Senin, 10 Februari 2025

Evita Nursanty: Prabowo Akui Keunggulan Jokowi

JAKARTA- Debat capres ketiga yang berlangsung semalam dinilai semakin menunjukkan kualitas capres Joko Widodo (Jokowi) yang lebih menguasai isu hubungan luar negeri dan pertahanan, dibandingkan capres Prabowo Subianto. Perhatiannya yang sangat besar untuk isu Palestina, ASEAN Economic Community, Diplomasi Maritim, perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri hingga ketegasan terkait upaya negara lain merongrong kedaulatan Indonesia membuktikan. 
 
Hal itu disampaikan anggota Komisi I DPR RI yang antara lain membidangi hubungan luar negeri dan pertahanan, Evita Nursanty kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (23/6).
 
“Soal Palestina itu menjadi sikap yang kuat bagaimana politik luar negeri kita dijalankan. Begitu pun dengan diplomasi maritime, dan soal industry pertahanan. Kalau ditarik benang merahnya, semua bermuara pada konstitusi dan ruh Trisakti,” kata Evita.

Mengenai isu tank Leopard, menurut Evita, isu itu menjadi pembuktian bagaimana concern Jokowi untuk memperkuat industry pertahanan kita ke depan.
 
“Kalau dilihat secara utuh, isu tank itu adalah bagian dari kepercayaan diri kita untuk membangun industry pertahanan yang kuat,” sambungnya.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini bahkan menyebut Prabowo sempat melakukan blunder menanggapi isu ini, dengan menyebut tank itu dipakai di Vietnam.

“Setahu saya Leopard itu beratnya 62-68 ton, tidak cocok untuk medan di Vietnam, bahkan untuk Leopard 1 yang lebih ringan. Dalam perang Vietnam, yang dipakai itu antara lain jenis M41 Walker Bulldog, M48 Patton, M67 ‘Zippo’, M551 Sheridan, dan Centurion, yang rata-rata beratnya 15 ton sampai 48 ton,” kata Evita lagi.

Menurutnya, debat ketiga semalam memperlihatkan Jokowi yang tetap mendominasi penguasaan debat, dan Prabowo malah mengakui keunggulan Jokowi.
 
“Tiga kali menyatakan sepakat dengan Jokowi, artinya Prabowo mengakui keunggulan Jokowi.” Ujarnya.
 
Evita Nursanty memastikan tiga isu yang mendapat pujian dari Prabowo dalam debat yakni soal perlindungan TKI, penguatan industri pertahanan dalam negeri dan soal membangun trust dengan negara tetangga.

Sementara terkait dengan doktrin ‘thousands of friends and zero enemies’ yang merupakan copy paste dari doktrin yang dipilih Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama 10 tahun terakhir, Evita menyebut pernyataan itu juga kembali lagi menunjukkan Prabowo tidak memiliki gagasan terkait visi hubungan luar negeri.
 
“Hal itu sangat memprihatinkan. Doktrin ‘thousands of friends and zero enemies’ itu sendiri sudah banyak mendapat kritik selama ini, karena menempatkan Indonesia tidak punya sikap tegas dalam menghadapi dunia yang penuh kompetisi. Kita harus kembali ke konstitusi, politik luar negeri yang bebas aktif,” kata Evita. (Dian Dharma Tungga)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru