melakukan ekspor ke luar negeri, stok pangan Indonesia harus tercukupi lebih dahulu. Bahkan bila perlu, stok dalam negeri harus betul-betul berlebih untuk kemudian bisa menjualnya ke negara lain.
“Kita upayakan dulu, stok kita perkuat, yang penting kita dulu cukup dalam negeri,” kata Amran saat ditemui wartawan di Kantor Kementan, Sabtu (26/4/2025).
Ia mengatakan ketersediaan stok dalam negeri ini menjadi sangat penting guna menjaga ketahanan dalam negeri, terutama di tengah ketidakpastian iklim yang secara langsung dapat mempengaruhi produksi pangan ke depan.
“Kita harus siap kecukupan kita, bila perlu kita siapkan betul-betul lebih dari cukup bila perlu. Kenapa? Iklim tidak bersahabat. Kita harus mengantisipasi terburuk. Jangan sampai terjadi seperti Jepang, Malaysia, dan Filipina,” tegasnya.
Sebagai informasi, sebelumnya Amran sempat melangsungkan pertemuan dengan Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia YB Datuk Seri Haji Mohamad Bin Sabu. Dalam pertemuan itu, salah satu yang dibahas adalah Malaysia yang ingin melakukan impor beras dari Indonesia.
Namun, Amran mengatakan Indonesia belum bisa mengekspor beras ke Malaysia. Karena saat ini Indonesia tengah memperkuat pasokan dalam negeri.
“Menarik, tadi menanyakan ‘apa bisa kami (Malaysia) impor beras dari Indonesia?’ Saya katakan untuk sementara kami menjaga stok dulu,” kata Amran usai pertemuan di Kementerian Pertanian, Selasa (22/4/2025) lalu.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto juga bercerita kini beberapa negara sudah melakukan pendekatan agar Indonesia mau berbagi pasokan berasnya. Ia tak menyebut negara mana yang meminta beras ke RI, namun yang jelas mereka sudah menyatakan minat secara langsung agar Indonesia mau mengirimkan beras ke negaranya.
Prabowo pun memberikan izin pengiriman beras atau ekspor ke negara lain dengan alasan memenuhi asas kemanusiaan. Bahkan dia bilang, saat beras diekspor, jangan terlalu banyak mencari untung, yang penting bisa balik modal sudah cukup.
“Saya izinkan dan saya perintahkan, kirim beras ke mereka, dan kalau perlu, sekarang. Ini atas dasar kemanusiaan. Kita jangan terlalu cari untung besar, yang penting ongkos produksi, plus angkutan, plus administrasi kembali,” beber Prabowo saat peluncuran Gerakan Indonesia Menanam di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4/2025) kemarin. (Web Warouw)