JAKARTA- Data Rabies Indonesiaa menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 78.174 kasus Rabies (Lyssa) 206 orang. Pada tahun 2013 sebanyak 69.136, Kasus Rabies (Lyssa) 119 orang. Pada tahun 2014 sampai September 2014 sebanyak 18.261, Kasus Rabies (Lyssa) 26 orang.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama kepada Bergelora.com di Jakarta Jumat (26/9) sehubungan Hari Rabies Sedunia 28 September 2014.
“Untuk mencegah rabies adalah dengan melindungi Hewan Penular Rabies (HPR) yang berpemilik dengan Vaksinasi. Juga jaga lalu lintas HPR-anjing. Dan tentu jangan sampai digigit HPR,” ujarnya
Menurutnya, pasien yang sembuh karena virusnya belum sempat menyebar ke syaraf. Karena pasien cepat cuci luka dan cepat mendapat Vaksin Anti Rabies berulang.
“Tapi, kalau virus sudah menyebar maka angka kematian 100%, tidak ada obat bagi pasien yang sudah positif,” katanya.
Ia menegaskan bahwa, rabies bisa dicegah dan dihentikan penyebarannya. Makanya Indonesia akan menuju bebas rabies dengan upaya bersama lintas terkait dan dukungan serta komitmen daerah setempat serta partisipasi aktif masyarakat.
Negara yang belum bebas adalah Thailand, Myammar, Vietnam, Kamboja, Laos, Philipina, China, India, Pakistan, Korea dan negara-negara Africa.
“Kadang-kadang ada juga laporan dari negara maju. Kasus Rabies tertinggi adalah India bisa sampai 20.000-an pertahun,” ujarnya.
Menurutnya Vaksin Anti Rabies (VAR) yang ada di Indonesia adalah tissue culture. Sedang Serum Anti Rabies (SAR) yang tersedia saat ini adalah SAR Heterolog dari serum kuda.
Gejala pada orang terjangkit rabies adalah pada Stadium Prodromal, gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit tulang, kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk dan kelelahan luar biasa selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala-gejala ini merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan pembawa virus rabies.
Pada Stadium Sensoris, penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka gigitan. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
Pada Stadium Eksitas, aktivitas menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobia, yang sangat sering diantaranya hidrofobi (takut air).
Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemas. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.
Tanpa perawatan serius, kematian dapat terjadi 4-20 hari setelah gejala-gejala muncul. Inkubasi dari infeksi rabies ini umumnya terjadi dalam waktu 1-2 bulan setelah kejadian, walau rentang waktunya 10 hari sampai satu tahun. (Tiara Hidup)