JAKARTA- Gaaaez….! Cerdas dan cerdik banget nih dr Terawan Agus Putranto, mantan Menteri Kesehatan RI. Dengan membuka praktek Vaksinasi Nusantara di RSPAD, Jakarta, Indonesia,–maka dirinya telah mendeklarasikan bahwa vaksinasi dengan menggunakan metode denditrik telah dilaunching, dideklarasikan pertama kali di Indonesia.
Mengapa demikian? Karena Amerika Serikat dan China sedang berkejaran menuntaskan ujicoba metode denditrik ini. Sementara itu, walaupun ujicoba fase 1 Vaksin Merah Putih di Indonesia dihambat oleh BPOM, namun ujicoba fase 2 dilanjutkan Amerika Serikat dan akan segera selesai.
Dr. Tifauzia Tyassuma, clinical epidemiologist sudah wanti-wanti, jangan sampai ujicoba fase 3 di Amerika Serikat menyebabkan Indonesia kehilangan momentum dan akhirnya Indonesia kembali hanya menjadi konsumen yang harus beli Vaksin Nusantara dengan metode denditrik ini dari Amerika Serikat.
Hari ini, Rabu (14/4) berbondong-bondong para anggota DPR-RI datang mendukung dan menjadi relawan. Dari pimpinan DPR-RI, Dasco Zuhmi Ahmad dan Ketua Komisi IX, Melki Takarena, dan puluhan anggota lainnya bersama istri masing-masing antri untuk mendapatkan pelayanan Vaksin Denditrik Nusantara langsung oleh dr Terawan Agus Putranto, penemu metode cuci otak dengan DSA.
Sebelumnya, Aburizal Bakrie adalah relawan nomor 1 dan Sudi Silalahi adalah nomor 2 yang mendapatkan pelayanan vaksinasi tersebut Selasa (13/4). Siti Fadilah Supari, mantan Menteri Kesehatan RI akhinyapun minta divaksinasi dan dijadwalkan Kamis (15/4) langsung oleh dr. Terawan.
Kepada penulis, Siti Fadilah menegaskan perjuangan Terawan ini sangat penting dan harus didukung oleh semua pihak. Menurutnya, metode denditrik yang dipakai Terawan ini adalah cara baru yang akan mengatasi berbagai penyakit dimasa depan, bukan hanya mengatasi Covid-19. Dan yang terpenting menurutnya dilakukan oleh seorang dokter Indonesia.
Ditengah terror Covid 19, kepanikan dan putus asa masyarakat dunia, Indonesia,–Terawan, tepatnya!,–memberikan angin segar harapan baru bagi kemanusiaan. Sebagai prajurit, Letjen Terawan membuktikan keberanian mengambil resiko menerobos hambatan BPOM untuk mengembangkan Vaksin Nusantara.
Bukan itu saja, Terawan berani mencoba metode denditrik pada Vaksin Nusantara, menggantikan kegagalan berbagai vaksin bermerek lainnya. Sudah menjadi rahasia dunia, kegagalan vaksin-vaksin bermerek dalam menghadapi Covid-19. AstraZeneca dihentikan penggunaannya di Eropa dan Amerika Serikat karena menyebabkan penggumpalan darah. Hal yang sama menimpa vaksin produk Johnson & Johhson yang saat ini dihentikan penggunaannya di negeri asalnya Amerika Serikat.
Vaksin Nusantara asli Indonesia ini juga akan menerobos barikade nasionalisme vaksin yang didominasi oleh egoism negara-negara penghasil vaksin di Eropa dan Amerika dan menyebabkan rakyat dari negara-negara berkembang kesulitan mendapatkan vaksin.
Lebih jauh lagi, penggunaan denditrik ini akan merubah tatanan ekonomi dunia yang di dalam pandemic saat ini dikuasai oleh industri vaksin dan obat-obatan. Bisa dibayangkan ada berapa banyak industri obat dan vaksin yang akan tertinggal oleh temuan Terawan ini. Selama ini negara berkembang, termasuk Indonesia hanya bisa menjadi sasaran penyakit dan kulakan obat dan vaksin dari perusahaan vaksin dan obat-obatan,–sebentar lagi akan terbebas dari penghisapan sistim global yang semakin brutal ditengah pandemi.
Dr. Tifauzia mengingatkan bahwa dengan metode denditrik pada Vaksin Covid temuan dr. Terawan ini, maka semakin terbukti bahwa tubuh manusia ternyata sudah diciptakan sebagai pabrik obat-obatan, yang sangat bisa dikembangkan seperti yang dilakukan oleh Terawan.
Dus,– urusan larangan BPOM dan keberatan para dokter tukang di IDI,—sudah tidak signifikan lagi saat ini! Ngono yo ngono meh ojo ngono! Kasian aja si Jemek masih banyak alasan ketakutan dan Si Kenken masih planga-plongo,— But, The History Will Absolve Me!
Jadi inget Ibu Siti Fadilah nih! Katanya saatnya akan tiba segera,– kebangkitan Indonesia dalam peradaban baru! (Web Warouw)