MEDAN- Kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sejati, adalah Kebersamaan dengan tokoh dan masyarakat adat. Hal ini disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara Musyawarah Masyarakat Adat Batak (MMAB) di Lapangan terbuka, Parapat, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (30/7).
“Saya bersemangat tampil dihadapan orang-orang tua, tua-tua adat, orang-orang yang dapat mempersatukan bangsa dan keutuhan NKRI,” ujarnya.
Di sela-sela kesibukannya setelah meninjau Kegiatan Bakti TNI di kec. Haranggaol, Kab. Simalungun Panglima TNI dengan menggunakan Helicopter bergegas bertatap muka dengan para tokoh Adat Batak di Parapat untuk menyampaikan kekhawatirannya tentang Ancaman yang sedang dan akan di hadapi Bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut kembali ditegaskan olehnya bahwa TNI tidak akan mampu melaksanakan tugas pokoknya tanpa bantuan dan dukungan Rakyat.
“Disinilah saya menemukan bahwa sebenarnya kekuatan TNI yang sejati adalah apabila bersama-sama dengan tokoh-tokoh adat dan masyarakat adat, sehingga berani disini saya sampaikan bahwa saya menitipkan keutuhan NKRI pada tokoh-tokoh adat dan masyarakat adat,” ucap Panglima.
Lebih lanjut kepada Bergelora.com dilaporkan, Panglima TNI menyampaikan TNI harus bisa bersatu dengan rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan memanfaatkan modal geografi untuk menjadi negara agraris, negara maritim dan negara industri. Syaratnya negara ini harus tetap aman, dan keamanan inilah, menurutnya dititipkan kepada semua tokoh-tokoh adat.
“Bersatulah selalu dan bimbinglah masyarakatnya untuk bersatu agar kita menjadi bangsa yang aman, sehingga kita bisa membangun bersama-sama dengan pemimpin satu visi bersama-sama pemerintah, maka pasti kita akan jadi bangsa pemenang yang bisa mewujudkan Indonesia Raya,” ucapnya
Menghadapi ancaman nyata yang sudah merasuk ke sendi kehidupan berbangsa, bernegara bahkan kehidupan berkeluarga maka bangsa Indonesia harus memahami kembali jatidirinya sebagai bangsa patriot, bergotong royong untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Inilah akar budaya yang harus sama-sama kita lestarikan, karena tantangan kedepan semakin sulit,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Dihadapan para tokoh adat Batak, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menyampaikan bahwa bangsa ini adalah bangsa patriot termasuk suku bangsa Batak, tidak ada satu pun daerah di Indonesia yang tidak punya tarian perang, tidak ada satupun daerah yang tidak punya ciri khas senjata, dan ini menunjukan sekecil apapun sukunya, kalau ditekan pasti dia berani. Banyak Pahlawan dihasiklan negeri ini, Pahlawan nasional Si Singamangaraja dan pahlawan revolusi seperti Jenderal D.I Panjaitan dan Pierre Tendean adalah buktinya.
“Bapak-bapak mempunyai gen patriot dan punya gen ksatria, kita punya jiwa patriot, kalau jati diri kita disentuh pasti kita lawan dan tidak takut mati,” tegas Jenderal TNI Gatot.
Indonesia melakukan cara bernegaranya dengan persatuan Indonesia, karena terdiri dari bermacam-macam suku, ras, agama dan yang paling penting cara berdemokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Jadi rakyat dipimpin oleh hikmat.
“Orang yang bijaksana seperti kepala adat, kepala suku yang mewakili masyarakat, tujuannya untuk bermusyawarah mewakili rakyatnya,” kata Panglima TNI.
Menurut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam acara tersebut, jika Pancasila dilaksanakan dengan konsisten dan konsekuen, maka pasti tujuan nasional tercapai yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi jika Sila Pertama sampai Keempat tidak dilaksanakan dengan konsisten, jangan harap Sila Kelima, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tercapai.
“Inilah sebenarnya modal demografi harus diwujudkan kembali sesuai apa yang dikatakan Presiden RI Joko Widodo yaitu mewujudkan semuanya dengan gotong royong. Gotong royong, kalau tidak di komandoi oleh tokoh-tokoh adat tidak mungkin tercapai, maka tokoh-tokoh adat sangat signifikan untuk mewujudkan persatuan Indonesia dan semuanya hanya untuk kesejahteraan kita bersama,” pungkas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Acara tersebut dihadiri Raja, Tetua adat dan Tetua Suku dari 6 (enam) etnis lokal yaitu Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Angkola dengan keseluruhan ada 260 Marga di Tanah Batak, bertujuan ingin berdialog dari masyarakat adat dengan pemerintah pusat dan dialog ini membahas masyarakat adat bersama yang dihadiri 2.000 peserta dilaksanakan dari tanggal 29 s.d. 31 Juli 2016.
Turut hadir mendampingi Panglima TNI pada acara tersebut, Aster Panglima TNI Mayjen TNI Wiyarto, Askomlek Panglima TNI Marsda TNI Bonar Hutagaol dan Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman (Kolonel Czi Berlin G)