Minggu, 24 Agustus 2025

Ukraina Babak Belur Dalam Perang Militer, NATO-AS Babak Belur Dalam Perang Ekonomi

Oleh: Joko Purwanto

KOALISI Nato-AS-Ukraina mengalami kekalahan di banyak pertempuran melawan Russia. Dalam fron militer, semakin banyak kota yang jatuh ke tangan Russia. Putin semakin menggandakan tekanan militer, jika Ukraina terus menunda untuk memenuhi tuntutan Russia, mengancam akan menghapus Ukraina dari peta Eropa.

Artinya Ukraina akan diambil olah total oleh Russia. Tuntutan Russia berpusat pada: pengakuan status Crimea sebagai bagian Russia, status kemerdekan di Republik Donbass dan Luhank, status netral Ukraina yang dituangkan dalam konstitusi Ukraina.

Ketua Umum Komite Persahabatan Indonesia-Rusia. (Ist)

Dibidang ekonomi histeria yang dikobarkan oleh AS dan NATO untuk melakukan perang ekonomi total terhadap Russia melalui lusinan sanksi justru berbalik. Senjata makan tuan. AS terpaksa menyerah dalam negosiasi nuklir dengan Iran, menyerah dalam mensabitase ekonomi Venezuela.

Bahkan bibit bibit perpecahan mulai muncul dengan mitra-mitra kunci di Uni Eropa. Sudah mulai terlihat terkait persekutuan AS dan Inggris yang menyerukan embargo perdagangan minyak dan gas dengan Russia ditentang oleh Jerman, Hongaria dan beberapa anggota Uni Eropa lainnya.

Bahkan bukan tidak mungkin jika konflik militer Russia – Ukraina ini berakhir status NATO akan mendapat tentangan dari publik Eropa. Suara suara untuk Perancis dan Jerman keluar dari Nato mulai bermunculan dari sejumlah pemimpin pemimpin politik di Perancis maupun Jerman.

Semua warga dunia menderita. Tapi yang paling menderita adalah warga Ukraina. Ini semua akibat dari Koalisi Anti Russia yang sudah bertahun-tahun dilancarkan oleh AS-Nato-Rezim Ukraina.

Jika Zelensky menunjukan tanggungjawab terhadap keselamatan warga sipil Ukraina agar konflik segera mereda tak ada jalan lain, kecuali memenuhi beberapa tuntutan kunci Russia. Pelepasan status Crimea ke Russia dan status netral/non blok terkait NATO adalah harga mati bagi Putin dan Russia.

Sementara tuntutan status merdeka Donbass dan Luhank ada kemungkinan Russia bersedia untuk negoisasi kompromi dalam batas yang sebenarnya sudah dirumuskan dalam Perjanjian Minsk. Yaitu, status otonomi khusus untuk Donbass dan Luhank. Itu lah harga yang harus dibayar Ukraina karena rejim penguasanya terlibat dalam Koalisi Anti Rusia bersama AS-Nato..

Penulis, Joko Purwanto, pengamat ekonomi politik internasional, Ketua Komite Persahabatan Rakyat Indonesia -Rusia

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru