KUPANG- Perjalanan Wali Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Jonas Salean dan Direktur PDAM Kota Kupang , Noldy DP Mumu berbuah hasil yang sangat positif yakni kehadiran pengusaha asal China bukan untuk mengerjakan proyek pemerintah tapi membantu menyiapkan air minum bagi masyarakat Kota Kupang. Penegasan itu disampaikan Jonas Salean kepada wartawan di Kupang, Senin, [2/11] Di Balai Kota Kupang saat dimintai keterangannya tentang kehadiran kehadiran pengusaha asal China tersebut.
Jonas mengatakan, kerja sama dalam penyedian serana umum diantaranya dari Kali Dendeng yang akan disiapkan pemerintah fasilitas jaringan pipa ke rumah warga.
“Dana dari pemerintah. Masakan semuanya dari China. Kita siapkan dana dan kerjasama bikin sambung pipa dari rumah ke rumah. Harus kita yang lakukan. Untuk urusan air minum terutama di Kali Dendeng, jelas harus ada andil dari pemerintah,”” papar Jonas
Walikota menjelaskan hal ini berbeda kalau pihak China dia mau membangun pabrik semen atau membuat air asin menjadi air tawar. Jika dua hal itu maka murni urusan urusan China.
“Kalau perusahan dia (China) mau bangun pabrik semen atau air laut jadi air tawar itu urusan mereka. Tetapi untuk air minum untuk warga kota Kupang dia punya respek untuk siapkan fasilitas itu dan sambungan ke rumah-rumah itu tanggung jawab pemerintah,” tegasnya.
Jonas juga menyesalkan ada penilaian dirinya tak konsisten, padahal yang dia bicarakan itu untuk ke pentingan pelayanan umum, maka harus ada kerja sama, tak bisa semuanya dikerjakan oleh pengusaha asal china tersebut
Dia mencontohkan, jika nanti pengusaha itu menyiapkan bak penampung air lalu sambung dari rumah-rumah maka pemerintah harus siapkan dananya. Jonas belum mau membicarakan soal anggaran yang ditanyakan yaitu Rp 30 miliyar bantuan Pemprov NTT dan Rp 7,5 milyar dari Pemkot.
Sebelumnya, Ketua Fraksi PDIP DPRD Kota Kupang Adrianus Talli mengatakan, seharusnya, ketika berada di China , Walikota Jonas sudah mengetahui secara pasti yang jelas wujud dan konsep perusahan China tersebut yang hendak berinvertasi di kota Kupang.
“Apakah invertasi murni atau kerjasama? Sehingga ketika kembali ke Kupang, Walikota menjelaskan kepada masyarakat dan tidak bertantangan dengan apa yang seharusnya. Kalau pada akhirnya terjadi inskonsistensi perjelasan seperti ini, maka tentunya dapat menimbulkan keraguan di tengah masyarakat terhadap hasil dan manfaat dari apa yang sudah dan akan di lakukan antara walikota dan perusahan China tersebut nantinya di Kota Kupang,” ujarnya.
Apalagi dengan survei yang hanya sehari dan telah mampu mengidentivikasi begitu banyak potensi yang dapat di kembangkan, jelas semakin kabur dan tak jelas model invetasinya. Apakah mau mengurus air atau mau membangun pabrik semen. (Philip Matias Giri)