JAKARTA- Menurut hasil survei sebuah lembaga survei, kalau pertikaian di dalam tubuh Partai Golkar tidak segera diselesaikan dengan islah, maka Golkar akan terpuruk dan terancam menjadi partai gurem. Hal ini dibantah oleh politisi Partai Golkar, Bambang Soesatyo kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (21/12).
“Kami tidak mau menuduh survei itu pesanan atau bukan. Tapi saya curiga kok survei itu lebih menekankan pada islah. Bukan kepada penyelesaian hukum di pengadilan, biar terbuka semua. Mana munas yang memenuhi aturan dan mendapat dukungan DPD I dan DPD II se-Indonesia. Mana munas yang seada-adanya,” ujarnya.
Ia meragukan validitas data dan analisa dari lembaga survei yang menyatakan Golkar akan terpuruk itu. Ia yakin Partai Golkar tidak akan terpengaruh dengan perpecahan belakangan ini.
“Terkait dengan hasil survei, menurut saya itu hanya bisa-bisanya lembaga survei saja. Kami santai dan tidak gentar. Percayalah, Beringin tidak akan tumbang mesti diserang dari delapan penjuru angin. Akarnya terlampau kuat dan sudah teruji,” ujarnya.
Menurutnya goncangan di dalam Golkar saat ini tidak berarti jika dibandingkan pada saat awal refomasi 1998. Ia menggambarkan bagaimana tantangan Golkar para saat awal reformasi 1998 yang mendapat pukulan keras di berbagai daerah.
“Apa yang terjadi hari-hari ini pada Golkar, belum ada apa-apanya saat awal reformasi. Ketika itu banyak kantor Golkar dibakar, para kader diburu bahkan ditelanjangi, dihina dan dicaci maki. Demo tak henti-henti di mana-mana menuntut pembubaran partai Golkar. Lalu, apakah Golkar terpuruk? Tidak! Golkar malah berhasil memenangkan pemilu ketika itu,” jelasnya.
Jadi menurutnya, kalau ada yang bilang Golkar bakal karam kalau tidak segera islah, hanya sekedar upaya menakut-nakuti saja.
“Menurut saya itu hanya upaya menakut-nakuti saja. Saya tidak tahu maksudnya apa, mengingat pemilu masih 5 tahun lagi. Orang Betawi bilang, Belanda masih jauh,” ujarnya.
Tantangan saat ini juga menurutnya tidak berat sehingga tidak terlalu mengkuatirkan. Persoalan yang ada hanya soal perbedaan ambisi diantara pimpinan Partai Golkar saja yang tidak berpengaruh ke daerah-daerah.
“Hanya soal perbedaan ambisi diantara para elitnya saja. Sementara di akar rumput ‘nggak ngaruh’ sama sekali. Publik bahkan menilai, terbelah duanya Golkar saat ini karena ada elit partai yg masih bermimpi jadi Menteri,” ujarnya.
Hal ini menurut Bambang Soesatyo, tercermin dari salah satu kubu yang bertikai yang ingin mendukung pemerintahan Joko Widodo dan Yusuf Kalla.
“Mereka begitu ngotot dengan argumentasi yang kadang terdengar lucu yaitu, agar Golkar kembali menjadi pendukung pemerintah dan keluar dari KMP,” ujarnya
Sementara kubu lainnya menurutnya bersikukuh agar Golkar tetap diluar pemerintahan dan menjadi penyeimbang. Para elit Kubu ini lebih berpikir jauh kedepan dan tidak perduli dengan kursi menteri.
“Mereka meyakini, dengan diluar pemerintahan, Golkar justru lebih memiliki masa depan seperti jalan yang pernah ditempuh PDIP saat menjadi oposisi selama 10 tahun,” tegasnya.
Hasil Survei
Sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menggelar survei tentang kisruh internal Partai Golkar. Berdasarkan survei lembaya milik Denny JA itu, mayoritas responden menginginkan kisruh di internal Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono itu diselesaikan melalui mahkamah partai.
Peneliti LSI, Ardian Sopa mengatakan, pasca-keputusan menteri hukum dan HAM atas kepengurusan ganda di Golkar, 72,94 persen responden survei ingin kisruh di partai berlambang beringin itu berakhir damai.
“72,94 persen ingin pimpinan Golkar segera melakukan islah dan menyelesaikan permasalahan dualisme melalui mahkamah partai. Namun yang paling besar harapan berasal dari pemilih Golkar yaitu 90,91 persen dan hanya 9,09 persen menginginkan melalui pengadilan,” ujarnya.” katanya di Jakarta, Jumat (19/12). (Dian Dharma Tungga)