JAKARTA- Patut dicurigai Australia tidak sekedar paranoid tapi sedang dipimpin oleh rezim Malcolm Bligh Turnbull yang bukan hanya paranoid tetapi mengidap gangguan jiwa, yang sangat berlebihan dan sangat memusuhi Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Ketua Komite I, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Benny Rhamdani kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (6/1) menanggapi penghinaan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia terakhir.
“Sikap Australia bukan suatu kesalahan atau kecerobohon, tapi ini soal mainset sakit jiwa dari pemeritah Australia terhadap Indonesia. Sepanjang Australia mempertahankan mainset paranoid terhadap Indonesia maka percuma minta maaf karena akan berulang terus,” tegasnya.
Beny Rhamdani mengingatkan, Indonesia adalah negara tujuan kedelapan dari ekspor Australia. Indonesia sangat penting buat Australia. Namun Indonesia adalah negara berdaulat. Pemerintahan Joko Widodo jangan tanggung-tanggung mengambil sikap poitik luar negeri terhadap Australia. Kita tidak takut dengan negara manapun dan tidak bisa diperintah apalagi diganggu negara lain.
“Jadi tidak cukup sikap tegas hanya menghentikan sementera kerjasama pelatihan militer. Segera putuskan hubungan dipolmatik. Tapi segera tarik Duta Besar Indonesia di Australia. Usir Duta Besar Australia di Indonesia,” tegasnya.
Benny menegaskan bahwa yang dihina oleh Australia adalah ideologi negara dan bangsa yang bukan hanya sekedar simbol, tetapi pandangan hidup dan akar budaya ratusan suku dan etnis yang hidup tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
“Menghina Pancasila adalah menghina hidup orang Indonesia. Ini menyerang seluruh rakyat Indonesia. Presiden akan berganti, birokrat berganti, tapi Pancasila itu abadi. Seluruh rakyat wajib bangkit membela Pancasila, apalagi negara dan Pemerintah Republik Indonesia. kalau presiden yang dihina kita bisa marah.apalagi ideoloig
Menurutnya, tidak cukup permintaan maaf dari Menteri Pertahanan Australia karena ini masalah prinsipil bukan tehnis dan selalu berulang. Pada tahun 2013 Australia pernah menyadap dan menyebarkan isi pembicaraan telpon Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono. Australia juga pernah mengungkit bantuan pada Aceh, dan terlibat memanaskan situasi di Papua.
Sikap TNI
Sebelumnya, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menghentikan sementara kerja sama militer dan pertahanan dengan Australian Defence Force (ADF). Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membenarkan adanya penghentian sementara kerja sama militer antara TNI dengan ADF.
“Penghentian kerja sama militer antara kedua negara tersebut, terkait adanya pelecehan terhadap idiologi Pancasila dan kurikulum pendidikan militer,” kata Panglima TNI dihadapan awak media, usai memberikan ceramah pada acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian, di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis (5/1).
“Terlalu menyakitkan dan tidak perlu saya jelaskan di sini, tentang tentara yang dulu, tentang Timor Leste dan tentang Papua yang terus merdeka serta Pancasila yang diplesetkan menjadi Pancagila dengan lima silanya yang tidak benar,” ungkap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa, penghentian kerja sama militer ini menunggu sampai adanya hasil investigasi dan penyelesaian serta klarifikasi dari pihak militer Australia kepada TNI. “Saya sampaikan bahwa, untuk sementara kerja sama dibidang pendidikan militer dihentikan dulu dan akan kita evaluasi,” ujarnya.
“Saya tidak akan ke Australia, tapi menunggu dari hasil investigasi dan saya berterimakasih atas niat baik Chief of Defence Force Air Chief Marshal Mark Binskin yang telah menyampaikan permohonan maaf dan kemudian mengganti kurikulum Australian Defence Force serta mengadakan investigasi,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Lebih lanjut Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa, terkait penghentian sementara kerja sama militer kedua Negara (TNI dan ADF), beberapa waktu lalu Chief of Defence Force Air Chief Marshal Mark Binskin telah mengirim surat kepada saya selaku Panglima TNI terkait empat hal, yang berisikan permohonan maaf, perbaikan kurikulum, akan melaksanakan investigasi dan akan mengirimkan Chief of Army Australia untuk datang meminta maaf dan klarifikasi kepada Kepala Staf Angkatan Darat dan kepada Panglima TNI.
“Saya dengan Marsekal Mark Binskin adalah sahabat, dia adalah teman baik saya, dan beliau sudah mengirim surat kepada saya terkait permohonan maaf tersebut,” ucap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Dihadapan awak media, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menyatakan bahwa bagi militer, idiologi negara adalah hal yang sangat prinsip bahkan prajurit rela mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan idiologi negaranya.
“Dalam pendidikan doktrin militer, bahwa setiap tentara harus sangat mencintai idiologi bangsanya dan setiap prajurit rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk menghadapi apapun juga terkait ideologinya,” ungkapnya.
Menurut Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dalam setiap pasukan khusus, doktrin terhadap idiologi harus diberikan secara luar biasa agar benar-benar mencintai negaranya dan kepada musuhnya pun harus di doktrin bahwa dia adalah musuh.
“Pada saat melaksanakan tugas operasi, pasukan khusus itu operasinya one way ticket, dia rela untuk itu,” pungkasnya. (Web Warouw/Kolonel Inf Bedali Harefa)