JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan 197.540 anak di Indonesia terlibat judi online. Data ini diungkap berdasarkan laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
“Jumlah anak korban judi online sebagaimana diungkap oleh PPATK ada 197.540 untuk usia sampai 19 tahun, dan yang usia di bawah 10 tahun mencapai 80.000 anak,” kata Komisioner KPAI Sub Klaster Anak Korban Pornografi dan Cybercrime, Kawiyan, Kamis (21/11/2024).
Kawiyan meminta para orangtua agar meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas anak-anak, khususnya dalam penggunaan perangkat digital.
Ia menyarankan supaya anak lebih banyak dilibatkan dalam aktivitas fisik untuk mengurangi waktu bermain gawai.
“Banyak libatkan anak dalam aktivitas fisik non-digital,” ujarnya.
Selain itu, Kawiyan menekankan pentingnya pendampingan orangtua saat anak-anak menggunakan media sosial.
Ia juga meminta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk lebih cermat mengontrol konten yang berpotensi memfasilitasi judi online.
“Saya dukung rencana Menteri Komdigi yang akan membuat kebijakan pembatasan anak dari akses internet dan media sosial,” kata Kawiyan.
Kawiyan juga menyerukan tindakan tegas dari kepolisian terhadap pelaku judi online dewasa.
Ia meminta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) serta Kementerian Agama (Kemenag) untuk lebih intensif mengedukasi terkait bahaya judi online di sekolah, madrasah, dan pesantren.
“Kemendikdasmen dan Kemenag melakukan edukasi dan sosialisasi di satuan pendidikan dan madrasah atau pesantren,” tambahnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, kasus judi online di kalangan anak menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang merugikan secara psikologis dan sosial.
Kawiyan mengajak semua pihak untuk terlibat dalam upaya pencegahan yang lebih efektif. Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. (Calvin G. Eben-Haezer)
