BAKU – Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk menggencarkan energi baru terbarukan sebagai upaya untuk memperlambat kenaikan suhu global. Adapun salah satu sumber energi baru yang akan dikembangkan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Setidaknya, sekitar 5 Giga Watt (GW) PLTN akan dibangun hingga 2040 mendatang. Hal ini bagian dari rencana tambahan 100 GW pembangkit listrik baru sampai 15 tahun mendatang.
Selain nuklir, pemerintah juga akan membangun 75 GW pembangkit listrik baru berbasis energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Dan sekitar 22 GW akan dikembangkan pembangkit listrik berbasis gas.
Hal tersebut diungkapkan Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo di Paviliun Indonesia COP29 di Baku, Azerbaijan, dikutip Rabu (13/11/2024).
“Sampai 2040 kita akan membangun tambahan 75 Giga Watt (GW) listrik berbasis energi terbarukan, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), geothermal, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Ditambah, 5 GW energi nuklir dan 70.000 km sirkuit jaringan transmisi,” paparnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta sebelumnya, Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah, menyebut bahwa dalam waktu 10 tahun mendatang atau tepatnya 2034, Indonesia ditargetkan sudah memiliki PLTN.
Dia mengatakan, pembangkit listrik tenaga nuklir ini ditargetkan bisa dibangun sebagai bagian dari upaya Indonesia menekan emisi karbon dan melakukan transisi energi.
“Dalam 10 tahun mendatang mudah-mudahan (tahun) 2034 itu bahkan nuklir sudah mulai akan masuk ke dalam pikiran kita untuk dilaksanakan,” beber Burhanuddin dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook 2025, dikutip Kamis (25/9/2024).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun sempat membeberkan Indonesia berencana memiliki sumber energi listrik baru berbasis tenaga nuklir pada 2032 mendatang.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi sempat mengungkapkan bahwa persiapan pemanfaatan energi nuklir membutuhkan lebih dari satu periode kepresidenan.
Setidaknya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berkapasitas 250 Mega Watt (MW) bisa terealisasi pada 2032.
Eniya membeberkan, hal itu sejalan dengan rencana pembentukan Badan Organisasi Nuklir (NEPIO) yang ditargetkan bisa terbentuk setidaknya pada tahun 2024 ini. NEPIO sendiri nantinya akan bertugas untuk mengawasi implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Perlu diketahui, berdasarkan data Statistik PLN, total kapasitas pembangkit listrik terpasang nasional hingga Desember 2023, termasuk pembangkit sewa dan pengembang swasta (Independent Power Producers/ IPP) adalah 72.976,30 Mega Watt (MW).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total kapasitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga akhir 2023 tercatat mencapai 13.155 MW.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penambahan kapasitas pembangkit EBT sampai 2023 sebesar 3.322 MW, dengan kenaikan rata-rata 6% per tahun.
Adapun hingga 2023, bauran EBT di Tanah Air tercatat baru mencapai 13,09%. Sebelumnya, pemerintah menargetkan bauran EBT bisa mencapai 23% pada 2025 mendatang. (Web Warouw)