JAKARTA – Dokter Tony Setiobudi, Spesialis Bedah Tulang dan Bedah Tulang Belakang di Mount Elisabeth Hospital Singapura mengatakan, puluhan tahun masalah kedokteran di Indonesia tidak pernah diselesaikan dengan serius.
Dari Singapura dokter ini menyoroti carut marut di dunia kedokteran Indonesia ini sudah parah sekali. Kata dokter Tony, dunia kedokteran di Indonesia dibajak atau dijajah oleh organisasi profesi superbodi yang punya power luar biasa dan bertindak semena-mena terhadap anggotanya.
Tanpa menyebut nama organisasinya, dokter Tony mengatakan, upaya pengkerdilan terhadap dunia kedokteran di Indonesia dilakukan dengan sengaja, secara sistematis, terstruktur, untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok tertentu.
“Ini sangat merugikan bangsa dan negara kita dan sudah berlangsung lama karena adanya sistem feodal dan struktur yang sudah tertata dengan baik untuk melindungi mereka yang melakukan semuanya ini dan satu lagi budaya yang merusak seperti diskriminasi, tindakan sewenang-wenang, senioritas dan kurangnya transparansi yang mengizinkan eksploitasi terhadap dokter-dokter ini terjadi,” ujarnya dalam akun YouTube miliknya, dikutip kamis (14/7).
Dikatakan, organisasi profesi dan lembaga pendidikan kedokteran adalah organisasi yang sebenarnya diharapkan dapat memajukan kedokteran di Indonesia.
“Tapi ironisnya organisasi inilah yang justru bertanggung jawab terhadap pengkerdilan kedokteran di Indonesia. Jadi Indonesia sedang dibajak oleh mereka-mereka ini,” kata dia.
Organisasi tersebut, kata dia, mendapatkan keuntungan yang luar biasa dengan mengorbankan citra kedokteran di Indonesia.
“Ada krisis kepercayaan yang luar biasa di masyarakat. Kedokteran Indonesia seharusnya bisa bersaing, sekarang dianggap rendah oleh masyarakat kita sendiri dan juga tidak dipercaya oleh petinggi negara,” tuturnya.
Namun demikian, sebagai dokter Indonesia yang bekerja di Singapura, dokter Tony mengaku bersyukur ada angin perubahan di dunia kedokteran di Indonesia.
“Reformasi terhadap kedokteran di Indonesia sedang terjadi dan ini adalah arus yang tidak bisa dibendung masyarakat dan pemerintah sudah gerah dengan hal-hal negatif yang dilakukan,” ujarnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, menurut dokter Tony, revisi undang-undang praktik kedokteran wajib dilakukan.
“Karena tanpa ini (revisi undang-undang) kedokteran di Indonesia tidak bisa maju pesat dan saya yakin setelah revisi Undang-Undang Praktik Kedokteran ini dilakukan dalam waktu beberapa tahun kita akan melihat perkembangan yang luar biasa,” katanya.
Dia menjelaskan, revisi Undang-Undang Praktik Kedokteran diperlukan untuk mengembalikan posisi organisasi profesi secara proporsional.
“Supaya dokter-dokter bisa praktek dengan nyaman dan dapat mengembangkan ilmu seluas-luasnya tanpa intervensi yang merugikan,” katanya.
Dokter Tony memberikan contoh seorang dokter bernama Antony. Dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, dokter Antony yang mewakili Forum Dokter Susah Berpraktek (FDSB).
“Dokter diaspora yang handal, dihormati di luar negeri kalau balik ke Indonesia izin praktiknya nggak jelas walaupun sudah berpengalaman masih juga perlu adaptasi bertahun-tahun tanpa titik terang yang jelas kapan adaptasinya akan berakhir,” terangnya.
“Dokter Antony sekarang praktik di Indonesia dan berani bersuara dengan kritis menentang feodalisme di organisasi profesi,” imbuhnya.
Menurut dokter Tony, tidak banyak orang punya situasi seperti ini yang berani bersuara.
“Risikonya sangat besar, organisasi profesi superbody akan dengan mudah membully karena beliau berada di bawahnya,” tandasnya.
100 Triliun Setiap Tahun
Sebelumnya, Wakil Ketua Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI), Prof. dr. Deby Vinski, MSc, PhD. mengatakan akibat buruknya citra dokter Indonesia, sebanyak Rp 100 triliun setiap tahun devisa negara terbang ke luar negeri dari masyarakat lndonesia yang mencari pelayanan kesehatan bagi keluarganya.
“Koq bisa seperti ini? Dokter Indonesia pinter semua, tapi mengapa masyarakat lebih percaya berobat diluar negeri? Bukannya berkurang tapi terus bertambah dari tahun ke tahun,” ujarnya di Jakarta, Kamis (14/7).
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan semakin banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri, hal ini berdampak pada hilangnya devisa negara.
Ia mencatat Indonesia kehilangan devisa senilai Rp 97 triliun, diakibatkan oleh lebih dari 2 juta orang warga Indonesia yang pergi berobat di luar negeri setiap tahunnya. (Web Warouw)