Minggu, 20 April 2025

Awas! Kanker Paru Lebih Sering Pada Pria

JAKARTA- Tanggal 1 Agustus ini diperingati sebagai World Lung Cancer Day. Kanker Paru adalah salah satu kanker terbanyak di dunia. Kematian akibat kanker paru di dunia adalah lebih banyak daripada gabungan kematian akibat kanker payudara, kanker kolon dan kanker prostat. Resiko mendapat kanker paru meningkat dengan pertambahan usia, dan laki-laki lebih sering dari perempuan. Demikian Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE kepada Bergerlora.com di Jakarta, Sabtu (1/8).

 

“Satu dari lima kematian akibat kanker di dunia terjadi akibat kanker paru, dan setiap tahun ada lebih dari 1,8 juta‎ kasus kanker paru baru di dunia,” ujar- Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI ini.

Ia menjelaskan bahwa data otopsi verbal dari 4.014 kematian di Indonesia mendapatkan tumor ganas sebagai penyebab kematian ke 7 di Indonesia, walau data penelitian pada 41.590 kematian ternyata mendapatkan bahwa tumor ganas tidaklah masuk 10 besar penyebab kematian di Indonesia.

“Sementara itu, estimasi WHO tentang 10 penyebab kematian di dunia tahun 2015 menunjukkan bahwa kanker paru, trakea dan bronkus merupakan penyebab kematian ke 7 di dunia,” jelasnya.

Faktor Resiko

Tjandra Yoga memastikan bahwa kebiasaan merokok berhubungan dengan sekitar 70% kematian akibat kanker paru, selain faktor resiko lain seperti bahan radon, asbestos, arsenik, berilium dan uranium, serta riwayat radiasi.

 “Mempunyai penyakit paru lain seperti emfisema, bronkitis kronik, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik– Keluhan batuk dan sesak berkepanjangan) dan TBC  juga meningkatkan risiko terkena kanker paru. Riwayat keluarga yang juga menderita kanker paru, serta pernah mengalami kanker di alat tubuh lain,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa risiko mendapat kanker paru meningkat dengan pertambahan usia, dan laki-laki lebih sering dari perempuan

“Gejala kanker paru adalah perubahan jenis dahak, nyeri dada atau punggung, batuk darah, sulit menelan dan lainnya,” jelasnya.

Ia menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan berupa- anamnesis dan pemeriksaan fisik, foto rontgen, computerized tomography scan (CT scan) dan positron emission tomography (PET scan), bronkoskopi (pemeriksaan tenggorokan dan saluran napas-red), dan biopsi jarum (mengambil jaringan atau cairan dengan jarum untuk diperiksa pada mikroskop-red).

“Menghindari Faktor Risiko dan melakukan Deteksi dini akan amat berperan untuk keberhasilan pengobatan,” ujarnya.

Ia memastikan bahwa salah satu cara pemerintah menghadapi peningkatan jumlah penderita kanker paru adalah dengan memastikan setiap peserta BPJS ditanggung penuh oleh Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS).

“Pembiayaan pelayanan pada penderita kanker paru  peserta JKN (BPJS-red) harus ditanggung penuh oleh di rumah-rumah sakit,” tegasnya. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru