Oleh: M. Nigara *
ALHAMDULILLAH, sekali lagi saya bersyukur Asnawi Mangkualam, Jordi Amat, Marselino Ferdinan, dan kawan-kawan berhasil mengakhiri laga FIFA matchday melawan Juata Dunia tiga kali, Argentina dengan kepala tegak. Betul mereka kalah, tapi gawang Ernando tidak dibanjiri gol, meski beberapa saat sebelum laga, Senin (19/6/23) di Stadion Utama, Gelora Bung Karno, Jakarta diguyur hujan sangat lebat dan seperti biasa, banjir terjadi di banyak tempat.
Saya bersyukur, mayoritas kita, pendukung tim masional murni, dan pendukung campuran mereka juga fans berat tim Tango yang juga adalah warga negara kira sama-sama puas melihat hasil laga itu. Terbukti, saat malamnya, pukul 23.oo- 24.oo, dalam diskusi dengan radio Elshinta, dari delapan penelpon, hanya satu yang merendahkan hasil itu. Selebihnya memuji kemampuan bertahan tim nas asuhan Shin Tae-Yong ini.
Orang boleh berpendapat apa saja. Boleh memuji, boleh juga menilai lain. Jangankan hanya hasil laga persahabatan sepakbola, persoalan yang lebih rumit saja kita sering berbeda. Mungkin memamg begitu sifat kita, ada yang selalu memandang sesuatu dari sisi positif, tapi tidak sedikit juga yang selalu melihat dari segi negatif. Semua terserah saja.
Bagi saya, laga semalam jelas STY dan seluruh pasukannya mampu menjaga martabat bangsa. Betul kalah, tetapi tidak memalukan. Sekedar mengingatkan Brasil, juara dunia 5 kali (1958, 1962, 1970, 1994, 2002) pernah dibantai Jerman, juara dunia 4 (1954, 1974, 1990, 2014) dalam tragedi Mineirazo, Piala Dunia 2014 di negaranya sendiri 7-1.
STY sendiri pernah mempermalukan juara bertahan Jerman (juara dunia 2014), di laga terakhir grup F, Piala Dunia 2018 di Rusia. STY membuat strategi jitu untuk menekuk dan memulangkan juara bertahan, 2-0.
Jadi, sungguh saya cukup merasa puas dengan kemampuan bertahan Jordi Amat dan kawan-kawan. Betul juga jika ada yang berpendapat bagwa laga Senin malam itu hanyalah fun game bagi sang juara dunia. Artinya, mereka tidak ngotot-ngotot amat. Tak ada hasil yang dapat mempengaruhi posisi mereka dalam bentuk apa pun. Tapi, jika Asnawi cs tidak maksimal, maka hasilnya tentu akan jauh berbeda.
Jangan lupa, di tim nas Argentiba juga ada debutan-debutan yang membutuhkan tambahan catatan indah untuk tetap menjadi pilihan. Biasanya yang debutan itulah yang berusaha tampil maksimal.
Pertanyaannya, pelajaran apa yang sudah didapat tim nas Garuda kita itu? Tentu STY dan anak-anak yang paling tahu. Ofisial saja hanya bisa meraba, apalagi kita yang hanya menikmati dari luar lapangan.
Full Under Pressure
Meski demikian, saya mencoba menganalisa pelajaran apa sesungguhnya yang telah diperoleh. Bertahan, menjaga jengkal demi jengkal, menutup gerak lawan, dan bermain dalam posisi full under pressure (dalam tekanan penuh) hampir selama 80 menit, mampu mereka lakukan.
Catatan, dalam posisi seperti itu, anak-anak kita tidak memperlihatkan rasa panik. Maaf nih, biasanya, dalam laga apa pun, tim nasional kita yang mana pun sebelum ini, jika ditekan sedemikian rupa, rasa panik sangat menonjol. Nah, sehebat apa pun kita, jika panik datang, maka segala kemampuan akan sirna. Jika kemampuan raib, maka gol demi gol akan terjadi di gawang kita.
Pelajaran ini penting untuk modal kita berlaga di Piala Asia digelar di Qatar pada pada 12 Januari hingga 10 Februari 2024. Kita masuk dalam Grup D bersama Jepang, Irak, dan Vietnam.
Melihat calon-calon lawan kita itu, bukan tidak mungkin posisi under pressure akan kita alami. Bersyukur Vietnam sudah tidak berada di bawah pelatih Park Hang-seo lagi, artinya daya tekan mereka sudah berkurang dan kita sendiri mampu mengalahkan mereka di Seag yang baru lalu.
Jepang dan Irak, menurut hemat saya, mirip-mirip jika melakukan tekanan. Mereka mampu menampilkan permain cepat dengan bola-bkla pendek yang deras. Mereka juga cukup tajam dalam menyelesaikan tekanan.
Untuk itu, sekali lagi, menurut catayan saya Asnawi, Jordi Amat, Elkan Baggott, Rizky Rhido, dan kawan-kawan telah memperoleh pelajaran amat berharga semalam. Mereka mampu mempertahankan gawang dari kebobolan lebih banyak. Sayangnya, Marc Klok, Marselino, Shayne Pattinama, belum mampu mengalirkan bola lebih baik. Dan Rafael Struik dan Dimas Drajat juga belum berhasil keluar dari kepungan pemain-pemain belakang Argentina.
Namun demikin, salut perlu saya ucapkan untuk seluruh pasukan garuda. Semoga kelak sukses di Piala Asia. Bravo tim nas…
Susunan Pemain:
Indonesia: Ernando, Asnawi, Elkan Baggott, Jordi Amat, Rizky Ridho, Ivar Jenner (Yakob Sayuri 85′), Marc Klok, Marselino Ferdinan, Shayne Pattynama (Dendy 46′), Dimas Drajad (Pratama Arhan 46′), Rafael Struick (Witan 64′).
Argentina: Emi Martinez, Cristian Romero, Facundo Medina (Acuna 60′), German Pezzella, Molina, Palacios (Almada 85′), Facundo Buonanotte (Ocampos 74′), Giovani Lo Celso, Leandro Paredes (Rodriguez 85′), Julian Alvarez (Simeone 85′), Nicolas Gonzalez (Garnacho 60′).
*Penulis M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior