JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov memperingatkan bahwa Moskow bisa saja meluncurkan nuklirnya. Tindakan ini dapat dilakukan jika ada “eskalasi” oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Berbicara kepada wartawan di sela-sela pertemuan menteri BRICS di Nizhny Novgorod, Ryabkov mengakui situasi internasional semakin “rumit” sementara perubahan pada postur nuklir negaranya juga tidak tidak dapat dikesampingkan.
“Tantangan yang semakin besar berkat tindakan AS dan sekutu NATO-nya yang tidak dapat diterima dan eskalasi tidak diragukan lagi mendorong pertanyaan besar tentang bagaimana dokumen dasar dalam pencegahan nuklir dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan saat ini,” kata Ryabkov, seperti dilaporkan Russia Today dikutip Bergelora.com. Senin (24/6/2024).
Diplomat itu menolak untuk menguraikan sifat pasti dari amendemen potensial tersebut. Namun ia menjelaskan bahwa Moskow tidak memiliki “praktik untuk membahas terlebih dahulu jenis perubahan apa yang dapat dilakukan” sebelum keputusan aktual diambil.
Pernyataan tersebut muncul tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan sikap Moskow terhadap senjata nuklir sebagai pilihan terakhir. Berbicara dalam panel tanya jawab di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) pekan lalu, Putin menekankan bahwa Rusia bukanlah negara pertama yang menggunakan retorika nuklir agresif.
Putin menjelaskan bahwa doktrin nuklir negara saat ini hanya memperbolehkan penggunaan senjata atom dalam “kasus-kasus luar biasa” dan situasi saat ini sebenarnya tidak memenuhi syarat seperti itu.
Ia berharap perang nuklir habis-habisan tidak akan terjadi, seraya menambahkan bahwa konflik semacam itu akan mengakibatkan “korban yang tak terbatas” bagi semua orang.
Putin juga memperingatkan negara-negara NATO Eropa agar tidak melakukan retorika dan tindakan agresif, dengan menyatakan bahwa mereka akan menjadi pihak yang paling menderita jika terjadi konflik nuklir global.
“Orang-orang Eropa harus berpikir: jika mereka yang bertukar serangan [nuklir] seperti itu dengan kita musnah, apakah Amerika akan terlibat dalam pertukaran semacam itu, pada tingkat senjata strategis, atau tidak? Saya sangat meragukannya,” kata Putin.
Rusia Di Atas Angin
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan kapan negaranya dapat menerjunkan senjata nuklir dalam perang di Ukraina. Ini terjadi saat Moskow telah mencetak kemenangan baru dalam perebutan wilayah di negara tetangganya itu.
Menurut Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Rusia hanya akan menggunakan persenjataan nuklirnya jika keberadaan negaranya dipertaruhkan. Menurutnya, pengerahan semacam itu dapat digambarkan sebagai senjata perpisahan.
“Jika ada sesuatu yang mengancam keberadaan negara kita, maka senjata nuklir (akan digunakan),” ujarnya dikutip Russia Today, Kamis (7/3/2024).
Dalam pidato tahunannya di Majelis Federal pada hari Kamis lalu, Presiden Putin mengingatkan calon agresor bahwa semua upaya sebelumnya untuk menaklukkan Rusia telah berakhir dengan kegagalan. Ia menegaskan Moskow memiliki persenjataan nuklir yang besar.
Pemimpin Rusia tersebut juga mencatat bahwa para pejabat Barat pada dasarnya sedang memicu perang nuklir habis-habisan dengan retorika mereka yang semakin meningkat.
“Sekarang konsekuensinya bagi calon penjajah akan jauh lebih tragis.”
Sementara itu, Financial Times, yang mengutip bocoran presentasi perwira Angkatan Laut Rusia antara tahun 2008 dan 2014, menuduh bahwa ambang batas Moskow untuk menggunakan senjata nuklir taktis jarak pendek mungkin lebih rendah dari perkiraan para ahli pertahanan Barat.
Retorika ini sendiri semakin meningkat saat Rusia berhasil mencetak kemenangan besar dalam perangnya melawan Ukraina bulan lalu. Diketahui, militer Moskow berhasil menguasai kota Avdiivka dari pasukan Kyiv.
Putin menyebut penangkapan Avdiivka sebagai “kemenangan penting”. Pasalnya, perebutan ini terjadi di tengah kekurangan amunisi yang akut di Ukraina, sementara bantuan militer Amerika Serikat (AS) kepada Kyiv tertunda selama berbulan-bulan di Kongres.
“Kepala negara mengucapkan selamat kepada tentara Rusia atas keberhasilan ini, sebuah kemenangan penting,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan di situsnya dikutip Reuters. (Web Warouw)