Senin, 2 Desember 2024

Di Tokyo, Pancasila Diusulkan Jadi Strategi Melawan Counter Radikalisme-Terorisme

JEPANG- Dalam panel bertopik Challenges for Women in Muslim Countries, The Perspective of Women Muslim Democrats, didiskusikan tentang menguatnya radikalisme sebagai ancaman terhadap kaum perempuan. Ratusan peraturan daerah (perda) yang berisi pembatasan dan pelarangan yang khusus untuk perempuan berdampak pada menyempitnya kesempatan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya maupun keluarganya Jal ini disampaikan anggota Kaukus Pancasila, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (F-PDI) Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, dari Tokyo, Jepang, kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (25/11).

“Perda-perda yang diskriminatif tersebut misalnya pembatasan waktu dan ruang  perempuan untuk bergerak berujung pada tingkat kesejahteraan ekonomi perempuan yang lebih rendah dari laki-laki sehingga rendah pula modalitas para perempuan,” jelasnya.

Di tingkat nasional, menurutnya penetapan minimum umur  perempuan untuk menikah yaitu 16 tahun akan tetap menjadi penyumbang terbesar angka kematian ibu melahirkan dan tentu saja penyebab rendahnya partisipasi perempuan di dunia kerja.

Eva Sundari menawarkan Pancasila sebagai prinsip-prinsip nilai dalam mengembangkan demokrasi di negara muslim karena kekuatan Pancasila yang sangat Islami dan sejalan dengan nilai-nilai demokrasi universal.

“Jika Pancasila bisa menjadi penangkal radikalisme di Indonesia yang mayoritas muslim, tentu bisa digunakan di negara-negara Islam yang sedang konflik maupun punya potensi konflik karena konflik atau perang saat ini hanya terjadi antar muslim sendiri,” ujarnya.

Kekuatan Pancasila menurutnya adalah sifat inklusif karena masing-masing sila saling melengkapi sehingga bisa menciptakan perilaku toleran dalam masyakat yang majemuk.

“Sehingga, menjadi solusi bagi adanya global trend dari radikalisme yang dipicu dari sikap dan mentalitas intoleransi yang ekslusif dan dapat berujung pada perilaku terorisme,” ujarnya.

Dalam panel tersebut ada beberapa nara sumber dari negara-negara lain yaitu Nurul Izzah Anwar (Parliament Malaysia), Reem Abu Hassan (bekas Mensos Jordan), Yoriko Kawaguchi (eks MP Jepang), Zahra Saeedi Mobarak (Parliament Iran) dan dimoderatori Ima Abdulrachim dari Habibie Institute. Panel tersebut adalah bagian dari Konperensi dari The Third World Forum for Muslim Democrats di Tokyo, tgl 24-25 Nov 2016. (Web Warouw)

 

 

 

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru