Sabtu, 5 Juli 2025

KASIHAN RAKYATNYA SENGSARA…! Susaningtyas Sebut NATO Gagal Cegah Perang: Belum Tentu Juga Bela Ukraina

JAKARTA- Perang antara Ukraina melawan Rusia meletus seperti banyak diperkirakan oleh para pakar dan pengamat. Konflik menahun sejak wilayah Ukraina di Krimea diduduki Rusia pada tahun 2014 berujung serbuan Rusia di bagian Timur Ukraina.

“NATO yang dipimpin Amerika Serikat ternyata gagal melaksanakan diplomasi pertahanan untuk mencegah perang,” demikian pengamat pertahanan, Dr.Susaningtyas NH Kertopati kepada Bergelora.com di Jakarta,  Jumat (26/2)

Menurutnya, kepentingan NATO juga belum tentu dibuktikan untuk membela Ukraina sebagai salah satu anggotanya. Boleh dikatakan sejak 2014, NATO tidak memberikan reaksi yang proporsional terhadap Rusia.

“Strategi pendangkalan NATO juga tidak efektif mencegah Putin memerintahkan operasi militer secara masif,” jelasnya.

Susaningtyas menjelaskan, perang yang terjadi di Balkan saat ini masuk dalam kategori ,perang asimetris’ dari perspektif ilmu Pertahanan. Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior.

“NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia,” ujarnya.

Perbandingan kekuatan militer dan anggaran perang jelas dimiliki Rusia. Di atas kertas Rusia pasti ingin melaksanakan perang dalam waktu secepat-cepatnya sementara Ukraina pasti melancarkan perang berlarut.

“Sejarah menunjukkan bahwa kekuatan superior seperti Rusia ternyata kalah di Afghanistan. Amerika Serikat juga kalah di Viet Nam dan Afghanistan,” katanya.

Dengan demikian menurutnya ada beberapa skenario yang dapat ditempuh dunia internasional untuk mengakhiri perang.

“Pertama, gencatan senjata dan turun tangannya PBB. Kedua, NATO mengerahkan kekuatan penuh mengalahkan Rusia dan memukul Rusia di wilayahnya sendiri. Ketiga, Ukraina menang perang berlarut,” jelasnya.

Untuk itu menurutnya, patut diwaspadai oleh pemerintah Indonesia adalah dampak perang bagi perekonomian Indonesia. Sejumlah langkah strategis harus disiapkan secara matang mengantisipasi kemungkinan terburuk bagi kondisi sosial-politik di Indonesia.

“Jadi efek dominonya yang paling penting adalah harga pangan impor naik diikuti kenaiakan barang lokal , biaya logistik melonjok, harga BBM menanti subsidi yang lebih besar, lonjakan harga minyak tak dapat dihindari,” ujarnya.

Selain antisipasi di dalam negeri, Susaningtyas mengingatkan Indonesia juga harus waspada kemungkinan negara tertentu mengambil kesempatan ketika dunia internasional sibuk menghadapi Rusia.

Gelar operasi militer di Laut Natuna Utara menurutnya harus tetap dilaksanakan. Jangan sampai terjadi serangan mendadak yang dapat merugikan pertahanan Indonesia.

“Hal yang penting pemerintah kita harus segera mengevakuasi WNI di Ukraina,” tegas. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru