BANDAR LAMPUNG- Penumpukan sampah di Kota Bandar Lampung mulai dikeluhkan warga. Karena berdampak buruk untuk drainase yang ada Kota Tapis Berseri.
Seluruh drainase di ibukota Provinsi Lampung khususnya jalan protokol, telah dipenuhi sampah sehingga jika volume hujan tinggi, air akan meluap dan membuat genangan air yang tinggi di jalan raya.
Rizki warga Tanjungkarang Pusat mengatakan drainase di jalanan protokol khususnya pusat kota sudah dipenuhi sampah sehingga air tidak bisa mengalir dengan baik.
Seharusnya pemerintah setempat bisa langsung mengatasi masalah ini, tapi dibiarkan cukup lama.
“Sampah ini sudah cukup lama berada di lokasi itu. Setiap hujan lebat pasti terjadi banjir yang menggenangi jalan protokol pusat kota,” ucapnya di Bandar Lampung, Rabu (7/3).
Jalan protokol di Kecamatan Tanjungkarang Pusat yakni Jalan Kartini kerap banjir dan membahayakan pengendara, seakan pemerintah acuh terhadap kejadian bencana tersebut.
Seharusnya bencana banjir seperti itu, tidak pernah terjadi lagi apa bila cepat ditangani.
Penumpukan sampah pun terjadi di Jalan Kapten Abdul Haq maupun yang hendak ke Pasar Tempel Rajabasa. Warga mengeluhkan bau tak sedap yang berasal dari tumpukan sampah di median jalan tersebut.
Sampah yang ditumpuk di median jalan tersebut terdiri dari sampah sayuran, sampah limbah ikan dan sampah lainnya yang diduga dari pasar tersebut. Bahkan air dari kresek diduga limbah ikan mengalir ke aspal jalan.
Maya (26) mengungkapkan pada umumnya median jalan dihiasi dengan rumput hijau, dan pepohonan. Namun ditempat tersebut malah dijadikan tempat menumpuk sampah. Hal itu menyebabkan bau tidak sedap yang sangat menyengat.
“Bukan hanya mengganggu pengguna jalan, tapi kami yang ke pasar ini juga jadi terganggu karena baunya,” kata dia.
Hal senada disampaikan Indra (25) yang melintasi jalan itu untuk menuju minimarket yang tidak jauh dair pasar Tempel. Dia menyayangkan penggunaan media jalan sebagai tempat menumpuk sampah.
“Harusnya ada tempat khusus narok sampah, apalagi itu kan pasar, banyak orang banyak juga sampah,” ucapnya.
Warga Kelurahan Tanjung Senang, Bandar Lampung keluhkan gangguan sampah yang menggunung di Tempat Penampungan Sampah (TPS) setempat, yakni di TPS di Perumahan Gunung Madu, di samping Masjid An-Nahl.
Warga setempat, Yanto (32) mengatakan, sampah yang terus-menerus menumpuk terjadi karena petugas kebersihan sampah sangat jarang datang untuk melakukan tugasnya (mengangkut sampah). Warga sekitar sudah jauh-jauh hari mengeluhkan tumpukan sampah tersebut lantaran menimbulkan bau yang tak sedap.
“Sampah berceceran kemana-mana karena sudah lama tidak diambil oleh petugas sampah. Saya berharap pemerintahan setempat seperti camat merespon hal ini. Terutama petugas kebersihan harus sering untuk membersihkan. Kan kami juga selalu bayar iuran sampah,” kata dia.
Namun salah satu petugas sokli Tanjung Senang, Rahmat membantah pernyataan warga tersebut. Ia mengatakan rutin mengambil sampah kalau sudah penuh.
“Tidak benar itu, tiap hari kami kesini,” kata dia.
Ia menjelaskan, menumpuknya sampah disebabkan banyaknya warga dari luar wilayah kelurahan yang turut membuang sampah ke TPS Perumahan Gunung Madu, Tanjung Senang.
“Kalau mereka boleh mengeluh, kami juga boleh dong protes. Sampah ini kelihatannya numpuk terus, bukan karena kami tidak ngangkut, tapi banyak warga luar yang ikut buang kesini,” katanya.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Warga Jalan Pandawa 2, Perumahan Garuntang Lestari, Kelurahan Garuntang, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, mengeluhkan tumpukan sampah yang menimbulkan bau busuk yang dibuang di pinggir sungai dan perkarangan perkebunan.
Maulana Azis (35), warga RT 07 yang tinggal tak jauh dari lokasi, mengatakan sampah yang menumpuk di pinggir sungai berasal dari buangan warga sekitar. Hal tersebut dilakukan warga karena sudah tidak ada lagi petugas satuan operasional kebersihan lingkungan (sokli) yang mengambil sampah. (Salimah)