JAKARTA – Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof dr Zubairi Djoerban SpPD menilai, kasus Covid-19 di India menarik.
Pada September silam, India mengkonfirmasi hampir 100 ribu kasus Covid-19 per hari. Angka tersebut diketahui hampir menyalip Amerika. Tapi, pada 26 Januari 2021, kasus harian turun jadi 9100 kasus.
Angka tersebut disebut sebagai rekor terendah. Saat ini rata-rata kasus di India mencapai 11 ribu kasus.
“Kok bisa? Apa karena India melakukan testing lebih sedikit sehingga kasus Covid-nya berkurang? Tidak juga,” kata Prof Zubairi, dikutip dari cuitannya, Minggu (7/2/2021).
Kata Prof Zubairi, bahkan ada laporan yang menyebutkan kalau kesibukan ICU rumah sakit di sana telah menyusut. Intinya semua indikator menjadi berkurang dan dinilai situasi ini masih menjadi misteri.
Keadaan ini tentu membuat para ilmuwan penasaran. Ilmuwan pun cari tahu kenapa kasus di India menurun dramatis, justru sebelum vaksinasi dimulai.
Ada yang bilang, India berhasil karena tingkatkan testing, sehingga orang ke rumah sakit lebih awal, yang juga membuat angka kematian turun.
Kemudian, ada juga ilmuwan yang bilang, hal itu terjadi karena kesadaran memakai masker di India meningkat. Apalagi ada sanksi sebesar $ 2,75 jika didapati tanpa masker. Pada malam tahun baru, Polisi saja mengumpulkan denda masker hingga mencapai $ 37 ribu untuk di Mumbai saja.
Ada juga hal yang membuat de javu, yakni soal iklim hangat di India yang dianggap mengurangi penyebaran virus.
Satu studi bilang, udara lembab dan hangat akan membuat droplet jatuh ke tanah lebih cepat, sehingga penularan lebih sulit. Tapi, studi lain menyatakan, kondisi cuaca India justru lebih kondusif untuk virus korona.
Satu jurnal di GeoHealth mengatakan, polusi udara parah di perkotaan India itu melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ketika udara penuh polutan, maka partikel-partikelnya malah membantu mengangkat virus dan memungkinkannya bertahan di udara lebih lama.
Sementara jurnal medis ternama The Lancet mengatakan panas ekstrem justru memungkinan penularan virus dalam ruangan meningkat.
Kenapa? Karena suasana panas itu memaksa orang masuk ruangan yang ber-AC dan justru berkontribusi pada penyebaran virus di ruangan yang tertutup.
“Yang juga saya sorot adalah studi serologis (pengujian antibodi secara acak) terhadap orang-orang di daerah tertentu di India yang diduga telah terpapar virus korona,” kata dia.
Temuan awal studi itu menurutnya menarik. Misalnya di New Delhi, diketahui bahwa lebih dari 50 persen orang yang disurvei dalam studi itu telah memiliki antibodi Covid-19. Studi lain menunjukkan bahwa 57 persen penghuni di permukiman kumuh Mumbai ditemukan juga memiliki antibodi.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, sampai hari ini para ilmuwan belum menemukan penyebab utama kenapa kasus Covid-19 di India bisa menurun dramatis.
“Entah itu karena perilaku orang Indianya atau Covid-19 yang memang hilang begitu saja dan mungkin akan kembali nanti, atau tetap menjadi misteri,” kata dia. (Calvin G. Eben-Haezer)