JAKARTA- Pemerintah tidak perlu minta maaf pada Partai Komunis Indonesia (PKI) tetapi pada semua korban ikutan dari peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Tidak benar manipulasi dan politicking oleh pihak-pihak tertentu yang menyebarkan isu bahwa pemerintah akan meminta maaf pada PKI. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Setara Institute, Hendardi kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (28/9).
“Ada momentum 30 September. Presiden Jokowi bisa segera ambil sikap terkait pelanggaran HAM masa lalu. Segera ambil sikap,” ujarnya.
Pihak-pihak itu menurutnya sengaja mempersepsi seolah-olah pemerintah akan meminta maaf pada PKI.
“Itu jelas bermaksud melakukan politiking dengan melakukan mispersepsi agar publik menolak gagasan permintaan maaf,” katanya.
Ia menegaskan bahwa pemerintah dalam proses penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu dalam konteks rekonsiliasi diwajibkan meminta maaf pada para korban termasuk korban G30S.
Sebelumnya, teka-teki dugaan keterlibatan Amerika Serikat terkait Gerakan 30 September 1965 mulai terungkap. Badan Intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) telah membuka dokumen rahasia yang terjadi di berbagai negara atas peristiwa sekitar tahun 1961-1969 kepada publik, Rabu 16 September 2015 lalu. Hal ini diungkap dalam www.suara.com, dalam artikel yang berjudul ‘CIA Akhirnya Ungkap Dokumen Rahasia di Balik G30S 1965’
Lebih dari 19 ribu halaman memo harian CIA harus dibuka kepada publik, merujuk UU, karena status kerahasiannya sudah kedaluwarsa. Termasuk didalamnya peristiwa peralihan kekuasaan yang terjadi tahun 1965 di Indonesia.
Seperti terungkap di situs www.cia.gov, memo singkat seputar G30S 1965 ini terungkap dari ratusan dokumen rahasia CIA yang diungkap ke publik. Memo tersebut masuk dalam Petunjuk Harian untuk Presiden (President’s Daily Brief/PDB), yang merangkum laporan CIA atas kejadian di berbagai negara di seluruh dunia yang tengah dilanda situasi politik ataupun peperangan. Dalam memo tersebut, posisi laporan Indonesia paling atas, disusul tujuh negara lainnya, yakni Vietnam, Dominika. Kuba, Brasil, Perancis, Mesir dan Yunani.
Beberapa dokumen CIA tersebut bisa dibaca di :
http://www.foia.cia.gov/collection/PDBs?page=72
Sebagian halaman memo ini tidak bisa diakses alias disensor dengan cara kalimat tertentu distabilo putih. CIA mengungkapkan tetap ada informasi yang sensitif meski sudah melewati masa kadaluwarsa. (Web Warouw)

