JAKARTA- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Farouk Muhammad, senator asal Nusa Tenggara Barat mendesak Pemerintah untuk mengevaluasi berbagai kebijakan ekonominya yang condong ke arah ekonomi liberal, sebab berpotensi menimbulkan gejolak sosial. Semisal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL), serta harga elpiji 12 kg dan 3 kg sebagai sikap Pemerintah yang menetapkan harga sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
Â
“Kenaikan harga BBM, TDL, dan elpiji sebagai efek penyerahan harga kepada pasar. Sikap Pemerintah ini mendesak dievaluasi,” tegas kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (21/4)
Dia mencatat sejumlah masalah di tengah masyarakat yang berdampak sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang signifikan mengganggu tatanan dan stabilitas sebagai rangkaian akhir agenda Sidang Paripurna DPD sebelum para senator melaksanakan tugasnya di daerah.
Sikap Pemerintah ini mendesak dievaluasi, karena kebijakannya tersebut justru menimbulkan instabilitas harga kebutuhan pokok. Selain itu, penyerahan harga BBM, TDL, dan elpiji kepada mekanisme pasar malah menandakan bahwa kebijakan ekonomi Pemerintah bergeser ke arah ekonomi liberal.
“Pemerintah bertanggung jawab untuk menentukan harga BBM, TDL, dan elpiji karena menyangkut hajat hidup orang kebanyakan. DPD mendesak Pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan ekonomi yang prorakyat,” tegasnya.
Kebijakan Pemerintah saat ini ikut serta memberi kontribusi terhadap terkoreksinya nilai rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dollar. Menurutnya, kondisi ini juga menurunkan nilai ekspor Indonesia karena Badan Pusat Statistik (BPS) mendata penurunan 11,67% nilai ekspor Indonesia ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya. Masih di dominasinya bahan mentah sebagai komoditas utama ekspor Indonesia juga menjadi penyebab.
Selain prorakyat, menurutnya kebijakan ekonominya juga harus pro-daerah. Di antaranya, Pemerintah harus mendorong perkembangan pusat-pusat ekonomi baru di daerah, terutama di pulau-pulau terdepan.
“Sebab, pertumbuhan pusat ekonomi baru tersebut memangkas biaya distribusi barang yang menjadi salah satu penyebab kenaikan harga barang di daerah. Selain itu, kebijakan ekonomi yang prodaerah malah meningkatkan ketahanan ekonomi nasional, karena makin meratanya kemampuan ekonomi di daerah,” ujarnya. (Calvin G. Eben-Haezer)