Minggu, 18 Mei 2025

AS BUKAN LAGI MITRA STRATEGIS..! Lawan Tarif Trump, RI Akan Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia

JAKARTA — Indonesia akan mengalihkan sebagian ekspor ke Eropa hingga Australia untuk menekan dampak tarif dagang yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan menambah keragaman negara tujuan ekspor. Hal ini untuk mengantisipasi penurunan ekspor ke AS akibat tarif dagang Trump.

“Ekspor kita itu 10 persen ke Amerika sehingga tentu kita berbicara dengan mitra lain, salah satunya tentu kita bisa meningkatkan ke EU (Uni Eropa),” kata Airlangga pada jumpa pers berani dari AS, Jumat (18/4) pagi WIB.

Untuk melancarkan rencana itu, pemerintah mengebut penyelesaian perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-European/IEU CEPA).

Airlangga mengatakan Indonesia juga akan melebarkan pasar ekspor ke sejumlah negara. Beberapa negara yang telah dijajaki adalah Meksiko, Australia, dan negara-negara Amerika Latin.

Daftar Menteri Trump yang Ditemui Airlangga untuk Lobi Tarif Dagang

“Kemarin dalam pembicaraan dengan Menteri Perdagangan Australia, Australia juga menyanggupi untuk menyerap produk Indonesia lebih besar,” ucapnya.

Sebelumnya, Indonesia dikenakan tarif dagang 32 persen oleh Presiden AS Donald Trump. Tarif itu berlaku sebagai tambahan atas tarif 10 persen yang dikenakan ke semua negara. Selain itu, ada beberapa tarif lainnya yang sebelumnya sudah berlaku untuk barang-barang Indonesia.

Trump memang menangguhkan penerapan tarif dagang selama 90 hari. Namun, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia akan terbebani tarif hingga 47 persen bila tak segera ada revisi dari AS.

Fokus Perbanyak Impor

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, misi Indonesia untuk melakukan negosiasi tarif impor tinggi yang ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS) telah dimulai. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang memimpin misi itu buka-bukaan progress terkini yang telah dilakukan delegasi Indonesia di AS.
Airlangga mengatakan Indonesia jadi salah satu negara yang diterima lebih awal oleh AS untuk negosiasi. Targetnya, 60 hari ke depan bakal ada serangkaian pertemuan yang dilakukan dengan perwakilan AS dan langsung membuahkan perjanjian perdagangan antara Indonesia dan AS.

Sejauh ini Airlangga dan tim delegasi telah menemui Menteri Perdagangan AS (US Secretary of Commerce) Howard Lutnick dan juga Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representative) Jamieson Greer. Paralel, Menteri Luar Negeri Sugiono juga telah menemui Menteri Luar Negeri AS (US Secretary of State) Marco Rubio.

Pertemuan-pertemuan ini membuka pembicaraan awal soal negosiasi yang mau dilakukan.

“Dari hasil pembicaraan Indonesia merupakan salah satu negara yang diterima lebih awal, ada beberapa negara yang sudah bicara dengan AS, antara lain Vietnam, Jepang, dan Italia,” ungkap Airlangga dalam konferensi pers virtual, Jumat (18/4/2025).

Airlangga mengungkapkan sejauh ini sudah mendiskusikan opsi-opsi yang ada terkait kerja sama bilateral antara Indonesia dan AS. Dia menekankan, Indonesia ingin membangun situasi perdagangan yang bersifat adil dan berimbang dengan negeri Paman Sam.

Indonesia ingin agar tarif impor produk unggulan ekspor ke AS bisa mendapatkan tarif yang kompetitif. Sebagai negosiasi Indonesia memberikan beberapa usulan. Pertama mengupayakan penyeimbangan neraca dagang dengan AS, Indonesia siap memangkas surplus dengan AS dengan menambah volume impor barang dari AS.

Komoditas yang ditawarkan untuk diimpor dari AS ke Indonesia adalah minyak dan gas hingga produk agrikultur macam gandum dan kedelai.

“Pertama Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari AS, antara lain LPG, crude oil dan gasoline. Indonesia juga beli produk agrikultur dari AS antara lain gandum, soya bean, dan soya bean milk. Indonesia juga akan meningkatkan pembelian barang modal dari AS,” beber Airlangga.

Selain itu, Airlangga juga mengatakan Indonesia akan memfasilitasi perusahaan AS untuk yang selama ini beroperasi di dalam negeri untuk berbisnis dengan aman dan nyaman. Beberapa hal terkait kemudahan perizinan dan insentif akan diberikan untuk perusahaan AS.

Indonesia juga menawarkan produk mineral kritis kepada AS dan mempermudah regulasi impor termasuk produk holtikultura dari AS. Investasi antara kedua negara juga akan didorong dalam skema business to business (B to B).

“Indonesia juga dorong pentingnya perkuatan kerja sama di sektor pengembangan SDM, antara lain untuk sektor pendidikan, science, engineering, matematika dan ekonomi digital, dan kami juga angkat isu financial services yang cenderung menguntungkan Amerika Serikat,” jelas Airlangga.

Lantas apa hal utama yang diminta Indonesia kepada pemerintah AS? Airlangga mengungkapkan Indonesia ingin penerapan tarif yang lebih kompetitif daripada negara-negara pesaing untuk bisa masuk ke AS. Indonesia meminta komoditas ekspor utama macam garmen, alas kaki, furnitur, hingga udang diberikan tarif sekecil mungkin untuk masuk pasar AS.

Saat ini produk ekspor utama Indonesia, seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang menjadi produk yang tarifnya tinggi lebih tinggi dari negara bersaing baik dari ASEAN dan luar ASEAN. Sebagai contoh, meskipun saat ini tarif tinggi didiskon sementara menjadi 10%, AS tetap menerapkan tarif proteksionis untuk barang-barang tekstil dan garmen sebesar 10-37%, artinya bila diakumulasi komoditas asal Indonesia memiliki biaya besar untuk masuk ke pasar AS.

“Meski saat ini tarif 10% untuk 90 hari, di tekstil, garmen, ini kan sudah ada tarif 10-37% maka 10% tambahan bisa 10+10 atau 37+10. ini concern kita karena ekspor kita biayanya lebih tinggi, karena ini di-sharing kepada pembeli dan juga ke Indonesia sebagai pengirim,” pungkas Airlangga. (web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru