TANGERANG SELATAN- Tangsel Global Innovation Forum (TGIF) di Puspiptek Kota Tangerang Selatan baru selesai Jumat (23/9) kemarin. Walikota-Walikota Dunia yang tergabung dalam World Technopolis Association (WTA) telah datang di Kota Tangsel untuk berbagi tentang inovasi, teknologi, kreativitas dan lingkungan selama 3 hari dari tanggal 20 – 23 September 2016.
Ini adalah momentum yang sangat baik sekali untuk mempercepat Visi dan Misi Kota Tangsel yaitu Terwujudnya Kota yang Cerdas, Modern, Berdaya Saing, berbasis Inovasi dan Teknologi.
Rangkaian kegiatan TGIF dimulai tanggal 20 September kemarin di Gedung Widya Bhakti Puspiptek dengan agenda-agenda yang sangat menarik dan kekinian, salah satunya Side Event Konferensi Internasional Mewujudkan Kota Tepi Air (KIMKTA) di Tangsel.
KIMKTA yang digagas oleh Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman (DTKBP) menampilkan pembicara-pembicara lokal yang sudah melanglang buana di dunia internasional. Sebagai Pembicara Kuncinya adalah dua Jawara dari Kali Pesanggrahan yaitu Babeh Idin dan Abah Jatnika dari Kali Ciliwung. Kedua Jawara ini bercerita tentang Kebudayaan Sungai, Manajemen Kearifan Lokal dan Filosofi Bambu.
Waktu 3 jam di sesi pertama ini seperti aliran Cisadane yang telah melahirkan peradaban Nusantara. Para Audience yang terdiri dari Para Kepala SKPD di Kota Tangsel, Para Camat di Kota Tangsel, Perwakilan daerah, Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi, Pengembang, LSM, Ormas, Komunitas, Forum dan Media sangat antusias mendengar dongeng dari dua Jawara Kali Pesanggrahan dan Kali Ciliwung.
Keduanya memberikan pencerahan tentang bambu yang merupakan Sang Saka Bhuana, Pusaka Alam Semesta, Emas Hijau yang bisa mendukung Kedaulatan dan Ketahanan Papan, Pangan, Sandang, Energi, Pendidikan, Kesehatan dan Lingkungan Indonesia. Bambu sudah bukan lagi sebagai simbol kemiskinan, tapi simbol kemapanan yang akan mempercepat Kesejahteraan Bangsa Indonesia. Jika dulu para Pahlawan kita berjuang dengan bambu runcing melawan penjajah, maka di zaman yang serba digital ini kita berjuang dengan bambu untuk mensejahterakan Bangsa Indonesia.
Sesion pertama dan kedua ini ditutup dengan kesimpulan, perlunya aksi nyata dari Pemerintah, khususnya Pemkot Tangsel untuk membuat regulasi tentang pelestarian dan pemanfaatan bambu dalam bentuk peraturan daerah.
Setelah istirahat, sesion ketiga di isi tentang kebijakan, inovasi dan teknologi untuk mewujudkan Kota Tepi Air di Tangsel. Pembicara yang hadir adalah dari Kementerian PUPR yang diwakili oleh Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, BPPT dan LIPI.
Ketiga Narasumber tersebut sepakat bahwa potensi Kota Tangsel yang memiliki 9 situ dan dialiri 5 sungai sangat fisible untuk dijadikan Kota Tepi Air. Kementerian PUPR memiliki kebijakan-kebijakan yang akan mendukung Kabupaten atau Kota untuk mengembangkan Kota Tepi Air seperti yang telah dilakukan di Sungai Musi Palembang, di Kota Makassar, di Kalimantan dan lain-lain. Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah kota atau kabupaten adalah tidak adanya kewenangan untuk mengeksekusi bantaran situ dan sungai untuk dijadikan ruang publik. Semua kewenangannya ada di bawah kendali Kementerian PUPERA. Oleh karena itu harus dibuat MOU antara Kementerian PUPERA dengan PemKot Tangsel untuk menata bantaran situ dan sungai sehingga mendukung terwujudnya Kota Tepi Air.
Narasumber dari BPPT lebih menekankan ke inovasi dan teknologi transportasi air menggunakan kapal dan perahu. Salah satu sungai yang akan dijadikan pilot projectnya adalah Cisadane. Biasanya, kapal yang melintas sungai itu mengakibatkan arah gelombang yang berpotensi untuk mengikis habis tanggul alami pinggiran sungai. Oleh karena itu, dengan inovasi dan teknologi yang sudah dibuat BPPT, arah gelombang yang dihasilkan oleh lalu lalang kapal dan perahu di sungai dibuat tidak mengarah ke tanggul alami sungai.
Terakhir, narasumber dari LIPI, lebih menekankan pada Bio Water Engineering. Rekayasa pada sungai baik itu di pinggirannya maupun di sungainya dan tanaman atau pohon yang harus ditanam di pinggiran sungai, semuanya harus mendukung ekosistem sungai supaya tetap berkelanjutan. Oleh karena itu pinggiran-pinggiran sungai itu tidak boleh di betonisasi, harusnya ditanami dengan tanaman yang berfungsi untuk menjaga ekosistem dan mengikat tanah seperti bambu. Jadi, narasumber dari LIPI ini adalah penegasan secara keilmuwan dari pembicara dua Jawara di sesion yang pertama.
Sekarang, apa yang sudah dilakukan oleh PemKot Tangsel? Atau lebih spesifik lagi, dengan adanya event TGIF – WTA ini, apa yang akan ditunjukkan TangSel tentang inovasi dan teknologi? Berbicara inovasi dan teknologi, jangankan Tangsel, Indonesia pun jauh tertinggal oleh negara lain. Oleh karena itu PemKot Tangsel melalui DTKBP membina komunitas bambu dalam wadah Akademi Bambu Nusantara (ABN) dengan salah satu misinya adalah membuat inovasi dan teknologi bambu menjadi material masa depan untuk menggantikan fungsi kayu, logam, plastik, benang dan energi fosil.
Dalam waktu satu tahun, sejak didirikan ABN di Tangsel, telah menghasilkan konsep desain dan produk yang saat ini sedang dalam proses pengajuan Hak Cipta.
Inovasi Bambu Tangsel inilah yang akan kita sampaikan ke dunia melaui event TGIF – WTA. Di area Inovasi ditampilkan sepeda bambu listrik dan tenaga matahari, helm, stang sepeda dan furniture dari bambu. Di area inacraft ditampilkan Rumah Oksigen, rumah modern, layak huni dan terjangkau dari bahan dasar bambu. Di area High Tech Fair ditampilkan teknologi bambu sebagai pengganti fungsi kayu, logam dan plastik. Selain itu, ABN juga membuat aplikasi database bambu berbasis smartphone untuk mapping potensi bambu yang ada di Indonesia, membuat karakter bambu untuk edukasi dan sosialisasi bambu dengan model animasi, film, komik dan game.
Semoga dengan adanya Event TGIF-WTA ini, inovasi dan teknologi bambu karya anak bangsa bisa mendunia, tahun 2019 nanti Tangsel menjadi pusat bambu dunia dan mempercepat terwujudnya Kota Tepi Air di Tangsel. (Enrico N. Abdielli)