JAKARTA- Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom mewanti-wanti keganasan virus covid yang bermutasi menjadi Corona Eek atau E484K.
“Kalau fenomena seperti ini, maka ADE menunjukkan pekerjaannya. Virus Covid yang sebetulnya tidak ganas setelah masuk ke tubuh orang yang punya antibodi, kemudian virus tersebut mengalami mutasi menjadi ganas,” jelasnya dari Surabaya kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (15/4) menanggapi keganasan virus Corona Eek atau E484K.
Nidom juga menyebutkan belum tentu virus mutasi ini bisa dihadapi dengan vaksin.
“Kekebalan vaksin hanya untuk virus yang sesuai dengan design vaksin. Misalnya vaksin X hanya untuk Virus X. Tapi saat virus X bermutasi menjadi Y, maka antibodi vaksin tidak kebal terhadap Y,” jelasnya.
Sebelumnya disebutkan, virus Corona Eek atau E484K bisa serang seseorang yang punya antibodi COVID-19 sekali pun. Sehingga Virus corona Eek ini lebih bahaya dari mutasi virus corona lain.
Hal itu dikatakan Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Agung Dwi Wahyu Widodo. Varian virus corona Eek patut diwaspadai. Virus corona Eek sudah ditemukan di Indonesia.
Mutasi virus tersebut lebih ganas. Menurut laporan Marek Widera dkk dari University Hospital Frankfurt, virus ini dapat menghindari antibodi.
Virus corona Eek mampu menghindari antibodi lantaran bisa bermutasi pada asam amino glutamic acid “e”.
Lalu, dapat berubah menjadi lisin pada spike.
“Dari laporan itu, dijelaskan beberapa monoklonal antibodi gagal mendeteksi keberadaan, atau melakukan netralisasi (pada virus yang memiliki Varian E484K),” katanya melalui keterangan tertulis, Rabu (14/4).
Mutasi virus corona Eek berada dekat dengan puncak spike. Dengan demikian, struktur protein pada spike berubah.
Perubahan itulah, yang menyebabkan virus dapat menghindar dari antibodi Covid-19.
Kemampauan baru dari mutasi tersebut, membuat varian E484K lebih ganas, lantaran penularannya yang cepat.
Malah, bisa menyerang seseorang yang telah memiliki antibodi Covid-19 sekalipun.
Kendati demikian, Agung mengungkapkan bila gejala yang ditimbulkan varian virus itu masih sama dengan gejala varian yang pernah ada. Tapi, tetap saja tingkat penularannya harus diwaspadai oleh masyarakat.
“Derajat keparahannya juga tidak berubah. Pada varian ini (Eek), gejala klinis yang muncul mirip dengan Varian P1 Brazil, B117, dan B1351 Afrika Selatan,” ujar Agung.
Meski demikian, masyarakat diimbau tak perlu panik dan tetap menerapkan prokes secara ketat. Terlebih, saat ini telah dilakukan proses vaksinasi. (Web Warouw)