JAKARTA- Dukungan kepada Aburizal Bakrie (Ical) untuk tetap memimpin Partai Golongan Karya (Golkar) masih sangat kuat. Walaupun dikepung oleh dua kubu yang akan mendongkel dirinya, namun Ketua Umum partai beringin ini tetap tak terkalahkan. Hal ini disampaikan oleh Mantan pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Laode Ida kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (1/12) menanggapi perkembangan Musyawarah Nasional Partai Golkar di Denpasar, Bali.
“ Kedua kelompok penentang ARB (Aburizal Bakrie-red) itu, bergabung pun, tak cukup kuat untuk kalahnya ARB. Soalnya ARB tampaknya pegang kartu truf sejumlah pimpinan DPD provinsi dan Kabuboaten, Kota, termasuk di kalangan DPP. Sehingga Fadel Muhammad pun yang semula sdikit bergeliat melawan ARB, kini kembali tunduk,” ujarnya.
Dinamika di Golkar menurutnya memang cukup menarik. Kekuatan dominan di bawah ARB tampaknya mau mengambil jalan lain dari tradisi Golkar yang selalu berada di kekuasaan.
“Barangkali, jika para lawan ARB itu merasa kuat, akan lebih ideal jika pasca Munas di Bali ini membentuk parpol baru dengan basis orang-orang Golkar. Contoh Pak Surya Paloh yang bentuk Nasdem pasca Munas Riau, dan ternyata cukup berhasil dengan menempatkan parpol bentukannya itu dalam barisan parpol di DPR sekarang ini,” katanya.
Konflik di internal Partai Golkar menurut Laode Ida tentu saja tak bisa dilepaskan dengan komitmen untuk tetap berada dalam barisan KMP di parlemen.
“Ini juga tampaknya bagian ‘sikap perlawanan berbasis dendam’ dari kubu ARB baik terhadap PDIP maupun Jokowi. Buntut dari tawar menawar posisi dalam proses pencapresan,” jelasnya.
Sementara kubu yang melawan Aburizal Bakrie merupakan barisan elite yang tergabung dalam dua kelompok dengan orientasi yang berbeda. Kelompok pertama adalah mereka yang lebih memposisikan diri dalam warisan karakter elite Golkar yang berupaya untuk selalu berada atau bersama dengan pihak yang sedang berkuasa.
“Kubu ini diwakili oleh Agung Laksono termasuk di dalamnya kader-kader yang tergolong muda seperti Pumpida, Hidayatullah dan Agus Gumiwang dan juga tokoh senior Zainal Bintang dan Yories R,” jelasnya.
Menurut Laode Ida, kelompok ini berharap, jika kekuasaan di Partai Golkar bisa diambil alih, maka akan bisa dijadikan posisi tawar untuk masuk dalam kabinet melalui reshuffle dikemudian hari.
Laode menjelaskan tentang kelompok kedua yang diwakili oleh Priyo Budi Santoso, Erlangga Hartato dan MS Hidayat. Orientasi kubu ini tak terkait dengan perkubuan antara KMP (Koalisi Merah Putih) dan KIH (Koalisi Indonesia Hebat).
“Karena bagi mereka, Golkar perlu dikuasai. Agendanya lebih pada peluang-peluang strategis 5 tahun mendatang. Bagi mereka mana saja bisa, bisa tetap di KMP atau bisa juga gabung dukung KIH. Tergantung dari proses negosiasi politik,” tegasnya. (Enrico N. Abdielli)