Sabtu, 5 Oktober 2024

UDAH TAHU BELOM..? China yang Berjaya Hari Ini Didirikan Oleh Seorang Anak Petani Miskin

JAKARTA – China sudah lama eksis di muka bumi dengan sejarah sangat panjang. Akan tetapi, sejarah panjang tersebut diwarnai dengan dinamika sengit: perang saudara, perselisihan elit, invasi bangsa asing, dan sebagainya.

Beruntung semua konflik tersebut reda ketika seorang anak petani miskin bernama Mao Zedong memproklamirkan negara baru bernama Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949.

Mao sukses mempersatukan seluruh rakyat China di bawah bendera negara komunis terbesar di dunia.

Sejak saat itu, China pun memperingati tanggal 1 Oktober sebagai Hari Nasional (China National Day). Untuk perayaan itu, China memberlakukan hari libur selama 7 hari tahun ini,

Lantas, bagaimana bisa anak petani miskin mendirikan dan mengantarkan China berjaya?

Sejak lahir pada 26 Desember 1893, Mao Zedong sudah akrab dengan kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Dia melihat bangsawan China hidup enak di istana. Sedangkan rakyat kecil seperti dirinya hidup sengsara.

Zhou Enlai, orang kedua setelah Mao Zedong yang memimpin Partai Komunis China mendirikan Republik Rakyat China. (Ist)

Dari sini, Mao bertekad melakukan perubahan. Satu-satunya cara adalah bersekolah, sekalipun putus-nyambung karena faktor biaya. Tekad itu kemudian makin kuat ketika dia melihat dan terjun dalam revolusi yang digagas tokoh nasionalis Sun Yat Sen.

Sun Yat Sen sukses meruntuhkan Kerajaan China yang eksis sejak ribuan tahun dan menggantikannya menjadi Republik China. Namun, pendirian Republik China tak disenangi rakyat karena dikuasai jenderal-jenderal dan politisi Kuomintang (Partai Nasionalis) yang korup.

Pria yang meyakin jalan Marxisme-Leninisme ini melihat Sun Yat Sen tak berpihak kepada petani. Malah Sun pro kepada kaum kapitalis dan bangsawan. Rakyat kecil, seperti petani, buruh, tukang becak, dan guru, tidak diperhatikan.

Dari sini, tulis buku History of China (2015), Mao muda mendorong para petani dan kelompok masyarakat kecil ikut dalam revolusi babak ke-2. Kali ini dia bergerak bersama Partai Komunis China (PKC) yang sudah berdiri sejak 1921.

Revolusi bersenjata yang dipimpin Mao dan Zhou Enlai memimpin Partai Komunis China mengusir Jepang dan sekaligus menggulingkan pemerintah Chiang Kaisek dan militer Kuomintang.

Pada 1 Oktober 1949, Mao mendeklarasikan Republik Rakyat China. Sementara lawannya Kuomintang harus tersingkir dan tinggal di pulau kecil yang kini bernama Taiwan. Ketika menjadi orang nomor satu, Mao ingin China berjaya di bidang ekonomi, tapi tidak kapitalistik melainkan jadi sosialis. Caranya melalui kampanye Lompatan Hebat ke Depan (Great Leap Forward).

Kampanye ini menitikberatkan produksi pada industri baja ketimbang pertanian. Secara besar-besaran petani mulai mengalihkan pekerjaan ke sektor industri. Petani boleh menanam, asalkan sesuai proyeksi pemerintah.

Bung Karno dam Mao Zedong. (Ist)

Lewat cara ini kekayaan yang terpusat maupun kepanjangan tangannya di daerah-daerah kemudian didistribusikan hingga ke akar rumput, untuk rakyat miskin di daerah-daerah terpencil sekalipun. Alhasil, masyarakat China sama rata dan kesenjangan ekonomi hampir nol. Namun, kebijakan ini juga dibayar mahal sebab membuat 20 juta orang meninggal kelaparan.

Setelahnya dia kembali membuat Revolusi Kebudayaan pada 1966 sebagai cara memobilisasi anak-anak muda mengganyang kapitalisme dan feodalisme.

Mao sendiri wafat pada 9 September 1976. Setelahnya, China dipimpin Deng Xiaoping yang membawa China menuju era modernisasi.

Deng Xiaoping, penerus Mao Zedong menuju China Modern. (Ist)

Kendati banyak kegagalan, eksistensi China hari ini tak terlepas dari usaha penyatuan dan kontrol fondasi kuat berkat tangan dingin anak petani miskin bernama Mao Zedong ketika mendirikan negara komunis pada 1 Oktober 1949.

75 Tahun Republik Rakyat China

Bergelora.com di Jakarta mengutip Harian Rakyat China, Xinhua menurunkan laporan dalam memperingati 75 tahun berdirinya Republik Rakyat China di tangan Presiden Xi Jinping.

Para ahli dan pejabat di seluruh dunia memuji janji terbaru Presiden Tiongkok Xi Jinping bahwa rakyat Tiongkok akan mencetak lebih banyak prestasi luar biasa dan memberikan kontribusi lebih besar bagi perdamaian dan pembangunan umat manusia.

“Kita harus selalu berdiri teguh di sisi sejarah yang benar dan di sisi peradaban serta kemajuan manusia, menjunjung tinggi panji perdamaian, pembangunan, kerja sama, dan saling menguntungkan, serta berusaha keras untuk memajukan perdamaian dan ketenteraman dunia serta kemajuan bersama umat manusia,” kata Xi, yang juga merupakan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Ketua Komisi Militer Pusat, saat menyampaikan pidato pada resepsi yang diadakan pada hari Senin (1/10) di Aula Besar Rakyat di Beijing untuk merayakan ulang tahun ke-75 berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Presiden RRC, Xi Jinping, Sekretaris Jenderal Partai Komunis China. (Ist)

Pidato Xi secara komprehensif mengulas pencapaian utama Tiongkok dalam peremajaan nasional dan memberikan panduan strategis yang jelas untuk dorongan modernisasi Tiongkok, kata Eduardo Regalado, peneliti senior International Policy Research Center of Cuba, kepada Xinhua.

Terkesan dengan konsep “mengutamakan rakyat” dalam pidato tersebut, Regalado mengatakan ia yakin hal ini menunjukkan karakter humanis model pembangunan Tiongkok dalam mengejar kesejahteraan kolektif.

Dalam 75 tahun terakhir, Tiongkok telah mencapai “prestasi yang hebat, stabil, dan signifikan,” yang tidak hanya menguntungkan rakyatnya sendiri tetapi juga masyarakat internasional, kata Wakil Presiden Iran Shina Ansari dalam sebuah pesan pada resepsi memperingati hari jadi ke-75 berdirinya RRT yang diadakan di Teheran, Sabtu.

Presiden RRC, Xi Jinping dam Presiden RI, Joko Widodo. (Ist)

Prestasi Tiongkok selama 75 tahun terakhir merupakan hasil modernisasi Tiongkok. Pemerintah Tiongkok membuat kebijakan berdasarkan kebutuhan rakyat, dan mekanisme demokrasi Tiongkok dapat dengan cepat menerjemahkan kebijakan menjadi tindakan dan secara aktif menanggapi berbagai tantangan, kata Fausto Pinato, presiden Brazil-China Parliamentary Front of the Brazilian National Congress.

Pembangunan Tiongkok telah memberikan manfaat bagi dunia, dengan beberapa perusahaan Tiongkok berbagi keuntungan dari pembangunan negara tersebut di luar negeri. Pinato mengatakan konsep pembangunan dan model demokrasi Tiongkok telah menginspirasi negara-negara berkembang lainnya.

“Pidato Presiden Xi selalu menjadi inspirasi bagi kami,” kata Yeidckol Polevnsky, mantan presiden dan sekretaris jenderal partai berkuasa Meksiko, National Regeneration Movement (Morena).

“Tiongkok harus menjadi contoh bagi semua pemerintah.”

Polevnsky mengatakan pidato tersebut menggambarkan bagaimana Tiongkok menganjurkan dan mendukung multilateralisme serta mempromosikan negara-negara berkembang dan merevitalisasi di Selatan.

Dalam pidatonya, presiden berulang kali merujuk pada gagasan penting, yakni mengutamakan rakyat, dan ini menunjukkan bahwa inti dari filosofi ini adalah keyakinan bahwa semua kebijakan harus mengutamakan rakyat sebagai pusat dan fondasinya, kata Polevnsky, seraya mencatat bahwa tidak ada kebijakan yang efektif jika tidak memenuhi kebutuhan rakyat.

Filosofi ini juga sangat konsisten dengan filosofi pemerintahan Meksiko: politik hanya masuk akal jika melayani rakyat. Polevnsky menambahkan bahwa negara-negara dan rakyat Amerika Latin merasa puas dengan Tiongkok karena negara tersebut selalu bekerja sama dengan rakyat Amerika Latin untuk kerja sama yang saling menguntungkan.

Prakarsa Belt and Road Initiative yang diusulkan Tiongkok serta usaha negara tersebut untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia menunjukkan bahwa Tiongkok tidak hanya berfokus pada pembangunannya sendiri, tetapi juga secara langsung berkontribusi terhadap keberhasilan pembangunan negara dan masyarakat lain, kata Galina Kulikova, wakil ketua pertama Asosiasi the Russia-China Friendship Association, dan penerima medali China’s Friendship Medal pada hari Senin di sebuah pameran foto yang dibuka oleh Xinhua di Moskow untuk memperlihatkan transformasi historis Tiongkok selama beberapa dekade terakhir.

Pengakuan internasional terhadap model pembangunan Tiongkok berfungsi sebagai jaminan peran global Tiongkok yang positif.

Mukerrim Miftah, asisten profesor di Ethiopian Civil Service University mengatakan Tiongkok telah mengusulkan the Global Development Initiative, the Global Security Initiative dan the Global Civilization Initiative dan secara aktif mempromosikan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.

“Semakin banyak negara yang mengakui gagasan ini. Pengalaman sukses Tiongkok patut ditiru oleh negara-negara berkembang seperti Ethiopia,” kata Miftah. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru