JAKARTA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi Kharkiv, kota kedua terbesar Ukraina, yang dalam bahaya dicaplok Rusia.
Ia pun menyalahkan dunia atas perang yang hingga kini terjadi di Ukraina
Situasi di dekat Kharkiv tengah membara setelah Rusia meningkatkan serangan ke sekitar wilayah tersebut, dan telah merebut sejumlah desa.
Zelenskyy melakukan tur ke rumah sakit di Kharkiv, di mana ia bertemu para tentara yang terluka di pertahanan utara negara.
Ia juga memberikan mereka medali keberanian atas perjuangan tentara tersebut.
“Sangat penting bagi saya berada di sini,” kata Zelenskyy dikutip dari ABC News, Kamis (16/5/2024).
“Situasi saat ini begitu serius. Kami tak boleh kehilangan Kharkiv,” tambahnya.
Kepada Bergelora.com si Jakarta dilaporkan, pada kesempatan tersebut, Zelenskyy juga menyalahkan dunia atas apa yang tengah terjadi di Kharkiv.
“Ini merupakan salah dunia. Mereka memberikan kesempatan ke (Vladimir) Putin untuk menjajah. Namun, kini dunia akan menolong,” katanya.
Zelenskyy kerap hati-hati dalam mengkritik Amerika Serikat (AS), tetapi ini menjadi ucapannya yang paling blak-blakan.
Ia juga mengungkapkan perasaannya saat mengunjungi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, setelah bantuan militer kepada Ukraina kembali diberikan.
“Dialog ini bagus. Namun, kami memerlukan pertolongan segera,” ujarnya.
“Yang kami butuhkan adalah dua sistem (peluru kendali) Patriot. Rusia tak akan mampu menduduki Kharkiv jika kami memiliknya,” sambung Zelenskyy.
NATO Makin Panik
Sebelumnya dilaporkan pasukan Rusia semakin merangsek menyerbu Ukraina yang mulai kewalahan mempertahankan garis depan pertahanan negara itu.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pun semakin panik dan menyerukan bantuan militer segera bagi Ukraina.
“Kita harus memberikan lebih banyak dukungan untuk Ukraina karena di sanalah kita sedang diuji. Setiap hari kita melihat serangan yang lain, kekejaman yang lain. Rusia menghancurkan infrastruktur Ukraina, termasuk pembangkit listrik utama,” ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pidato seperti dikutip Anadolu Agency, Kamis (25/4) lalu.
Stoltenberg kemudian mengeluhkan bantuan dari negara-negara sekutu NATO yang tak kunjung turun selama beberapa bulan terakhir.
“Selama berbulan-bulan, AS tidak dapat menyetujui paket baru untuk Ukraina dan Eropa, pengiriman amunisi jauh di bawah tingkat yang kami katakan akan kami berikan. Penundaan ini mempunyai konsekuensi,” kata Stoltenberg.
Dia juga mengungkapkan bahwa Ukraina kerap kewalahan dalam menghadapi serangan Rusia karena suplai amunisi yang mereka punya semakin menipis.
“Ukraina kalah dalam persenjataan, sehingga memungkinkan Rusia untuk terus maju di garis depan. Ukraina kekurangan pertahanan udara, sehingga memungkinkan lebih banyak rudal dan drone Rusia mencapai sasaran. Dan Ukraina kekurangan kemampuan serangan yang presisi, yang berarti Rusia dapat memusatkan lebih banyak kekuatan. Namun belum terlambat bagi Ukraina untuk menang karena dukungan perang sedang diberikan,” ungkapnya.
Kendati demikian, Stoltenberg mendorong negara-negara anggota NATO untuk mengirim bantuan “dengan segera” ke Ukraina usai eskalasi agresi Rusia yang terjadi.
Sebelumnya, AS memang telah mengesahkan salah satu rancangan undang-undang yang berisi tentang pengiriman bantuan dana ke sejumlah sekutunya termasuk Ukraina.
Bantuan dana sebanyak US$95 miliar resmi digelontorkan AS demi mendanai sekutunya menghadapi ancaman-ancaman yang ada.
Terlebih, Presiden AS Joe Biden secara diam-diam juga mengirim sebuah rudal jarak jauh dengan cara “menyelundupkan” ke sebuah paket bantuan.
Paket bantuan yang telah disepakati Washington berencana akan dikirim bulan ini ke beberapa negara sekutu AS seperti Ukraina, Taiwan, hingga Israel. (Enrico N. Abdielli)