JAKARTA- Pengakuan Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel Desi Ariyanto yang membenarkan bahwa pihaknya menggelar pelatihan bela negara kepada sejumlah anggota Front Pembela Islam (FPI) di wilayah Lebak Banten, yang dimuat beberapa media mempertegas sejumlah kritik terhadap Kemenhan RI dan TNI tentang program Bela Negara yang absurd. Kesetian TNI mulai diragukan. Hal ini ditegaskan Hendardi, Ketua Setara Institute kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (9/1).
“Langkah TNI melatih sejumlah anggota FPI juga mempertegas dugaan ‘kedekatan’ TNI dengan kelompok Islam Intoleran semacam FPI yang hanya akan mempersulit penegakan hukum atas aksi-aksi intoleransi yang dilakukan kelompok ini,” ujarnya.
Hendardi mengingatkan TNI mengalami disorientasi serius dalam menjalankan perannya sebagai aparat pertahanan negara dan elemen yang juga dituntut berkontribusi menjaga kebhinekaan. Sekalipun secara legal tindakan TNI melatih FPI bukanlah pelanggaran, tetapi secara politik dan etis menurutnya, tindakan itu dapat memunculkan ketegangan dan kontroversi baru.
“Saya menduga, Presiden Jokowi tidak mengetahui tindakan TNI ini, termasuk apa yang menjadi agenda sesungguhnya dari TNI. Sejak aksi 411 dan 212 saya termasuk yang mendesak agar Jokowi mendisiplinkan TNI yang tampak memiliki kepribadian ganda dalam menghadapi aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok intoleran,” ujarnya.
Hendardi mengingatkan meningkatnya aktivitas kelompok intoleran diikuti teror kekerasan telah memperluas respon masyarakat daerah untuk menuntut pemerintah pusat untuk bertindak tegas. Namun dengan terbongkarnya keterlibatan TNI melatih kelompok Islam Intoleran seperti FPI, akan melahirkan keraguan atas kesetian TNI.
“Jika benar, TNI berkolaborasi dengan FPI, maka pertemuan antara militerisme dan Islam Intoleran akan memiliki daya destruktif lebih serius pada demokrasi kita. Jokowi tidak bisa terus berpangku tangan menghadapi situasi ini,” tegasnya.
Hendari mempertanyakan bagaimana mungkin organisasi semacam FPI, yang antikemajemukan dan memiliki daya rusak serius, menjadi partner kerja TNI dalam membela negara. Pendidikan Bela Negara tanpa konsep dan pendekatan yang jelas hanya akan melahirkan milisi sipil yang merasa naik kelas karena dekat dengan TNI.
“Kita masih ingat ketika Ketua Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Fuad diusir dari kawasan konsesi hutan milik PT RAPP, Riau, pada September 2016. Alumni Bela Negara dengan pongah justru menjadi centeng perusahaan dan menentang kinerja aparatur negara, dengan mengusir Nazir dari areal hutan,” ujarnya.
Anti Kebhinnekaan
Sebelumnya, Pangdam Siliwangi sebagai Inspektur Upacara memimpin pencopotan Dandim 0603/Lebak, Letkol Czi Ubaidillah di Alun-alun Barat Kota Serang, Banten, Senin (9/1) pagi saat serah terima jabatan (Sertijab) danrem 064/Serang.
“Saya sudah periksa ternyata tidak melalui SOP. Sehingga Dandim saya copot. Seharusnya Bela Negara yang dilakukan Dandim tidak melalui ijin Danrem yang seharusnya ke saya. Sayalah yang akan menentukan boleh atau tidak dilatih bela negara,” tegas Pangdam Siliwangi Mayor Jenderal Muhammad Herindra kepada media.
Pangdam Siliwangi menegaskan bahwa pelatihan bela negara bisa dilakukan kepada setiap warga negara tetapi yang dilatih adalah LSM dan organisasi yang pro NKRI, Pro Pancasila, Pro UUD 45, Pro Bhinneka Tunggal Ika.
“Tapi kalau tidak membela bahkan anti NKRI, anti Pancasila, anti UUD’45 dan anti Bhinneka Tunggal Ika, pasti saya tolak,” tegasnya.
Sebelumnya Kolonel ARH Mokhamad Desi Ariyanto menjelaskan pencopotan dilakukan karena kesalahan prosedur dilakukan Letkol Czi Ubaidillah.
“Apa yang dilakukan tidak melalui prosedur yang berlaku di lingkungan TNI. Latihan bela negara harus memperoleh persetujuan secara hirarkis, di mana Dandim seharusnya berlapor terlebih dahulu kepada Danrem dan selanjutnya kepada Pangdam,” lanjut dia menerangkan.
Dia juga berkata bahwa, dengan adanya kesalahan prosedur itu, maka akan ada proses lebih lanjut yang akan diberikan kepada Dansat Kowil yang bersangkutan. Sehingga dilakukanlah pencopotan ini.
Di media sosial sedang ramai dipertanyakan tentang keterlibatan TNI melatih Front Pembela Islam (FPI) dalam bentuk latihan militer. Berbagai berita dan foto-foto menunjukkan adanya latihan militer bersama FPI dengan TNI di Lebak, Banten. Berita tersebut mengejutkan, karena FPI dengan Ideologi syariah Islam sudah menyusup masuk dalam lingkungan TNI. (Web Warouw)