DENPASAR – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi, melebihi negara-negara maju.
“Indonesia termasuk yang paling tinggi, yaitu di atas 15 (kematian) per 1.000 (kelahiran bayi). Negara-negara maju bisa di bawah 2 per 1.000,” kata Budi dalam laporannya kepada Presiden Joko Widodo saat meresmikan gedung pelayanan ibu dan anak Rumah Sakit (RS) Ngoerah, Bali, Senin (2/9/2024).
Bali Budi menjelaskan, sebagian besar kasus kematian bayi di Indonesia terjadi pada bayi yang lahir prematur. Kelahiran prematur ini terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu sehingga bayi yang dilahirkan umumnya memiliki berat badan kurang dari 2,5 kilogram.
“Indonesia, karena segala macam hal, menikahnya terlampau cepat, ada masalah di kandungan, di bawah 37 bulan lahirnya,” sebut Budi.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan telah membagi fasilitas kesehatan (faskes) sesuai dengan kapasitas masing-masing dalam menangani bayi prematur. Puskesmas akan menangani bayi dengan berat kurang dari 2 kilogram, sedangkan rumah sakit kabupaten/kota akan menangani bayi dengan berat kurang dari 1,8 kilogram.
“Rumah sakit provinsi bisa (menangani bayi prematur berbobot) sampai 1 kilogram,” kata mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Sementara itu, rumah sakit vertikal yang dikelola langsung oleh Kementerian Kesehatan diklaim mampu menangani bayi prematur dengan berat kurang dari 1 kilogram.
“Itu sebabnya dibangun Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk bisa menangani kelahiran (bayi yang bobotnya) di bawah 1 kilogram–kalau bisa, karena masih banyak–dan mengurangi kematian,” jelasnya. (Ngurah)