PONTIANAK – Pengamat politik dan hukum di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Tobias Ranggie, mengatakan, kalau masih ada sementara pihak sangat anti ideologi global, yaitu sosialis, sama saja anti Pancasila.
“Sekaligus pula anti Pancasila yang berarti anti keberagaman. Karena itu kita mesti paham akar sejarah lahirnya Bangsa Pancasila,” ujar Tobias Ranggie, Selasa (27/12).
Dikatakan Tobias, Bangsa Indonesia dilahirkan Presiden Soekano dengan akar ideoligi sosialis, tapi sudah dimodifikasi sesuai alam dan budaya Bangsa Indonesia, yakni Pancasila.
Salah satu bukti Pancasila berurat-berakar ideloogi sosialis, salah satu silanya, berbunyi, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Diungkapkan Tobias, sikap anti sosialis yang sebagian hinggapi anggota masyarakat, karena masih trauma insiden Gerakan 30 September (G30S) 1965 di Jakarta yang menyebabkan 7 jenderal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
G30S 1965 kemudian Partai Komunis Indonesia (PKI) yang kemudian dituding sebagai dalangnya, sampai sekarang tetap jadi perdebatan panjang.
Karena di dalam materi disertasi John Roosa, peneliti berkebangsaan Kanada. 2008, menyebutkan G30S 1965, tidak lebih dari kudeta Soeharto dengan memanfaatkan konflik internal di lingkungan TNI AD atas dukungan logistik Central Inteligence Agence (CIA) Amerika Serikat.
Disertasi John Roosa berhasil menghantarkannya sebagai penulis ilmu sosial terbaik di Asia tahun 2008, khusus disertasi sejarah Indonesia. Jadi fakta diungkapkan Joohn Roosa sekitar tahun 1965 bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
G30S 1965 menyebabkan pidato Nawaksara Presiden Soekarno ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) sehingga diberhentikan terhitung tanggal 22 Juni 1966.
MPRS kemudian menunjuk Pangkistrad Letjen TNI Soeharto sebagai Penjabat Presiden, 1 Juli 1966, kemudian jadi Presiden Indonesia hingga 21 Mei 1998.
Selama Presiden Speharto jadi.Presiden Indonesia, penulisan dokumen sejarah sebagian besar tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi menjelang tahun 1965.
Diungkapkan Tobias, G30S 1965 bukti kemenangan Amerika Serikat dan sekutunya berideologi liberalis dalam merebut pengaruh di Indonesia.
Presiden Soekarno ditempatkan Amerika Serikat sebagai musuh nomor satu di dunia dalam kapasitas sebagai kepala negara tahun 1964, bukan lantaran terlibat PKI, tapi semata-mata proklamator itu penganut ideplogi sosialis yang jadi musuh Amerika Serikat selama Perang Dingin, 1946 – 1991.
Padahal sosialis tidak ada hubungannya dengan komunis. Sosialis adalah ideologi yang dianut Uni Soviet dan Republik Rakyat China (RRC), sedangkan komunis adalah partai politik.
“Sekarang situasi ekonomi dan politik global sudah berubah. Dulu ideologi liberalis dengan mendewakan kapitalis, jadi rujukan sehingga Amerika Serikat mamou menghegemoni dunia. Tapi sejak tahun 2005, giliran RRC penganut ideologi sosials, jadi negara terkaya di dunia,” ungkap Tobias.
Malah sampai pertengahan tahun 2016, investasi RRC terbesar di dunia, ada di Amerika Serikat, senilai US$110 miliar dan urutan kefua di Indonesia, senilaiUS$22.278 juta per Februari 2016.
Saat RRC dinobatkan jadi negara terkaya di dunia tahun 2005, negara tirai rambu itu sudah tidak lagi menjalankan roda partai komunis konservatif. RRC tidak mau lagi ekspansi ekonominya ke sejumlah negara sejalan dengan misi partai komunis yang banyak sekali mengalami perubahan signifikan.
Itulah sebabnya, Amerika Arikat, Australia, Inggris, Malaysia dan Indonesia, sangat terbuka akan investasi RRC.
Jadi kalau ada tudingan sementara pihak investasi RRC ke Indonesia dikaitkan kebangkitan PKI gaya baru, karena tidak paham ajar sejarah.
“Amerika Serikat, Australia dan,Malaysia yang dulunya anti komunis di era Perang Fingin, 1946 – 1998, sekarang menerima investasi RRC secara terbuka. Presiden Soekarno telah menyusun kebijakan politik luar negeri Indonesia, yaki bebas dan aktif,” ungkap Tobias. ( Aju)