JAKARTA- Pasien, Abbiyasa Rizal Ahnaf berusia 2 tahun membutuhkan bantuan untuk bisa membuktikan kegunaan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pasien ini sudah ditolak berbagai rumah sakit. Demikian berita beredar dari jaringan wartawan memohon bantuan sampai di Bergelora.com di Jakarta, Kamis (27/11) pagi ini.
“Pasien didiagnosa menderita Ilius Obstruksi dan Ilius Paralitik yaitu penyumbatan pencernaan. Saat ini membutuhkan bedah digestif segera. Saat ini Dirawat di Rumah Sakit Pasar Rebo ruang HCU (High Care Unit) lantai 6, gedung C,” demikian pimpinan Poros Wartawan Jakarta (PWJ) Widhi Grafias kepada Bergelora.com.
Saat ini pasien menurutnya membutuhkan rumah sakit dengan Fasilitas PICU (pediatric intensive care unit) dan dokter spesialis bedah anak yang tidak terdapat di Rumah Sakit Pasar Rebo.
Menurutnya keluarga pasien sudah mencari bantuan ke berbagai rumah sakit tapi tidak satupun membantu dengan berbagai alasan.
Dibawah ini daftar rumah sakit dan alasan penolakan seperti yang disampaikan Widhi Grafias. RSCM menyatakan penuh. RSPAD tidak punya ruang PICU, walaupun ada dokter yang dibutuhkan. Rumah Sakit Haji ada ruang dan dokter tapi ventilator untuk pasca operasi tidak ada. Jadi dokter tidak berani bedah.
Rumah Sakit Polri penuh. Rumah Sakit Harapan Bunda tidak terima pasien BPJS, harus bayar DP (Downpayment) atau uang muka sebesar Rp 15-20 juta. RSIA Harapan Kita penuh. Rumah Sakit Fatmawati penuh. Rumah Sakit Persahabatan penuh.
Rumah Sakit Bunda aliya tidak punya dokter spesialis. Rumah Sakit UKI tidak punya fasilitas NICU. Rumah Sakit Cikini Penuh. Rumah Sakit Carolus penuh. Rumah Sakit Pelni penuh Rumah Sakit Islam penuh. Rumah Sakit Pusat Pertamina tidak terima BPJS. Rumah Sakit Bunda Margonda tidak terima BPJS. Rumah Sakit Permata tidak ada fasilitas dan dokter. Rumah Sakit Mitra tidak ada fasilitas dan dokter. Rumah Sakit Premier Jatinegara tidak terima BPJS. Rumah Sakit Bunda Menteng penuh Rumah Sakit Thamrin harus DP Rp 30 Juta.
“Gak usah nyumbang duit. Cukup share agar info ini sampe ke manusia BPJS yang bertanggung jawab,” tegasnya jengkel.
Saat dihubungi, orang tua pasien, Eddy Karno yang tinggal di Cipayung Jakarta Timur ini bersyukur karena akhirnya anaknya diterima di Rumah Sakit Tarakan di ruang PICU lantai 2.
“Anak saya memang membutuhkan ruan PICU memang hanya di Tarakan yang ada dan menerima BPJS, “ ujar guru anak-anak autis di Cinere, Jakarta Selatan ini kepada Bergelora.com.
Pengurus Pusat Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Tutut Herlina mengatakan bahwa tidak mudah saat ini bagi para peserta BPJS untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara sempurna.
“Karena rumah sakit dan dokter tidak mau nombok terus menanggung semuabiaya yang tidak ditanggung BPJS,” ujarnya dari Jayapura, Papua
Ia mengatakan bisa dibayangkan bagaimana pelayanan pada pasien BPJS yang berada di luar Jakarta seperti di Papua, Maluku atau Kalimantan, NTT dan Sulawesi.
“Di ibu kota Jakarta saja seperti itu. Bagaimana di luar Jakarta? Diluar Jawa? Siapa yang tanggung jawab terhadap semua ini. Negara kan sudah lepas tangan dan serahkan pada BPJS,” ujarnya. (Web Warouw)