JAKARTA – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia percaya koleganya di Kabinet Indonesia Maju, Sandiaga Uno, dapat mendorong peningkatan realisasi investasi di sektor pariwisata. Ia mengatakan selama empat tahun terakhir, capaian investasi di bidang tersebut tergolong rendah.
“Pak Menteri Sandiaga (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) punya kreativitas luar biasa karena jam terbangnya tinggi. Kita bisa kolaborasi untuk meningkatkan investasi di bidang pariwisata,” ujar Bahlil dalam acara diskusi bertajuk Forum Ekonomi Merdeka: Indonesia Bangkit 2022 yang digelar secara virtual pada Senin, 28 Februari.
Data Kementerian Investasi menunjukkan sepanjang 2017 hingga 2021, realisasi investasi di sektor pariwisata hanya Rp 106,3 triliun. Penyebab rendahnya perolehan penanaman modal ialah Pemilu yang berlangsung pada 2019, disusul pandemi Covid-19 pada 2020 hingga 2021.
Selama tiga tahun, investor menahan investasinya alias wait and see. Investasi di sektor pariwisata, menurut Bahlil, perlu digenjot karena bisa menciptakan peluang pembukaan lapangan kerja baru.
Pemerintah, tutur dia, telah memberikan sejumlah insentif seperti tax allowance, super deduction tax, tax holiday, hingga pembebasan bea masuk untuk menggairahkan minat pemodal.
“Contoh pembangunan rumah sakit internasional di Bali. Kami dorong untuk memberikan pembebasan barang modal masuk tidak kena pajak dan tax holiday. Ini ruang yang baik untuk menarik minat investor,” ucapnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Meski capaian investasi sektor pariwisata tergolong rendah, Bahlil mengatakan realisasinya menyebar di seluruh Indonesia. Adapun investasi di sektor pariwisata mayoritas terealisasi di Bali dan Nusa Tenggara dengan kontribusi 39 persen. Selanjutnya disusul Jawa dengan kontribusi 36,3 persen dan Sumatera 17 persen.
Tren tersebut bisa mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi dan menekan ketimpangan antar-daerah. Sembari mengupayakan pemerataan investasi di berbagai daerah, Bahlil mengatakan pemerintah juga mempercepat hilirisasi dan industrialisasi di sektor pariwisata.
“Ini mendorong investasi untuk menciptakan nilai tambah. Kita pingin proses hilirsasi terjadi di Indonesia sehingga dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Sekarang US$ 4.000 dolar per kapita, harusnya naik US$ 12 ribu,” tutur Bahlil. (Enrico N. Abdielli)