JAKARTA- Mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad mengatakan intelijen Iran sepenuhnya disusupi oleh agen Mossad.
Sebuah unit intelijen elite Iran yang bertujuan untuk menggagalkan aktivitas Mossad telah disusupi secara menyeluruh oleh Mossad, kata mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam wawancara mengejutkan dengan CNN Turki pada hari Senin (30/9).
“Israel bahkan dapat mengancam keselamatan [Pemimpin Tertinggi Ali] Khamenei dengan jaringan intelijennya yang beroperasi di Iran melalui Mossad. Izinkan saya memberikan contoh dari delapan tahun lalu untuk memahami jenis kekuatan yang telah dicapai Israel di Iran melalui Mossad,” kata Ahmadinejad dikutip oleh World Israel News.
“Israel menyelenggarakan operasi yang rumit di dalam Iran,” lanjutnya. “Mereka dapat dengan mudah memperoleh informasi yang sangat penting. Pihak berwenang Iran masih bungkam mengenai situasi ini. Mossad memiliki jaringan agen yang sangat besar di Iran, baik di jalanan maupun di dalam pemerintahan, sehingga mereka dapat membunuh siapa pun yang mereka inginkan.”
Ahmadinejad menambahkan bahwa orang Iran yang memimpin unit anti-Mossad negara itu “adalah agen Israel.”
Kepada Bergelora.com di Jakarta Kamis (3/10) dilaporkan Mantan presiden itu juga mengatakan bahwa individu ini, bersama dengan 20 orang lainnya di unit tersebut, bertanggung jawab atas pencurian dokumen rahasia mengenai program nuklir Iran, yang disampaikan kepada PBB oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada tahun 2018.
Agen ganda tersebut juga bertanggung jawab atas pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir Iran, lalu melarikan diri dari negara itu.
Dokumen yang dibawa ke Israel oleh Mossad tersebut kemudian dipaparkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang diyakini turut mempengaruhi keputusan Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.
“Kepala unit kontraintelijen yang membelot itu terungkap pada 2021, tetapi dia dan para agen lainnya berhasil melarikan diri dari Iran dan kini hidup di Israel,” kata Ahmadinejad dalam wawancara dengan CNN Turki pada Senin (30/9/2024), dikutip dari Times of Israel.
Pengakuan Ahmadinejad ini memperkuat dugaan bahwa Mossad telah lama menembus lembaga-lembaga kunci di Iran.
Ahmadinejad menegaskan, pengkhianatan para agen ini merupakan faktor penting dalam berbagai operasi Mossad di Iran, termasuk serangkaian ledakan misterius yang menimpa fasilitas nuklir Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh pada 2020, yang diduga kuat melibatkan tim Mossad.
Pengungkapan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran serta dengan kelompok-kelompok yang didukung Teheran seperti Hizbullah dan Hamas.
Pada 2022, mantan menteri yang juga penasihat mantan Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa para pejabat senior di Teheran harus berhati-hati karena penyusupan agen Israel sudah semakin dalam.
“Mossad telah menyusup ke berbagai unit negara di Iran selama sepuluh tahun terakhir. Semua pejabat pemerintah kini perlu mengkhawatirkan keselamatan jiwa mereka,” kata mantan menteri luar negeri Iran Ali Younesi dalam sebuah wawancara pada tahun 2022.
“Keadaan sudah sampai pada titik di mana mereka mulai terang-terangan mengancam pejabat pemerintah. Sebagai seseorang yang bekerja di Kementerian Intelijen, situasi ini menyakitkan bagi saya.”
Menurut laporan terkini, Mossad telah menggagalkan sekitar 50 serangan teror sejak pembantaian 7 Oktober.
Serangan bom bunuh diri yang gagal baru-baru ini di Tel Aviv diduga telah direncanakan oleh Iran.
Bom Pager dan Walkie-Talkie
Dalam dua pekan terakhir, ribuan perangkat komunikasi termasuk penyeranta atau pager dan walkie-talkie, meledak di Lebanon, menyebabkan puluhan orang tewas termasuk anak-anak, dan melukai ribuan lainnya.
Hizbullah menuding Israel berada di balik serangan tersebut. Israel tidak membantah maupun mengonfirmasi tudingan tersebut.
Namun, menurut laporan The New York Times yang mengutip pejabat-pejabat Amerika Serikat dan sumber lainnya, Israel menanamkan bahan peledak dalam pager-pager yang diimpor Hizbullah.
Pada Jumat (27/9/2024), serangan udara Israel ke Beirut, Lebanon, menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Nasrallah diduga tewas setelah Israel mendapat informasi dari agen Iran yang membelot. Pasca-kematian Nasrallah, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, segera dipindahkan ke lokasi yang aman oleh pihak keamanan Iran.
Iran pun kemudian meluncurkan serangan rudal balasan ke Israel para Selasa (1/10/2024). Iran mengatakan serangan tersebut untuk membalas pembunuhan terhadap pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh; Nasrallah; dan pejabat-pejabat Iran, yang dilakukan Israel.
Serangan Israel ke Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman, dan serangan balasan Iran pada Selasa, diperkirakan akan membuat Timur Tengah berada di ambang perang skala besar.
Mantan Presiden Tersingkir
Ahmadinejad adalah mantan presiden Iran yang 3 Kali Gagal Ikut Pilpres Iran karena ditolak Dewan Wali Iran
Otoritas Iran mengumumkan daftar kandidat yang disetujui untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang dijadwalkan digelar pada 28 Juni 2024 lalu. Yang mencolok adalah kandidat paling terkenal, mantan presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad tidak masuk dalam daftar tersebut karena didiskualifikasi.
Dilansir Al Arabiya, Senin (10/6/2024), Ahmadinejad telah didiskualifikasi untuk ketiga kalinya, menyusul kegagalannya dalam pencalonan pada tahun 2017 dan pemilihan presiden 2021.
Pilpres, yang semula dijadwalkan pada tahun 2025, dipercepat karena kematian mendadak Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei. Di Iran, Dewan Wali, sebuah badan ulama dan ahli hukum yang berada di bawah pengawasan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diberi kewenangan untuk menyetujui dan menolak para kandidat calon presiden.
Ahmadinejad yang kini berusia 67 tahun, pernah menjabat presiden selama dua periode berturut-turut dari tahun 2005 hingga 2013.
Di bawah pemerintahannya, Iran berselisih hebat dengan negara-negara Barat, terutama buntut program nuklir dan pernyataannya yang menghasut mengenai Israel.
Pada 2013, Ahmadinejad akhirnya meninggalkan jabatan setelah membuat negara tersebut terbelah dan terisolasi secara internasional.
Pada 2005, Ahmadinejad sempat menyedot perhatian publik karena mengatakan bahwa Israel ditakdirkan untuk “dihapus dari peta” serta menegaskan bahwa Holocaust merupakan sebuah mitos.
Ahmadinejad sempat diprotes masyarakat Iran setelah hasil pemilu pada 2009 kembali memenangkan dia sebagai presiden. Ribuan orang pun ditangkap dan puluhan lainnya tewas imbas protes itu.
Ahmadinejad, yang pernah menjadi sekutu favorit Pemimpin Tertinggi Khamenei, tidak lagi disukai pemimpin tertinggi Iran tersebut selama masa jabatan keduanya dan sejak itu dikesampingkan.
Di Iran, pemimpin tertinggi, bukan presiden, yang memegang otoritas tertinggi atas semua urusan negara, termasuk kebijakan luar negeri dan program nuklir. Khamenei, 85 tahun, telah menjadi pemimpin tertinggi Iran sejak tahun 1989.
Akhirnya Presiden Iran terpilih adalah Masoud Pezeshkian menggantikan menggantikan Presiden Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei bersama tujuh orang lainnya.
Pezeshkian sebelumnya menjabat sebagai Menteri Kesehatan di pemerintahan Mohammad Khatami (2001-2005) selain mewakili Tabriz di parlemen sejak 2008. (Web Warouw)