JAKARTA- Sejak tahun 2005, tanggal 4 Februari tiap tahun diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. World Cancer Day. Peringatan yang dimotori oleh International Union Against Cancer (UICC), sebuah konsorsium global beranggotakan lebih dari 280 organisasi anti-kanker di 90 negara. Hari kanker sedunia diperingati bertujuan untuk meningkatkan kepedulian pada kanker, dan meningkatkan langkah pencegahan, deteksi dini, maupun pengobatannya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE menjelaskan Hari Kanker Sedunia tahun 2015 mengangkat tema “Kanker Bukan Di Luar Kemampuan Kita”.
“Tema ini untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat bahwa kanker saat ini bukanlah sesuatu yang di luar kemampuan kita,” Menurutnya kanker dapat dihindari yaitu hidup sehat dengan melakukan deteksi dini, pengobatan untuk semua pasien kanker,
dan meningkatkan kualitas hidup.
“Dengan menghindari faktor-faktor yang bisa memicu kanker, kemungkinan terserang oleh penyakit ini bisa diperkecil. Jika sudah mengidap kanker, pengobatan dan tatalaksana yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup penderita,” jelasnya kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (5/2).
Jumlah Kasus
Saat ini penyakit kanker masih menjadi permasalahan yang serius di seluruh dunia, baik di negara-negara yang sudah maju, terlebih lagi pada negara-negara yang masih berkembang. Menurut data terakhir yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, penyakit kanker menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian dengan jumlah kematian mencapai 7,4 juta jiwa atau 13% dari total kematian. Dari jumlah tersebut, dua pertiga penyakit ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Menurut laporan World Cancer 2014 International Agency for Research on Cancer (IARC) di WHO, pada 2012 ada sekitar 14 juta kasus baru kanker terjadi. Yang paling umum adalah 13 persen kanker paru, 11,9 persen payudara, dan 9 persen tumor usus. Kanker paru-paru merupakan penyebab yang paling umum dari kematian dengan perkiraan 8,2 juta kematian.
Menurut IARC, sekitar 70 persen kematian kanker terjadi di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan. Diantara jumlah kematian tersebut kanker paru, lambung, hati, kanker kolon, dan kanker payudara menduduki urutan teratas. Jika dilihat dari jenis kelamin pada pria jenis kanker yang frekuensinya paling tinggi adalah kanker paru-paru, hati, colorectal, esofagus, dan prostat, sedangkan pada wanita kanker payudara, paru-paru, lambung, colorectal dan kanker serviks. Berdasarkan penelitian, sebenarnya 30% dari kematian yang disebabkan oleh penyakit ini bisa dicegah dengan melakukan pengobatan dan perawatan yang tepat. Jumlah penderita kanker diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan perkiraan jumlah mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030 WHO juga menyebutkan setiap tahun ada 6,25 juta orang baru yang yang menderita kanker
Dari data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah populasi yang menderita tumor / kanker sekitar 6 persen dari total penduduk. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi tumor/kanker di Indonesia yaitu 1,4 per 1.000 penduduk. Dari riset juga diketahui bahwa kanker menduduki urutan ketujuh sebagai penyebab kematian akibat penyakit di Indonesia setelah stroke, tuberculosis, hipertensi, cidera, perinatal, dan diabetes mellitus.
Pencegahan
Menurut studi yang dilakukan oleh international cancer collaboratories, lebih dari 30 % kasus kanker yang terjadi saat ini dapat dicegah dengan memodifikasi atau menghindari faktor-faktor resikonya. Faktor-faktor resiko tersebut adalah konsumsi rokok, obesitas kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan, kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga, konsumsi alkohol, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HPV (Human Pappiloma Virus),
polusi udara serta asap akibat pemakaian bahan bakar padat di rumah tangga.
Selain menghindari faktor-faktor resiko tersebut di atas, langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah vaksinasi terhadap virus HPV dan hepatitis B, mengurangi pemaparan terhadap sinar matahari dan yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan deteksi dini terhadap kanker.
Komitmen kepada pencegahan dan deteksi dini sangat dibutuhkan untuk perawatan yang lebih baik dan mengatasi kenaikan kanker yang mengkhawatirkan, Badan itu menyerukan kampanye skrining serta vaksinasi untuk membantu menghentikan kanker yang berhubungan dengan infeksi seperti tumor serviks dan hati, di samping mendorong perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok dan banyak berolahraga.
Untuk capaian deteksi dini kanker rahim dan payudara di seluruh provinsi di Indonesia tahun 2007-2013 menurut data Subdit Kanker Kemenkes 20 januari 2014, telah dilakukan sebanyak 36.761.000 perempuan usia 30 sampai 50 tahun. Target deteksi dini ini sebenarnya belum tercapai karena untuk deteksi dini saja baru ada 644.951 atau 1,75 persen wanita (targetnya 80 persen).
Pengobatan
Pengobatan kanker dapat meliputi pembedahan , radioterapi, kemoterapi dan pendekatan lain. Proses pengobatan kanker sendiri memakan waktu yang tidak sebentar. Biasanya terdiri dari beberapa siklus yang harus dilalui oleh pasien. Di sini akan timbul lagi masalah tentang kepatuhan pasien dalam mengikuti proses terapi.
“Keberhasilan proses penyembuhan sangat ditunjang oleh seberapa cepat penyakit ini terdeteksi. Semakin cepat kanker terdeteksi pada tahap awal semakin tinggi tingkat keberhasilan untuk mencapai kesembuhan,” demikian Tjandra Yoga.
Proses perkembangan kanker dibagi dalam empat tahap / stadium. Stadium I adalah fase dimana kanker masih terlokalisasi pada satu bagian tubuh, misalnya pada satu titik di payudara, paru, dan lain-lain. Pada stadium II kanker sudah mulai berkembang pada bagian tubuh tersebut menjadi lebih luas. Stadium III perkembangannya lebih hebat lagi. Stadium II dan III proses perkembangannya masih di satu organ tubuh. Stadium IV merupakan fase yang sangat ditakuti dimana kanker sudah menyebar atau dalam istilah kesehatan mengalami metastase ke organ-oragan tubuh lainnya. Pada fase terakhir ini proses kesembuhan menjadi sangat sulit. Biasanya upaya pengobatan ditujukan untuk mengurangi tingkat kesakitan saja atau meningkatkan kualitas hidup pasien. Banyak pasien yang datang ke rumah sakit sudah memasuki tahap akhir dari penyakit ini.
Sejauh mana kepatuhan pasien dalam menjalani proses terapi atau pengobatan.
“Kepatuhan disini meliputi ketaatan untuk mengikuti jadwal terapi yang biasanya sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan yang dipilih. Protokol pengobatan ini dapat terdiri dari satu atau beberapa jenis pengobatan, tergantung dari protokol yang dipilih,” jelasnya.
Ia mengingakan bahwa sel-sel kanker adalah sel yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut bisa berkembang lagi menjadi lebih banyak. (Tiara Hidup)