JAKARTA – Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri mengungkap sosok pelaku ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara. Irjen Asep mengatakan pelaku merupakan pribadi yang tertutup.
“Berdasarkan keterangan yang kami himpun, ABH yang terlibat dalam kasus ledakan ini dikenal sebagai pribadi yang tertutup, jarang bergaul, dan dia juga memiliki ketertarikan pada konten kekerasan, serta hal-hal yang ekstrem,” ujar Irjen Asep dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, dikutip.Bergelora.com.di Jakarta Rabu (12/11/2025).
Sejauh ini polisi telah memeriksa 16 saksi, yang terdiri dari para korban, guru, pelaku, dan keluarga pelaku. Polisi juga telah memeriksa bahan peledak yang digunakan guna memastikan jenis dan daya ledaknya.
“Dari Puslabfor Mabes Polri, Direskrimum Polda Merto Jaya, dan Satreskrim Polres Jakut telah melakukan penggeledahan di rumah ABH,” terangnya.
Selain itu, Densus 88 telah menganalisis rekaman CCTV hingga ponsel pelaku. Hal itu untuk mengetahui aktivitas daring pelaku di internet.
“Untuk mendalami motif dan latar belakang yang bersangkutan,” ucapnya.
Hingga kini, masih ada sejumlah korban yang dirawat di rumah sakit. Pelaku juga masih dirawat.
Ada Bahan Peledak di RumahÂ
Polda Metro Jaya mengungkap perkembangan kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ternyata bahan peledak di TKP dan di rumah pelaku memiliki kesamaan.
Kabid Balistik Metalurgi Forensik (Balmetfor) Mabes Polri Kombes Pol Ari Kurniawan Jati menyebut bahan peledak yang ditemukan di rumah pelaku memiliki daya ledak rendah. Begitupun bahan peledak yang telah diledakkan pelaku di TKP pertama, yakni di masjid dan dekat tong sampah.
“Dari olah TKP yang kami laksanakan, baik di TKP 1, TKP 2, maupun rumah anak yang berkonflik dengan hukum, didapatkan hasil bahwa di TKP 1 terdapat residu bahan peledak dengan kekuatan rendah atau low explosive,” ujar Ari Kurniawan dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (11/11/2025).
“Kemudian pada TKP 2 maupun bahan yang didapat dari bom yang belum meledak kita analisa di laboratorium forensik kita mendapatkan hasil bahan peledak yang memiliki kekuatan rendah atau low explosive,” tambahnya.
Ari menyebut hal ini terungkap usai polisi menggeledah rumah pelaku. Ia memastikan bom-bom lainnya yang belum meledak juga memiliki kesamaan jenis bahan peledaknya.
“Kemudian selanjutnya kita juga memeriksa di rumah ABH, di sana kita juga mendapatkan bahan-bahan peledak yang memiliki kekuatan ledak yang rendah atau low explosive,” katanya.
“Dengan kata lain bahwa bahan di TKP 1 di mesjid atau di TKP 2 di samping bank sampah itu ada kesesuaian dengan bahan-bahan yang ada di rumah anak yang berkonflik dengan hukum,” sambungnya.
Sebagaimana diketahui, peristiwa ledakan itu terjadi pada Jumat (7/11) saat khotbah solat Jumat. Diketahui, ada sebanyak 96 orang menjadi korban ledakan.
Pelaku ledakan itu sendiri merupakan siswa di SMAN 72 Jakarta. Densus 88 Antiteror Polri menyebut pelaku kerap mengakses situs gelap atau dark web. Pelaku disebut merakit sendiri peledak dengan mengakses cara-caranya di internet.
Polisi menemukan tujuh peledak di SMAN 72 Jakarta, di mana empat di antaranya meledak. Polisi juga sudah menggeledah rumah siswa pelaku dan menyita beberapa alat bukti.
Sejumlah korban masih dirawat di empat rumah sakit di Jakarta. Polri bersama stakeholder terkait terus memantau para korban dan memberikan trauma healing usai insiden tersebut.
Tinggal Sama Ayah, Ibu Kerja di Luar Negeri
Dilaporkan, Polisi mengungkap anak berkonflik dengan hukum (ABH) terduga pelaku peledakan SMAN 72 Jakarta tidak memiliki tempat curhat. Polisi menjelaskan ABH hanya tinggal bersama ayahnya, sementara sang ibu bekerja di luar negeri.
“ABH tinggal bersama ayahnya. Sementara ibu bekerja di luar negeri,” ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto saat dikonfirmasi, Rabu (12/11/2025).
Dia menjelaskan, ABH sehari-hari tinggal bersama ayahnya. Ayah ABH merupakan seorang pekerja.
“Ayahnya kerja,” terang Budi.
Seperti diketahui, dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa (11/11) kemarin, polisi menyebutkan ABH terduga pelaku peledakan SMAN 72 Jakarta tidak memiliki tempat curhat. Polisi mengatakan hal ini diduga menjadi pemicu ABH melakukan aksi peledakan itu.
“Ada hal yang menarik juga di dalam proses penyidikan yang kami peroleh dari hasil penggalian keterangan maupun petunjuk-petunjuk yang ada. Bahwa yang bersangkutan anak berkonflik dengan hukum ini terdapat dorongan untuk melakukan peristiwa hukum tersebut,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imanuddin dalam jumpa pers.
Iman menjelaskan ABH tersebut merasa sendiri dan tidak punya tempat untuk menyampaikan keluh kesah. Kondisi itu dirasakan pelaku, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.
“Dorongannya, di mana yang bersangkutan merasa sendiri kemudian merasa tak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik itu di lingkungan keluarga kemudian di lingkungannya itu sendiri, maupun di lingkungan sekolah,” ujarnya.
Sebagai informasi, siswa pelaku peledakan saat ini sudah ditetapkan sebagai ABH berdasarkan proses penyidikan pihak kepolisian.
“Dari hasil sidik sementara anak yang berkonflik dengan hukum atau ABH yang terlibat dalam ledakan merupakan siswa SMA aktif bertindak secara mandiri, tak berhubungan dengan jaringan teror tertentu,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri dalam jumpa pers, Selasa (11/11).
Peristiwa ledakan itu terjadi pada Jumat (7/11) saat khotbah salat Jumat. Diketahui, ada 96 orang yang menjadi korban ledakan. (Web Warouw)

