JAKARTA- Wabah MERS CoV terus berkembang di Korea Selatan. Sampai Senin (8/6) ini dilaporkan sudah ada 87 kasus MERS di Korea Selatan, 6 diantaranya meninggal dunia. Lebih dari 1.800 sekolah diliburkan dan ditutup, termasuk sekolah di daerah Gangnam, Korea Selatan.
“Saya tidak tahu apa hubungan nama daerah ini dengan “Gangnam style” yang menghebohkan dunia itu. Perlu tidaknya penutupan sekolah juga menjadi kebijakan kontroversi, karena sebenarnya memang belum ada community transmission di masyarakat luas,” Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DCE kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (9/6)
Anggota, WHO Emergency Committe on MERS CoV ini menyatakan bahwa dilaporkan juga dari 23 kasus baru MERS di Korea, 17 diantaranya tertular di Samsung Medical Center, atau Rumah Sakit Samsung. Seorang prajurit Angkatan Udara Korea berobat untuk sakit kaki (tumit) nya ke rumah sakit yang ada pasien MERS-nya,
“Eh si prajurit malah jadi tertular MERS dan harus dirawat di rumah sakit. Teman-teman sesama prajurit jadi harus di karantina. Artinya, penularan masih terjadi di Rumah Sakit dan nampaknya mereka cukup kewalahan untuk mencegah adanya infeksi baru,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa dalam hal ini, surveilans epidemiologi menjadi program yang amat penting. WHO akan kirim team untuk membantu. Sudah lebih dari 2.300 orang dikarantina. Secara umum, di dunia kini ada 1.179 pasien MERS, di 25 negara, dari Arab Saudi, Amerika Serikat , Malaysia dan kini Korea Selatan.
“Sebagian besar pasien tertular waktu berkunjung ke Arab Saudi, sehingga jamaah Umroh Ramadhan kita tentu perlu waspada dan hati-hati. Artinya, angka kematian di Korea Selatan masih dibawah 10%, jauh lebih rendah dari angka kematian MERS di Saudi Arabia yang diatas 40%,” ujarnya.
Sampai hari ini ada 1.026 kasus MERS CoV di Arab Saudi, 450 diantaranya meninggal dunia, angka kematian 44%. Tanggal 4 Juni 2015, Arab Saudi melaporkan 9 kasus baru MERS CoV di negara itu, 4 diantaranya meninggal dunia.
“Tidak ada data jumlah pasti kunjungan ke Korea Selatan, tetapi secara mudah bisa dinilai bahwa jauh lebih banyak WNI yang pergi Umroh ke Saudi Arabia, daripada WNI yang bepergian ke Korea Selatan,” ujarnya
Dengan pertimbangan itu menurutnya, maka tentu akan sama perlakuan bepergian ke Saudi Arabia dan Korea Selatan. Kita ketahui bersama bahwa penduduk negara manapun saat ini tentu dapat bepergian ke Arab Saudi untuk umroh dan lainnya serta datang ke Indonesia tanpa pembatasan apapun juga, asal tetap waspada dan hati-hati.
Seseorang bisa saja sakit MERS CoV dan awalnya tanpa keluhan, dan karena tanpa keluhan maka tidak akan terdeteksi di bandara manapun di dunia, dengan alat apapun juga. Kalau memang waktu sampai bandara sudah demam maka memang akan terdeteksi oleh Thermal Scanner di Bandara. Artinya, pemeriksaan di bandara -yang memang amat penting- tidak sepenuhnya menjamin dapat membendung MERS CoV masuk ke suatu negara,” ujarnya. (Calvin G. Eben-Haezer)